PEMANFAATAN
LAYANAN INFORMASI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENCEGAHAN PERILAKU MEROKOK
PADA SISWA SMP dan SMA DI KOTA BENGKULU
1.Latar
Belakang Masalah
Sekolah merupakan
salah satu unsur yang paling banyak mempengaruhi dalam pembentukan karakter
diri seorang manusia. Dalam sistem pendidikan di Indonesia membagi sekolah ke
dalam tiga tingkatan yaitu SD/MI , SMP/MTS , dan SMA/MA/SMK yang mana , salah
satu tahap perkembangan manusia yang paling penting adalah masa remaja yang
dimulai pada rentang usia 11-24 tahun (Sarlito :2008). Dalam menjalani masa
remaja individu pada rentang usia tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya
untuk menuntut ilmu di sekolah , karena hal itu maka masalah yang melanda
sebagian besar kehidupan remaja bersumber dari kehidupannya di sekolah baik
permasalahan yang berkaitan dengan masalah akademik maupun masalah non-akademik
yang melanda kehidupan siswa. Permasalahan-permasalahan yang melanda siswa SMP
dan SMA seringkali tidak mampu ditanggulangi dengan baik oleh para siswa
tersebut sehingga menimbulkan berbagai masalah sehingga masa remaja diibaratkan
sebagai masa stroom and press (badai dan
tekanan).
Menghadapi masa
yang penuh badai dan tekanan ini , para remaja yang notabene berada di jenjang
SMP dan SMA menyikapinya dengan berbagai cara. Bagai para remaja yang memiliki
kemampuan penanggulangan masalah yang baik dan memiliki bimbingan yang cukup
dari orangtua maka mereka akan menyikapi masalah yang ada dengan
tindakan-tindakan positif seperti berdoa , berbagi masalah , mencari sarana
rekreasi , mencari hiburan dengan menonton film , atau curhat dengan orangtua
sehingga beban yang dimiliki dapat dikurangi dengan berbagi. Sedangkan bagi
siswa remaja yang menyikapi masalah yang dihadapinya dengan tindakan negatif
maka mereka akan melarikan diri ke dalam hal-hal yang bersifat negatif seperti
melakukan kenakalan yang berlebihan , seks bebas , narkoba , tawuran , sering
berbohong , merokok , hingga yang paling gawat yaitu melakukan tindakan bunuh
diri. Para siswa remaja yang terjerumus dalam pelarian seperti itu akan
mengakibatkan kehancuran yang luar biasa terhadap masa depan mereka.
Pelarian utama
yang sering dilakukan oleh para remaja yaitu merokok. Banyak kita jumpai di
lapangan para siswa sekolah SMP dan SMA yang dengan asyiknya tengah menikmati
rokok yang mereka hisap. Para siswa tersebut tentunya merupakan para siswa
remaja yang merupakan tunas-tunas yang akan memperbaiki keadaan bangsa ini.
Merokok sendiri sangat sering dilakukan oleh para siswa disebabkan oleh jumlah
peredaran rokok yang sangat bebas
didapatkan di pasaran dan juga harganya yang relatif terjangkau oleh para siswa
remaja tersebut. Merokok sendiri saat ini sangat digandrungi para siswa SMP dan
SMA tersebut selain karena pelarian mereka atas permasalahan yang mereka alami
baik di sekolah atau di luar sekolah , juga disebabkan oleh sifat naluri para
remaja yang berada di masa peralihan yang mana mereka ingin mencoba hal-hal
baru yang akan menunjukkan tanda-tanda kedewasaan mereka. Dalam buku PSIKOLOGI
PERKEMBANGAN karangan Elizabeth B. Hurlock menyebutkan bahwa salah satu tugas
perkembangan remaja adalah menerima perangkat nilai dan sistem etis yang akan
menjadi pegangan hidup mereka , yang mana sebagian remaja yang duduk di jenjang
SMP dan SMA menerima keyakinan nilai bahwa dengan merokok mereka akan dianggap
dewasa oleh kelompoknya. hal ini semakin dikuatkan oleh pengaruh sistem sosial
beberapa kelompok masyarakat yang memandang bahwa seorang pria dewasa adalah
seorang yang perokok , sehingga faktor lingkungan dan sosial kultural menjadi
salah satu penyebab seorang remaja yang duduk di bangku SMP dan SMA menjadi
perokok (kedua faktor ini disebutkan dalam jurnal ilmiah pustaka.unp.ac.id ,
karangan Dina Sukma).
Peran sekolah
sendiri dalam menangani masalah ini sangat besar dan melibatkan semua pihak ,
namun yang paling berkompeten dalam permasalahan ini adalah sosok guru
Bimbingan dan Konseling yang mana dalam bidang bimbingan dan konseling salah
satu fungsinya adalah fungsi pencegahan kepada siswa dan dalam melakukan
pencegahan-pencegahan terhadap hal-hal negatif kepada siswa tentunya diperlukan
informasi-informasi yang jelas dan akurat terhadap hal-hal negatif seperti
merokok di kalangan siswa yang mana hal ini diberikan oleh seorang guru
Bimbingan dan Konseling dalam salah satu layanan BK yaitu layanan informasi.
Namun , dalam konteks pelaksanaannya sering kali pelaksanaan layanan Informasi
ini berjalan dengan tidak maksimal saat di sekolah. Ketidakmaksimalan pelaksanaan
layanan informasi ini diakibatkan karena kurangnya waktu yang tersedia bagi
guru pembimbing dalam memberikan layanan informasi , materi yang kurang untuk
memberikan layanan informasi kepada siswa , kemampuan guru pembimbing yang
kurang dalam memberikan layanan informasi. Dalam hal ini pemanfaatan layanan
informasi menjadi kurang maksimal sehingga layanan yang diterima siswa menjadi
kurang maksimal dan informasi yang diterima oleh siswa menjadi tidak terlalu
berarti bagi mereka , sehingga mereka hanya tahu rokok itu berbahaya namun
tidak mengetahui dengan detil dimana letak bahaya rokok tersebut sehingga
mereka masih tetap merokok , ditambah lagi dengan gencarnya iklan rokok baik di
media cetak maupun media elektronik semakin membuat informasi bahaya rokok yang
diterima siswa dari guru Bimbingan dan Konseling menjadi tidak berarti dan
kalah oleh iklan rokok dimedia yang membuat siswa SMP dan SMA tergerak untuk
merokok.
Karena fenomena
ini , maka penulis tertarik untuk mengajukan proposal untuk melakukan
penelitian dalam pelaksanaan layanan informasi di sekolah dalam kaitannya
terhadap perilaku merokok yang ditunjukkan oleh siswa SMP dan SMA.
II.
Perumusan masalah
Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan oleh penulis dalam bagian sebelumnya , penulis
mengajukan tiga rumusan masalah utama yang akan menjadi subjek penelitian
penulis. Tiga rumusan masalah tersebut yaitu :
a)
Bagaimana prosedur layanan informasi tentang bahaya dari rokok
yang dijalankan oleh guru Bimbingan dan Konseling di sekolah ?
b)
Apa yang menyebabkan kelemahan layanan Informasi tentang bahaya
rokok kepada siswa sehingga siswa tetap merokok ?
c)
Bagaimana upaya perbaikan dan pemaksimalan pelaksanaan layanan
informasi tentang bahaya rokok terhadap siswa ?
III. Tujuan
Kegiatan
Tujuan utama dari
kegiatan penelitian yang diusulkan dalam proposal ini adalah untuk mengetahui
dimana letak kelemahan pelaksanaan layanan informasi bahaya rokok pada siswa
sehingga dari data yang didapat dilapangan dapat dihasilkan sebuah artikel
ilmiah yang berisi beberapa solusi untuk memperbaiki kelemahan pelaksanaan
layanan informasi tentang bahaya rokok di jenjang SMP dan SMA.
IV. Luaran
yang diharapkan
Luaran yang
diharapkan oleh penulis proposal penelitian setelah penelitian selesai
dilaksanakan adalah lahirnya sebuah artikel ilmiah yang di dalamnya terdapat
beberapa solusi yang penulis proposal berikan kepada guru Bimbingan dan
Konseling untuk memperbaiki pelaksanaan layanan informasi tentang bahaya rokok
kepada siswa SMP dan SMA yang mana solusi yang diberikan didasari pada fakta
yang ditemukan di lapangan yang dikaitkan dengan teori-teori para ahli
Bimbingan dan Konseling dalam memberikan layanan informasi.
V. Kegunaan
kegiatan
Kegunaan dari
kegiatan penelitian ini , penulis uraikan dari dua aspek yaitu dari segi IPTEK
dan secara Ekonomi :
IPTEK
a)
Manambah wawasan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan
program Bimbingan dan Konseling terutama mengenai teknik pelaksanaan layanan
informasi.
b)
Menciptakan beberapa trik baru yang berguna bagi guru Bimbingan
dan Konseling untuk menyampaikan layanan informasi tentang bahaya rokok
terhadap siswa asuhnya agar penyampaian layanan menjadi lebih maksimal
c)
Menambah pengetahuan para siswa di sekolah mengenai bahaya rokok
yang mengintai mereka dan menambah wawasan mereka untuk semakin menghindari
penggunaan rokok.
d)
Terciptanya sebuah artikel ilmiah mengenai pelaksanaan layanan
informasi yang akan menambah khazanah ilmiah di dalam bidang keilmuan Bimbingan
dan Konseling.
Ekonomi
a)
Mampu mengalihkan dana yang digunakan oleh para siswa SMP dan SMA
untuk merokok ke dalam kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat dan membawa
dampak positif terhadap diri siswa.
b)
Mampu mengarahkan guru Bimbingan dan Konseling untuk mampu
menciptakan benda kreasi yang dapat digunakan untuk menunjang penyampaian
layanan informasi tentang bahaya rokok kepada siswa sehingga tidak selalu
bergantung pada fasilitas yang disediakan melalui keuangan sekolah.
VI. Landasan
Teori
a.Layanan Informasi
Menurut Winkel
(1981) layanan informasi adalah layanan yang berupa pemberian informasi kepada
individu-individu yang mengalami kekurangan informasi yang mereka butuhkan.
Informasi yang dimiliki oleh individu akan membantunya dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapinya dan merencanakan kehidupannya di masa yang akan
datang. Tujuan dari layanan informasi adalah membantu seorang individu dalam
mengetahui dan menguasai suatu informasi untuk digunakan dalam keperluan
hidupnya sehari-hari maupun kebutuhannya dimasa depan.
Layanan informasi
sendiri juga bertujuan untuk mengembangkan kemandirian dari seorang individu.
Pemahaman akan kemandirian ini bertujuan untuk :
·
Mampu memahami dan menerima diri sendiri secara objektif ,positif
, dan dinamis.
·
Mengambil keputusan
·
Mengarahkan diri untuk mengikuti kegiatan-kegiatan positif atas
keputusan yang telah diambil.
·
Mengaktualisasi diri secara terintegrasi.
ISI LAYANAN
INFORMASI
Dalam pelaksanaan
layanan informasi , konten /isi yang harus ada dalam proses pemberian layanan
informasi yaitu :
·
Informasi tentang perkembangan diri
·
Informasi tentang hubungan antar pribadi , sosial , nilai-nilai ,
dan moral
·
Informasi tentang pendidikan , kegiatan belajar , dan perkembangan
iptek
·
Informasi tentang sosial budaya , politik , dan kewarganegaraan
·
Informasi tentang kehidupan berkeluarga
·
Informasi tentang kehidupan agama dan seluk-beluk penganutnya
TEKNIK
LAYANAN INFORMASI
Dalam memberikan
layanan informasi , terdapat teknik-teknik yang harus diperhatikan oleh guru
Bimbingan dan Konseling. Teknik-teknik yang digunakan dalam menyampaikan layanan
informasi yaitu :
·
Ceramah , teknik ini merupakan teknik yang paling umum digunakan
oleh guru pembimbing dimana para klien akan mendengar arahan yang diberikan
oleh guru pembimbing dalam ceramah kemudian siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya kepada guru pembimbing untuk mendapatkan informasi yang jelas dan
tajam.
·
Media , menyampaikan layanan informasi menurut teori ini dapat
menggunakan beberapa media seperti poster , video , gambar , media elektronik ,
radio , televisi , internet , dan alat peraga.
·
Melalui acara khusus , menyampaikan layanan informasi dapat
dilakukan dengan menggelar acara khusus berkaitan dengan informasi yang ingin
disampaikan , seperti mengadakan ‘’Hari anti asap rokok’’ untuk menyampaikan
informasi mengenai bahaya rokok , ‘’Hari cuci tangan” untuk menyampaikan
informasi kesehatan kepada siswa , dan ‘’Parenting meeting’’ untuk memberikan
informasi kepada orangtua siswa terkait kehidupan siswa di sekolah.
·
Mengundang nara sumber , yaitu mengundang narasumber yang
berkaitan secara langsung terhadap informasi yang akan disampaikan dalam
layanan informasi.
KEGIATAN
PENDUKUNG LAYANAN INFORMASI
Dalam
melaksanakan layanan informasi , terdapat beberapa kegiatan pendukung yang
dapat dilibatkan dalam pelaksanaannya. Kegiatan yang dapat mendukung
pelaksanaan layanan informasi adalah :
·
Himpunan data , yaitu menggunakan instrumen-instrumen yang dapat
digunakan untuk menyampaikan layanan informasi. Kegunaan dari himpunan data
dalam mendukung layanan informasi adalah : 1) menetapkan informasi yang akan
menjadi isi layanan informasi , 2)menetapkan calon peserta layanan ,
3)menetapkan siapa yang akan menyajikan informasi.
·
Konferensi kasus , yaitu mengadakan suatu pertemuan yang diikuti
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan di sekolah maupun
pihak-pihak lain yang terkait untuk menyusun isi dari layanan informasi. Dalam
konferensi ini juga dibahas beberapa aspek dalam penyampaian layanan informasi
yaitu : 1) informasi yang akan diberikan , 2)subjek dari layanan informasi , 3)
penyaji layanan , 4) waktu dan tempat pelaksanaan , 5)rencana operasional.
·
Kunjungan rumah , kegiatan ini bertujuan mengetahui bagaimana
kehidupan siswa sebagai objek sasaran layanan informasi seseungguhnya di rumah.
Melalui kunjungan rumah ini dapat diketahui apa-apa saja informasi yang sangat
dibutuhkan siswa sebagai objek layanan informasi , sehingga informasi yang
diberikan dalam layanan informasi akan berguna dan tepat guna bagi siswa yang
menerima layanan informasi.
·
Alih tangan kasus , kegiatan ini dilakukan saat siswa yang
menerima layanan informasi tertarik akan informasi yang diberikan dan ingin
memperdalam informasi tersebut maka guru pembimbing dapat mengarahkannya ke
pihak-pihak yang dapat memberikan informasi secara lebih jelas kepada siswa
tersebut.
PELAKSANAAN
LAYANAN INFORMASI
Dalam
melaksanakan layanan informasi terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan.
Tahapan-tahapan tersebut yaitu :
·
Tahap perencanaan , kegiatan yang dilakukan : identifikasi
kebutuhan siswa penerima layanan , menetapkan materi yang akan disampaikan ,
menetapkan subjek sasaran layanan , menetapkan narasumber , menyiapkan prosedur
, menyiapkan perangkat dan media layanan , dan menyiapkan keperluan
administratif.
·
Tahap pelaksanaan , kegiatan yang dilakukan : mengorganisasikan
kegiatan , mengaktifkan peserta layanan , dan mengoptimalkan metode penggunaan
media.
·
Tahap evaluasi , kegiatan yang dilakukan : menetapkan materi
evaluasi , menetapkan prosedur evaluasi , menyusun instrumen evaluasi ,
mengaplikasikan instrumen evaluasi , dan mengolah hasil aplikasi instrumen.
·
Tahap analisis , kegiatan yang dilakukan : menetapkan norma atau
standard evaluasi , melakukan analisis , dan menafsirkan hasil analisis.
·
Tahap tindak lanjut , kegiatan yang dilakukan : menyiapkan jenis dan
arah tindak lanjut , mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak lain
, dan melaksanakan rencana tindak lanjut.
·
Tahap pelaporan : menyusun laporan , menyampaikan laporan kepada
pihak terkait dan dokumentasi laporan.
B. perilaku merokok
DEFINISI
PERILAKU MEROKOK
Perilaku menurut
Andi Mappiarei (2006 :30) yaitu suatu gerak kompleks yang dilakukan oleh
individu terhadap situasi yang berbeda-beda. Salah seorang ahli lainnya Edwin
G.Borring menyatakan bahwa perilaku merupakan suatu kumpulan respons yang
menjadi sangat kompleks yang selalu berkaitan dengan situasi , sebagaimana
sebuah respons yang selalu terkait dengan stimulus.
Perilaku merokok
menurut Amstrong (1990) adalah menghisap tembakau ke dalam tubuh untuk
selanjutnya dikeluarkan kembali oleh mulut. Levy (1984) mendefiniskan perilaku
merokok sebagai perilaku membakar dan menghisap asap tembakau yang mana asap
yang dihasilkan mempengaruhi orang-orang yang berada di sekitarnya.
TAHAPAN
DALAM PERILAKU MEROKOK
Sebelum menjadi
seorang perokok seorang individu melewati beberapa tahapan yang akan
mendorongnya menjadi seorang perokok. Levental dan Carley (Komalasari:3)
mengidentifikasi tahapan-tahapan seseorang menjadi perokok adalah sebagai
berikut :
a.
Tahap perpatory , pada tahap ini seseorang mendapat gambaran
mengenai rokok sebagai sesuatu yang menyenangkan melalui penglihatan ,
pendengaran , dan pengaruh dari iklan sehingga seseorang tertarik untuk menjadi
seorang perokok.
b.
Tahap initation , pada tahap ini merupakan tahap keputusan
seseorang untuk tetap menjadi seorang perokok atau tidak.
c.
Tahap becoming a smoker , yaitu pada tahap ini apabila seseorang
telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka berpotensi menjadi
seorang perokok aktif.
d.
Tahap maintenence of smooking , pada tahap ini rokok telah menjadi
pengaturan diri seseorang dimana ia merokok bertujuan untuk mendapat kesenangan
yang harus dipenuhi.
TIPE-TIPE
PERILAKU MEROKOK
Terdapat beberapa
tipe perilaku merokok yang dibedakan atas beberapa aspek yaitu :
·
Berdasarkan tempat merokok
1. Merokok di
tempat umum
a) Kelompok
homogen , yaitu perokok yang merokok di tempat dimana semua rekan sesama
perokok berkumpul di situ dan mereka menikmati aktivitas merokok secara
bersama-sama
b) Kelompok
heterogen , yaitu perokok yang berada di tengah-tengah lingkungannya , yang
dimana di dalam lingkungannya terdapat kelompok orang yang tidak merokok ,
anak-anak , wanita , dan lansia
2. Merokok di
tempat-tempat pribadi
a) Kantor ,
kamar pribadi tipe perokok yang memilih tempat ini merupakan tipe perokok yang
kurang dalam menjaga kebersihan baik diri maupun lingkungannya.
b) Toilet ,
tipe perokok yang suka merokok di tempat paling tertutup yaitu toilet merupakan
tipe perokok yang suka berfantasi.
·
Berdasarkan manajemen terhadap afeksi merokok
1. Tipe perokok
yang dipengaruhi oleh perasaan positif
a) Pleasure
relaxation , yaitu perilaku merokok yang ditujukan untuk menambah kenikmatan
yang telah didapat seperti merokok setelah makan atau minum kopi.
b) Stimulation
to pick the up , yaitu perilaku merokok yang dilakukan bertujuan untuk
menyenangkan perasaan.
c) Pleasure of
handling the cigarrete , yaitu kenikmatan yang didapat dari memegang rokok.
2. Tipe merokok
yang dipengaruhi oleh perasaan negatif , yaitu perilaku seseorang yang merokok
untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif yang dialaminya seperti stress ,
depresi , sedih , marah , dan sebagainya.
3. Tipe perokok
adiktif , yaitu tipe perilaku merokok yang meningkatkan dosis merokoknya
sebagai akibat pengaruh afeksi dari merokok.
4. Tipe perokok
berdasarkan perasaan , yaitu tipe perilaku merokok bukan lagi karena perasaan
tetapi memang sudah menjadi kebiasaan bagi perokok tersebut.
·
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dalam sehari
1. Perokok
berat , yaitu orang yang menghisap rokok 15 batang dalam sehari.
2. Perokok
sedang , yaitu orang yang menghisap rokok antara 5-14 batang dalam sehari.
3. Perokok
ringan , yaitu orang yang menghisap rokok 1-4 batang dalam sehari.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA SISWA
Banyak faktor
yang mempengaruhi seorang siswa menjadi seorang perokok , beberapa faktor
tersebut antara lain :
a.
Pengaruh orang tua , menurut Baer & Corade anak yang berasal
dari keluarga yang memiliki kebahagiaan dan mendapat perhatian penuh dari orang
tua memiliki kemungkinan minimal untuk terlibat dalam rokok dan penggunaan obat
terlarang dibandingkan dengan anak yang berasal dari lingkungan keluarga yang
tidak bahagia dan tidak mendapat
perhatian dari orang tua. Selain itu perilaku orangtua yang merokok di depan
anak semakin membuat anak terpengaruh untuk merokok.
b.
Pengaruh teman , berbagai fakta mengungkapkan bahwa siswa SMP dan
SMA yang menjadi perokok sebagian besar terpengaruh oleh perilaku
teman-temannya yang menjadi seorang perokok. Seorang siswa yang menjadi perokok
berat pada umumnya dikarenakan karena memiliki teman-teman yang menjadi perokok
berat. Hal yang sama juga berlaku untuk penyebab remaja yang tidak merokok.
c.
Faktor kepribadian , seseorang menjadi perokok dikarenakan
keinginan untuk melepaskan diri dari rasa sakit atau kebosanan yang ada di
dalam hidupnya. Salah satu sifat kepribadian yang mencolok pada seorang perokok
adalah sifat konformitas sosial. Atkinson (1999) menyatakan bahwa seorang
perokok memiliki konformitas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang
yang tidak merokok.
d.
Pengaruh iklan , iklan rokok yang ditampilkan di media cetak dan
elektronik sering menggambarkan seorang perokok sebagai sosok laki-laki yang
glamour dan rokok merupakan lambang kejantanan membuat sebagian siswa SMP dan
SMA tertarik untuk menjadi seorang perokok.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen
(Sarafino:1994) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok seseorang
yaitu :
a)
Faktor biologis , yaitu keberadaan zat nikotin di dalam rokok yang
menyebabkan seseorang ketergantungan terhadap rokok. Kadar zat nikotin sangat
tinggi ditemukan di dalam darah seorang perokok.
b)
Faktor psikologis , yaitu merokok dapat dijadikan sarana untuk
mengakrabkan suasana , menghilangkan stress , menimbulkan persaudaraan , dan
menimbulkan kesan berwibawa sehingga individu yang tidak merokok saat bergaul
dengan seorang perokok akan tergoda untuk menjadi seorang perokok.
c)
Faktor lingkungan sosial , lingkungan sosial mempengaruhi seorang
individu menjadi perokok karena disebabkan sikap , perhatian , stereotip , dan
kedudukan seseorang perokok di dalam lingkungan sosialnya.
d)
Faktor demografis , yaitu faktor yang didasari pada jenis kelamin
dan usia seseorang. Dewasa ini orang dewasa kebanyakan merokok untuk
menunjukkan tanda kedewasaan.
e)
Faktor sosial-budaya , yaitu faktor sosial-kultural , kebiasaan
budaya , kelas sosial , tingkat pendidikan , jenis pekerjaan dan gajinya
mempengaruhi perilaku merokok seseorang (Smet :1994)
f)
Faktor sosial politik , yaitu faktor kesadaran umum untuk
melindungi warga yang tidak merokok dengan melancarkan kampanye anti-rokok dan
pemasangan iklan bahaya rokok untuk mengurangi perilaku merokok. Perilaku
merokok saat ini merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi negara
berkembang seperti Indonesia.
Perilaku merokok di kalangan remaja siswa SMP
dan SMA saat ini telah sangat meresahkan berbagai pihak yang ada di Indonesia.
Hasil riset yang membidangi masalah rokok di Indonesia (Republika , 1998)
menyatakan bahwa anak Indonesia telah mengenal rokok sejak mereka berusia 9
tahun. Smet (1994) menyatakan bahwa usia pertama kali merokok berkisar antara
usia 11-13 tahun dan mayoritas para perokok telah menjadi perokok aktif sebelum
berusia 18 tahun , yang mana notabene usia ini merupakan usia di jenjang
pendidikan SMP dan SMA. Menurut WHO presentase perokok yang ada di dunia
berkisar 30% dari total populasi dunia (Republika , 1998) beberapa penilitian
yang dilakukan tentang perilaku merokok di Indonesia memberikan hasil yang
cukup mencenangkan. Penelitian-penelitian tersebut antara lain :
Ø Litbang
:2004 , menunjukkan bahwa 64,8% pria di atas usia 13 tahun adalah perokok
(Tandra , 2003).
Ø GTYS :2000 ,
menunjukkan bahwa dari 2074 responden pelajar Indonesia usia 15-20 tahun ,
43,9% (69% diantaranya pria) menyatakan bahwa mereka pernah merokok.
Ø Yayasan
Kanker Indonesia , menemukan 27,1% dari 1961 responden pelajar SMA/SMK sudah mulai terbiasa merokok dimana pada saat
kelas satu mereka telah merokok empat batang sehari dan pada saat di kelas 3
mereka telah merokok lebih dari 10 batang sehari (Sirait , dkk : 2001).
PERANAN GURU
PEMBIMBING DALAM MENGATASI SISWA MEROKOK
Dalam SK
Mendikbud dan kepala BAKN no. 0433/P/1993 dan no.25 tahun 1993 tentang petunjuk
pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya pada pasal 1 ayat 4
menjelaskan : ‘’guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas , tanggung
jawab , wewenang , hak dan kewajiban secara penuh terhadap kegiatan Bimbingan
dan Konseling kepada siswa.
Guru pembimbing
memiliki tugas-tugas khusus untuk memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling
kepada siswa terutama dalam membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dan upaya mengembangkan dirinya serta memandirikan diri klien dalam mengatasi
masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya. Prayitno dan Erman amti (1999 :97)
terdapat empat bidang fungsi pelayanan BK , yaitu :
1.
Fungsi pemahaman : yaitu fungsi untuk memahami keadaan diri siswa
, pemahaman tentang lingkungan siswa , dan pemahaman lingkungan yang lebih
luas.
2.
Fungsi pencegahan : yaitu fungsi yang akan menghasilkan
tercegahnya atau terhindarnya siswa dari masalah yang timbul.
3.
Fungsi pengentasan : yaitu fungsi yang akan menghasilkan
terentasnya atau terselesaikannya masalah siswa.
4.
Fungsi pemeliharaan : yaitu fungsi yang menghasilkan terpelihara
dan mengembangkannya berbagai potensi positif siswa dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan bertujuan.
Maka guru pembimbing bekerja sama dengan unsur sekolah lainnya
untuk mewujudkan fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling. Dalam kaitan dengan
masalah rokok pada siswa guru pembimbing hendaknya memahami , mencegah , dan
mengentaskan masalah rokok yang dihadapi oleh siswa.
Dalam menangani
masalah rokok pada siswa guru Pembimbing dapat mempergunakan berbagai jenis
layanan dan kegiatan pendukung untuk merancang program yang mengatasi sekaligus
mencegah timbulnya masalah rokok pada siswa.
( landasan teori ini bersumber dari jurnal ilmiah online
Universitas Negeri Padang ‘’Pustaka.Unp.ac.id’’ dengan judul ‘’ PERILAKU
MEROKOK SISWA SERTA PERAN GURU PEMBIMBING ‘’ karya Dina Sukma : 2011)
VI. Gambaran
Umum Masyarakat Sasaran
Gambaran
masyarakat sasaran secara umum adalah siswa yang berada pada jenjang pendidikan
SMP dan SMA di kota Bengkulu. Masyarakat di Kota Bengkulu merupakan masyarakat
yang memiliki keanekaragaman suku bangsa dan agama. Kota Bengkulu sendiri
terletak di wilayah pesisir pantai barat sumatera sehingga memiliki kultur
masyarakat yang berbicara dengan tegas dan keras. Di kota Bengkulu sendiri
kehidupan sosial kemasyarakatan telah terpengaruh oleh perkembangan kehidupan
modern yang berkembang indonesia. Kelompok masyarakat remaja yang ada di
provinsi Bengkulu merupakan kelompok dominan karena di Bengkulu mayoritas
masyarakatnya merupakan kelompok masyarakat yang berada pada kelompok usia
muda. Kota Bengkulu sendiri memiliki jumlah pelajar yang cukup banyak dan unit
sekolah tersebar di seluruh pelosok kota Bengkulu. Mengenai kebiasaan merokok
yang ada pada masyarakat Bengkulu cukup marak dilakukan oleh kalangan
masyarakat di provinsi Bengkulu. Usia perokok di Kota Bengkulu penyebarannya
merata mulai dari kelompok usia muda hingga kelompok masyarakat yang berada di usia
lanjut. Perkembangan kebiasaan merokok pada kalangan pelajar SMP dan SMA di
kota Bengkulu cukup memprihatinkan. Pada saat jam sekolah berakhir seringkali
dijumpai di pusat-pusat keramaian kota Bengkulu seperti komplek pertokoan jalan
Soeprapto , pusat perbelanjaan mega mall dan BIM , dan kawasan wisata pantai
panjang maka kita dapat menemukan kelompok pelajar baik SMP maupun SMA tengah
asyiknya menikmati menghisap rokok dengan menggunakan seragam sekolah dan tanpa
merasa bersalah bahkan bangga melakukan aktivitas merokok tersebut. Masyarakat
kota Bengkulu sendiri pada dasarnya merupakan masyarakat yang religius dan
dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari mereka biasanya akan mengontrol
perilaku anaknya namun , dalam komunikasi mereka cukup keras sehingga seringkali
saat orangtua menasehati anaknya sering terjadi pertengkaran antara orang tua
dan anak sehingga nasehat orangtua sering tidak didengar oleh anak. Dalam
kehidupan di sekolah sendiri karena kekurangan tenaga guru pembimbing terjadi
di banyak sekolah di Kota Bengkulu sehingga siswa menjadi kurang tanggap dan
kurang memiliki informasi yang akurat tentang rokok banyak siswa SMP dan SMA
terjerumus menjadi perokok sehingga jumlah perokok dari kalangan pelajar SMP
dan SMA di kota Bengkulu jumlahnya cukup banyak.
VII. Metode
Pelaksanaan
Dalam proposal
ini , penyusun mengajukan metode pelaksanaan yang akan digunakan dalam kegiatan
penelitian ini. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah :
1. Menggunakan
metode observasi , yaitu peneliti merencanakan akan melaksanakan kegiatan
observasi yang akan dilakukan di beberapa sekolah yang ada di kota Bengkulu.
Dalam melaksanakan kegiatan observasi yang akan dilakukan di sekolah peneliti
akan memfokuskan pada pengamatan mengenai pelaksanaan layanan informasi untuk
pencegahan bahaya rokok yang ada di sekolah. Dalam kegiatan observasi ini
peneliti akan menyiapkan beberapa instrumen yang akan digunakan yaitu :
Ø Daftar
pertanyaan , yaitu peneliti akan menyiapkan beberapa daftar pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada narasumber yang berkompeten untuk menjelaskan mengenai
pelaksanaan layanan informasi untuk pencegahan perilaku merokok pada siswa di
sekolah.
Ø Daftar cek ,
yaitu peneliti akan menyiapkan beberapa daftar yang berisi standar-standar
pelaksanaan layanan informasi mengenai pencegahan perilaku merokok pada siswa
di sekolah. Dalam daftar cek ini peneliti akan menggunakan daftar skala tingkat
sehingga kualitas layanan informasi untuk pencegahan perilaku merokok pada
siswa. Dalam daftar cek ini juga peneliti akan mengkaji ketersediaan alat-alat
penunjang layanan informasi untuk pencegahan perilaku merokok pada siswa yang
mana ketersediaan alat-alat itu akan dicek kondisinya melalui daftar cek.
2. Membagikan
angket , peneliti dalam hal ini akan merencanakan pembagian angket kepada siswa
untuk mengetahui bagaimana pengalaman siswa dalam menerima layanan informasi
mengenai pencegahan perilaku merokok di sekolah. Melalui angket ini akan
didapat gambaran bagaimana selama ini pelayanan informasi dari guru pembimbing
mengenai pencegahan perilaku merokok pada siswa.
3. Pengambilan
dokumen , dalam kegiatan penelitian ini peneliti akan merencanakan akan meminta
izin kepada pihak instansi tempat peneliti melakukan penelitian untuk mengambil
beberapa data yang dianggap perlu oleh peneliti untuk mendukung penulisan
gagasan ilmiah hasil dari kegiatan penelitian PKM-GT. Dokumen yang akan diambil
berupa foto , satuan layanan , program kerja guru pembimbing , dan beberapa
data administratif yang dapat mendukung hasil penelitian.
Pencapaian dari program penelitian ini apabila peneliti telah
mencapai indikator-indikator keberhasilan jangka pendek penelitian sebagai
berikut :
·
Peneliti telah mengetahui bagaimana kondisi pelaksanaan layanan
informasi untuk mencegah perilaku merokok pada siswa yang dilaksanakan di
sekolah.
·
Objek penelitian dapat mengungkapkan dan menceritakan kepada
peneliti bagaimana pelaksanaan layanan informasi untuk mencegah perilaku
merokok pada siswa.
·
Peneliti mampu mengidentifikasikan dimana letak kelemahan penyebab
layanan informasi untuk pencegahan perilaku merokok pada siswa menjadi tidak
efektif dan terkesan tidak memiliki arti pada diri siswa.
·
Peneliti telah bisa menginterpretasi hasil penelitian dan
menghubungkannya dengan teori-teori penyampaian layanan informasi.
Indikator pencapaian hasil kegiatan penelitian PKM-GT jangka
panjang :
·
Peneliti telah berhasil menyusun laporan ilmiah hasil kegiatan
penelitian PKM-GT
·
Peneliti telah berhasil menyusun sebuah artikel ilmiah yang di
dalamnya terdapat beberapa alternatif solusi kreatif yang dikemukakan untuk
dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam menyampaikan layanan innformasi
mengenai bahaya rokok kepada siswa agar isi layanan yang disampaikan kepada
siswa menjadi lebih efektif , mudah diterima , dan dapat diterapkan oleh siswa.
VIII. Jadwal
Kegiatan Program
Adapun
jadwal dari kegiatan penelitian ini adalah :
No
|
Bulan
|
Minggu
|
Kegiatan
|
1
|
Bulan 1
|
Minggu 1
|
Pencarian
objek penelitian
|
|
|
Minggu 2
|
Melakukan
kontak dan membangun komitmen dengan pihak yang terlibat
|
Minggu 3
|
Melakukan
penelitian
|
||
Minggu 4
|
Melakukan
penelitian (lanjutan)
|
||
2
|
Bulan 2
|
Minggu 1
|
Pengelolaan
hasil penelitian
|
|
|
Minggu 2
|
Pengelolaan
hasil penelitian
|
Minggu 3
|
Analisis
hasil penelitian
|
||
Minggu 4
|
Penyusunan
laporan
|
||
3
|
Bulan 3
|
Minggu 1
|
Penyusunan
laporan
|
|
|
Minggu 2
|
Penulisan
artikel ilmiah berdasarkan hasil penelitian
|
Minggu 3
|
Pemeriksaan
artikel dan laporan penelitian oleh dosen pembimbing
|
||
Minggu 4
|
Publikasi
hasil setelah hasil dievaluasi oleh dosen pembimbing.
|
IX.
Rancangan Biaya
Adapun
rancangan biaya dari penelitian ini adalah :
1.bahan
habis pakai :
·
Kertas A4 3 rim :
@rim=rp 30.000X3= Rp 90.000
·
Pena 2 kotak :
2 x Rp 20.000 = Rp 40.000,-
·
Tinta printer 1 kotak :
Rp 35.000,-
·
Biaya bahan penjilidan :
Rp 10.000,-
2.
perjalanan
·
Bensin :
Rp 300.000,-
3. lain-lain
·
Biaya tak terduga :
Rp 200.000,-
·
Makan :
Rp 400.000,-
Total biaya
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Rp 1.075.000,- ( SATU JUTA TUJUH PULUH LIMA RIBU RUPIAH ).
DAFTAR
PUSTAKA
Tohirin , Drs ,M.Pd.
2007. BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DAN MADRASAH (BERBASIS INTEGRASI).
JAKARTA : PT. RAJA GRAFINDO PUSTAKA.
Hurlock , Elizabeth.
1980. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN (SUATU PENDEKATAN SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN).
JAKARTA : ERLANGGA
SUKMA , DINA. 2011.
PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SERTA PERAN GURU PEMBIMBING. PADANG : JURNAL ILMIAH
ONLINE UNIVERSITAS NEGERI PADANG ‘’ PUSTAKA.UNP.ac.id’’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar