Jumat, 05 April 2013

penerapan psikologi lingkungan


Judul             : Kepadatan Pemukiman Penduduk di Bantaran Kali Surabaya
Materi            : Aplikasi Psikologi sosial dalam lingkungan
Ilustrasi         :
           

            Surabaya merupakan salah satu kota terbesar yang ada di Indonesia. Kota Surabaya sendiri merupakan IbuKota dari provinsi Jawa Timur. Populasi penduduk di kota Surabaya selayaknya kota-kota besar yang ada di Indonesia jumlahnya sangat padat. Di kota Surabaya sendiri juga menjadi pusat bisnis di kawasan Indonesia bagian timur. Di Kota Surabaya sendiri penduduknya tidak hanya berasal dari etnis Jawa (suku di pulau jawa) namun juga berasal dari berbagai etnis di Indonesia. Namun dengan semakin berkembangnya kota Surabaya menjadi kota besar dan juga semakin bertambahnya populasi kota , maka pemukiman yang ada di kota Surabaya tumbuh menjadi tidak teratur sehingga pemukiman tersebar hingga ke bantaran kali surabaya. Dalam membangun pemukiman tidak terkelola dengn baik sehingga pemukiman menyebar hingga ke pinggir kali yaitu Kali Surabaya. Pemukiman yang dibangun di sekitar kali berubah menjadi pemukiman yang sangat dan terkesan menjadi kumuh. Pengaturan penyusunan rumah juga menjadi masalah di pemukiman sekitar bantaran kali Surabaya terutama berkaitan dengan tata kelola limbah rumah tangga yang kurang terkelola dengan baik sehingga limbah-limbah mencemari kali Surabaya. Pertumbuhan penduduk kota Surabaya yang berkembang dengan pesat baik melalui kelahiran maupun migrasi penduduk menjadi salah satu penyebab meledaknya pemukiman hingga ke arah pinggiran kali Surabaya sehingga menyebabkan pertumbuhan permukiman penduduk di sekitar kali menjadi tidak terkendali lagi.
            Warga yang bermukim di sekitar kali Surabaya menjadi kurang nyaman tinggal di sana. Tata pengaturan kota kurang tegas mengatur mengenai pembagaian lahan yang ada di dalam kota menyebabkan lokasi pabrik Industri berdiri di dekat pemukiman warga , sehingga keberadaan pabrik menimbulkan suatu gangguan tersendiri bagi warga sekitar bantaran kali Surabaya.Hal ini terjadi karena letak pabrik industri berdekatan dengan rumah warga mengakibatkan warga sekitar bantaran kali Surabaya didera oleh suara kebisingan yang timbul dari proses produksi pabrik yang ada di sekitar pemukiman. Selian itu warga yang tinggal di sekitar bantaran kali Surabaya juga terganggu dengan adanya asap pabrik yang dikeluarkan dan arah pembuangan asap diarahkan ke rumah warga sehingga warga yang tinggal di sekitar bantaran kali terganggu dengan adanya asap pabrik yang sangat mengganggu kenyamanan mereka yang tinggal dekat pabrik di sekitar bantaran kali Surabaya.
             Penyusunan tatanan rumah warga yang sangat berdekatan antara satu sama lain membuat sebagian besar masyarakat menjadi kurang nyaman bermukim di daerah tersebut. Masyarakat yang bermukim disekitar bantaran kali Surabaya merasa lingkungan mereka yang penuh sesak , tercemar , dan tentunya hal tersebut menjadi beban psikologis bagi warga yang bermukim di sekitar kali. Dampak lain bagi warga yang bermukim disekitar kali adalah mereka merasa tidak lagi memiliki ruang pribadi dikarenakan tidak ada lagi tersedianya tempat rekreasi karena kali yang sudah tercemar sehingga mereka tidak bisa lagi melakukan rekreasi di sekitar kali. Dalam mencari ruang untuk mendapat ketenangan warga yang ada di sekitar bantaran kali tidak mendapatkan ketenangan pribadi di rumah , karena rumah mereka telah berdempetan dinding antar satu rumah dengan rumah lainnya sehingga mereka tidak merasakan adanya privasi diantara mereka. Para warga yang bermukim di sekitar bantaran kali juga sering merasa curiga diantara mereka satu sama lain antar tetangga karena mereka merasa bahwa tetangga-tetangga mereka sering menguping pembicaraan pribadi keluarga mereka di rumah , akibatnya pertengkaran diantara para tetangga di bantaran kali menjadi hal yang terbiasa di lingkungan bantaran kali. Sehingga akibatnya para warga menjadi kurang nyaman tinggal di kali.





















Analisis :
            Dalam melakukan analisis ini , penulis menggunakan teori penerapan psikologi sosial di dalam lingkungan yang mana dalam hal ini akan dibahas dalam beberapa item yaitu :
·         Dalam merancang tata pemukiman di bantaran kali Surabaya, tidak memperhatikan adanya ketersediaan ruang pribadi bagi manusia. Seperti diketahui dalam psikologi sosial seorang manusia membutuhkan ketersediaan ruang bagi dirinya sebagai seorang individu. Ruang itu dikenal sebagai ruang pribadi dan ruang teritorial. Ruang pribadi adalah ruang disekitar tubuh seseorang yang tidak tampak dimata orang lain dan orang lain tidak boleh memasuki ruangan tersebut (Sommer 1969 , dalam bukuPsikologi Sosial , Sears:222) sedangkan ruang teritorial adalah ruang dimana seorang individu merasa menguasai ruangan tersebut dan memiliki hak untuk meletakkan barang-barang pribadinya di luar tersebut. Dalam hal masalah permukiman penduduk di bantaran kali Surabaya tidak memperhatikan adanya ketersediaan ruangan pribadi individu. Hal ini terlihat dari tidak ada batas pemisah dinding rumah warga di sekitar bantaran kali. Akibat terlalu rapatnya rumah-rumah warga tersebut sehingga dinding rumah mereka saling menempel satu sama lain individu merasa bahwa mereka tidak memiliki ruang pribadi bagi kehidupan keluarga mereka. Rumah bagi seorang individu merupakan area paling pribadi bagi kehidupan mereka , sehingga saat area paling pribadi bagi mereka menempel satu sama lain dengan orang lain maka akan membuat individu yang tinggal di dalam rumah tersebut merasa risih dan tidak nyaman karena mereka mengkhwatirkan rahasia-rahasia pribadi keluarga mereka akan terdengar oleh orang lain yang berdekatan dengan rumah sebagai ruang pribadi keluarga-keluarga tersebut. Akibat pengaruh perasaan tersebut perilaku individu anggota keluarga menjadi terpengaruh dalam berinteraksi dengan tetangga mereka. Dalam kasus pemukiman di bantaran kali Surabaya ruang teritorial bagi individu-individu yang memiliki rumah juga tidak tersedia dengan baik karena rapatnya pemukiman di wilayah tersebut. Akibat dari tidak adanya ruang teritorial bagi individu mengakibatkan individu di bantaran kali Surabaya tersebut mengalami kesulitan dalam menaruh barang-barang pribadi mereka yang tidak tertampung di dalam rumah, sedangkan jarak rumah yang saling berdekatan antar tetangga satu dengan tetangga lainnya mengakibatkan timbul rasa segan pada setiap keluarga. Rasa segan itu menimbulkan banyak pikiran dalam diri individu yang tidak dapat terungkapkan dalam menata barang-barang mereka akibat kecilnya ruang teritorial yang dimiliki sehingga pikiran-pikiran mereka menjadi tertahan bahkan menimbulkan stress sebagai akibat pikiran-pikiran mereka mengenai pengaturan ruang pribadi individu mereka yang tidak dapat diungkap dan disalurkan.
·         Warga yang bermukim di bantaran kali Surabaya sering terlibat pertengkaran dengan para tetangga mereka sebagai akibat terlalu rapatnya pemukiman di sekitar bantaran kali Surabaya. Sebagai mana diketahui jarak ruang pribadi dan teritorial di bantaran kali surabaya sangat kecil bahkan beberapa diantaranya tidak memiliki kedua ruang tersebut. Dalam konsep psikologi sosial individu-individu memiliki perbedaan dalam menilai ruang pribadi dan teritorial milik mereka. Perbedaan-perbedaan menilai ruang pribadi dan individu itu diakibatkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan dan perbedaan jenis kelamin setiap individu(Watson dan Graves 1969 , dalam buku Psikologi Sosial , Sears: 224) yang tinggal di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya. Setiap individu tentunya akan mempertahankan ruang baik pribadi maupun teritorial yang mereka miliki dan sebagian mau berbagi ruang pribadi yang mereka miliki dengan orang lain. Pertengkaran yang sering melanda warga yang bermukim di kawasan bantaran kali Surabaya disebabkan oleh beragamnya penduduk yang bermukim di kawasan bantaran kali Surabaya , hal ini dikarenakan Surabaya merupakan kota besar yang dibanjiri oleh banyak orang yang datang dari seluruh Indonesia. Latar belakang penduduk yang berbeda-beda tersebut mengakibatkan timbulnya persepsi yang berbeda antar warga yang tinggal di bantaran kali Surabaya mengenai batas ruang pribadi dan teritorial mereka. Perbedaan penilaian tersebut seringkali tidak diketahui oleh warga yang bermukim di kawasan tersebut sehingga yang terjadi adalah seorang individu masuk ke ruang pribadi dan teritorial milik individu lain tanpa ia sadari karena perbedaan kebudayaan mengenai batas ruang pribadi dan sosial. Individu yang berasal dari kelompok kebudayaan berbeda merasa bahwa individu lain telah memasuki ruang pribadi dan teritorial mereka , sedangkan individu yang masuk ruang pribadi orang tersebut tidak merasa bahwa dirinya telah memasuki ruang pribadi dan teritorial milik orang lain. Akibat dari hal ini maka sering timbul pertengkaran diantara warga yang bermukim di kawasan bantaran kali Surabaya sebagai akibat pelanggaran ruang pribadi dan teritori individu yang dilakukan oleh individu lain. Pertengkaran ini apabila terus terjadi dalam kehidupan masyarakat di bantaran kali Surabaya maka akan merusak tatanan sosial kehidupan masyarakat bahkan akan menjurus pada tindakan agresi.
·         Penyusunan rumah di bantaran kali Surabaya sangat rapat bahkan saling menempel satu sama lain di antara rumah tersebut. Hal ini dalam psikologi sosial dikaji dalam teori intensitas-kepadatan. Dalam hal ini kepadatan yang tinggi akan menguatkan reaksi yang umum terhadap reaksi sosial (Freedman ; 1975 ,dalam buku Psikologi Sosial , Sears : 230). Dalam hal ini apabila seorang individu menyukai orang lain yang berada di dalam lingkungannya  maka ia akan sangat menyukai orang tersebut , sebaliknya  apabila individu tersebut tidak menyukai seseorang , maka rasa ketidaksukaannya akan semakin menjadi. Pengalaman yang berlangsung secara terus menerus akan membentuk ingatan dan menguatkan situasi sosial yang mereka alami di dalam lingkungan mereka. Kepadatan yang sangat tinggi juga akan membuat seorang individu kehilangan kendali. Kehilangan kendali pada individu ditandai oleh tidak dapat mengendalikan situasi dengan baik , bergerak dengan bebas , dan menghindari kontak yang tidak diinginkan dengan orang lain , menimbulkan perasaan tidak berdaya di dalam diri , dan selalu menilai dirinya negatif (Altman ; 1975. dalam buku Psikologi Sosial ,Sears :232 ). kepadatan yang tinggi akan menimbulkan masalah dalam pengaturan kegiatan , hal ini terjadi karena orang lain akan lebih mudah mengganggu aktivitas seorang individu sehingga menimbulkan rasa marah dan frustasi pada diri individu tersebut (Schopler dan Stockdale 1977. Dalam buku Psikologi Sosial , Sears :232). Kaitan teori ini dengan kasus yang terjadi di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya adalah kawasan yang sangat padat bahkan rumahnya saling menempel satu sama lain disertai dengan populasi penduduk yang sangat padat mengakibatkan intensitas kepadatan yang sangat tinggi di lingkungan tersebut. Tata pemukiman yang sangat padat membuat individu hampir setiap hari bertemu dengan orang-orang yang sama secara terus-menerus , selain itu populasi penduduk yang sangat padat dan tata pemukiman yang tidak tertata dengan baik , mengakibatkan individu yang tinggal di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya mengalami perasaan sesak di dalam dirinya karena sedikitnya ruang yang tersedia untuk mendapat udara segar yang menimbulkan perasaan nyaman pada diri individu tersebut. Berkaitan dengan interaksi penduduk di kawasan bantaran kali Surabaya , dengan tingkat intensitas yang tinggi akan menguatkan perasaan seseorang terhadap orang lain. Apabila seorang individu menyukai atau membenci orang lain dengan orang yang sama dengannya tinggal di kawasan pemukiman bantaran kali Surabaya maka tingkat kesukaan atau kebencian itu semakin bertambah karena ia selalu bertemu dengan orang tersebut setiap hari dan melihat perilaku orang tersebut setiap hari karena rumah di kawasan pemukiman tersebut saling berdempet satu sama lain. tata kelola penyusunan rumah yang sangat rapat dan tidak rapi dibantaran kali Surabaya mengakibatkan aktivitas setiap individu menjadi terganggu karena ia merasa orang lain akan melihat bahkan ikut campur dengan aktivitas yang dilakukan oleh individu tersebut. Karena perasaan tersebut terus berkecamuk maka akan menimbulkan perasaan marah dan frustasi pada individu yang melakukan aktivitas karena ia merasa aktivitas yang dilakukan tidak akan pernah berhasil dan berjalan lancar karena banyak gangguan yang akan diterimanya. Perasaan frustasi pada diri individu tersebut akan mengakibatkan ia kehilangan kemampuan dalam mengontrol dirinya untuk dapat hidup di tengah pemukiman penduduk yang sangat padat di bantaran kali Surabaya. Akibat dari ketidakmampuan dalam mengendalikan diri yang terjadi adalah individu tersebut tidak akan mampu mengendalikan dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab sering terjadinya pertengkaran sebagai perilaku sosial di dalam masyarakat kawasan pemukiman bantaran kali Surabaya.
·          Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan bantaran kali Surabaya , berdekatan dengan lokasi industri berupa pabrik. Pabrik yang berdiri dekat dengan lingkungan masyarakat tersebut mengeluarkan suara bising yang mengganggu ketenangan masyarakat , selain itu pabrik-pabrik tersebut juga mengeluarkan asap sisa industri yang mencemari udara yang ada di sekitar pabrik. Hal ini sangat mengganggu ketenangan warga yang tinggal di dekat pabrik tersebut. Gangguan yang paling utama dirasakan oleh warga sekitar adalah suara kebisingan pabrik saat berproduksi. Dalam pembahasan psikologi sosial hal yang berkaitan dengan kebisingan menjadi salah satu penyebab stress lingkungan pada diri individu (Evans:1982. Dalam buku Psikologi Sosial , Sears :238). Kebisingan dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan keluhan dari penduduk yang bermukim disekitar sumber kebisingan. Kebisingan ada dua yaitu kebisingan jangka pendek dan kebisingan jangka panjang. Kebisingan jangka pendek adalah kebisingan yang timbul dalam jangka waktu yang sebentar bahkan singkat namun mampu mengejutkan orang yang berada di sumber kebisingan. Kebisingan jangka panjang adalah kebisingan yang terus muncul dan berulang dari suatu sumber kebisingan seperti jalan raya , pekerjaan pembangunan gedung , proses industri pabrik , dan suara-suara kebisingan lainnya. Kebisingan dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan gangguan bagi individu dalam berperilaku sosial seperti kurangnya kemampuan mengingat (hasil penelitian Cohen dan Lizak;1977. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:243) , fokus perhatian individu menjadi berkurang (hasil penelitian corte dan grant ; 1980. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:243) , memperkuat kecenderungan sifat agresi individu (hasil penelitian Donnerstein dan Wilson ; 1976. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:243) , dan dapat membuat individu kehilangan kemampuan mengendalikan diri. Dalam kasus di pemukiman warga bantaran kali Surabaya sumber kebisingan yang terjadi di sana berasal dari aktivitas pabrik yang lokasi berdirinya berdekatan dengan pemukiman warga. Suara kebisingan bersifat jangka panjang karena aktivitas pabrik di dekat kawasan perumahan bantaran kali Surabaya berlangsung secara terus menerus. Akibat penataan lokasi yang kurang baik tersebut mengakibatkan suara kebisingan selalu di dengar oleh warga pemukiman bantaran kali Surabaya setiap hari , akibatnya salah satu dari dampak kebisingan terjadi di pemukiman warga bantaran kali Surabaya yaitu meningkatnya sifat agresi di tengah masyarakat dan kehilangan kemampuan dalam mengendalikan diri. Sifat agresi yang timbul dalam diri individu menjadi salah satu faktor penyebab sering munculnya pertengkaran diantara warga yang bermukim di bantaran kali Surabaya. Sifat agresi yang terbentuk pada warga semakin besar karena kehilangan kemampuan warga dalam mengendalikan diri diakibatkan rasa stress karena suara kebisingan dari pabrik yang terus mengganggu pendengaran mereka , sehingga saat adanya rangsangan emosi yang kecil karena telah kehilangan kemampuan dalam mengendalikan diri dan telah muncul sifat agresi maka pertengkaran dan perkelahian lah yang menjadi respons warga bantaran kali terhadap rangsangan emosi yang diterimanya.
·         Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia memiliki jumlah populasi yang sangat banyak dan bertumbuh dengan pesat. Hal ini tentunya mempengaruhi lingkungan fisik dan sosial di kota Surabaya. Pengalaman tinggal warga di kota besar sendiri sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosialnya (Fischer ; 1976. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:250). Lingkungan fisik daerah perkotaan dipenuhi oleh banyak bangunan bertingkat , gedung-gedung , dan sarana hiburan serta kemacetan yang menimbulkan rasa sesak pada masyarakat di perkotaan. Lingkungan sosial masyarakat perkotaan sendiri juga terdiri atas berbagai macam suku bangsa tidak hanya penduduk asli kota tersebut , suku bangsa lain datang ke kota tersebut sebagai imigran yang mencari peruntungan dari kampung halamannya. Berkaitan dengan kasus warga di bantaran kali Surabaya sebagaimana di ketahui lingkungan kota Surabaya merupakan lingkungan pusat kota yang mana ketersediaan lahan sangat sempit dan penuh dengan bangunan-bangunan beringkat. Arus  pertumbuhan penduduk terutama dari imigrasi sangat padat di kota Surabaya , yang mana para pendatang di kota Surabaya sangat suka tinggal di pusat kota Surabaya yaitu di sekitar bantaran kali Surabaya , karena mereka berpikiran dengan bermukim di pusat kota mereka akan mendapat kemudahan dalam mengakses informasi , lapangan pekerjaan , dan sumber hiburan diperkotaan. Pikiran-pikiran yang dimiliki warga tersebut membuat mereka berebut untuk tinggal di pusat kota , sehingga akhirnya mereka membangun pemukiman hingga ke pinggiran kali Surabaya yang merupakan wilayah pusat kota. Ketersediaan lahan yang telah sempit di sekitar kali Surabaya mengakibatkan pemukiman yang dibangun oleh warga pendatang tersebut sangat rapat dan dan tidak lagi menyisakan ruang untuk berkumpul dan ruang untuk keperluan pribadi masing-masing penghuni rumah di kawasan tersebut.
·         Hubungan antar tetangga di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya diwarnai saling kecurigaan. Kecurigaan timbul karena setiap warga curiga tetangga sebelah rumahnya menguping dan mengintip apa yang terjadi di rumah tangga mereka. Kecurigaan ini timbul tidak hanya semata disebabkan oleh jarak rumah yang sangat berdempetan di pemukiman tersebut , namun juga oleh rendahnya relasi sosial antar warga di pemukiman tersebut. Rendahnya relasi sosial penduduk perkotaan disebabkan oleh penduduk kota telah banyak dibebani oleh kontak yang dangkal sehingga warga kota besar memiliki sedikit teman akrab dibanding dengan orang yang tinggal di kota kecil (George Simmel ; 1903. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:251). Relasi sosial penduduk kota umumnya lebih akrab dan dekat rekan kerja mereka di kantor atau tempat usaha mereka dan kurang terikat dengan komunitas dimana mereka berada (Fischer ;1982. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:252). Dalam kasus di pemukiman warga bantaran kali Surabaya penyebab hubungan warga di pemukiman tersebut sering terlibat pertengkaran diantara mereka disebabkan diantara mereka kurang tercipta relasi yang kuat dalam hubungan bertetangga. Kurang kuatnya relasi yang tercipta diantara mereka disebabkan pada umumnya warga perkotaan terfokus untuk mengejar materi yang mereka inginkan sehingga interaksi dalam lingkungan masyarakatnya menjadi kurang , bahkan lebih cenderung ke arah individualisme. Penduduk di bantaran kali Surabaya pada umumnya hanya menjalin hubungan yang dekat dengan teman-teman mereka satu profesi saja , sehingga mereka hanya intensif menjalin komunikasi dengan teman sekerja yang tinggal di daerah lain , bukan dengan tetangga mereka. Interaksi yang kurang dan kurangnya informasi yang mereka miliki tentang siapa saja tetangga mereka disebabkan jarangnya mengobrol dengan tetangga mereka. Kurangnya informasi yang mereka miliki tentang tetangga mereka mengakibatkan terjadinya kesalahan persepsi pada tetangga mereka sehingga saat tetangga mereka tidak mengetahui ruang pribadi keluarga disebelahnya , maka saat itulah terjadi pelanggaran keruangan pribadi seorang yang memancing timbulnya pertengkaran diantara para tetangga di lingkungan sekitar bantaran kali Surabaya.

Kesimpulan :  
            Berdasarkan hasil analisis kasus yang terjadi pada pemukiman di bantaran kali Surabaya , kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
1.      Kota Surabaya memiliki jumlah populasi yang sangat banyak , dikarenakan kota Surabaya merupakan salah satu kota metropolis di Indonesia yang menjadi tujuan bagi sebagian besar masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan di kota tersebut. Jumlah populasi tidak sesuai dengan jumlah lahan yang tersedia untuk perumahan sehingga mengakibatkan warga berdesak-desakan tinggal di pemukiman , terutama di bantaran kali Surabaya. Dalam membangun pemukiman warga tidak memperhatikan ketersediaan jarak rumah untuk ruang pribadi setiap keluarga.
2.      Lokasi pemukiman di bantaran kali Surabaya berdekatan dengan lokasi industri sehingga menimbulkan gangguan pada warga di sekitar pemukiman. Gangguan yang dirasakan warga adalah kebisingan suara yang sangat dirasakan. Dampak kebisingan yang dirasakan secara psikologis oleh warga mengakibatkan meningkatnya rasa stress warga terhadap lingkungannya yang ditandai dengan tingginya sifat agresi pada warga di bantaran kali Surabaya.
3.      Jarak rumah di bantaran kali Surabaya yang sangat rapat dan tidak ada sekat sama sekali mengakibatkan warga mengalami rasa sesak yang mana mengakibatkan warga di pemukiman bantaran kali Surabaya tidak bisa mengeksplorasi diri dan mereka selalu berinteraksi secara terus menerus dengan orang-orang yang sama , sehingga menimbulkan perasaan bosan dan meningkatkan rasa ketidaksukaan pada orang yang tidak disukai.
4.      Kurangnya relasi sosial diantara para tetangga di pemukiman bantaran kali Surabaya mengakibatkan antar warga yang bermukim menjadi kurang mengenal tetangga mereka dan latar belakang kebudayaan para tetangga tersebut. Hal ini mengakibatkan mereka kurang informasi dalam mengenali tetangga mereka. Akibat dari hal ini terjadi kesalahan persepsi dalam menilai perilaku tetangga mereka yang dinilai akan memasuki ranah ruang pribadi mereka sedangkan menurut para tetangga tersebut mereka tidak memasuki ranah pribadi seseorang. Akibat dari hal ini maka terjadi pertengkaran diantara para tetangga tersebut sebagai akibat kurangnya relasi sosial diantara mereka.
Daftar Pustaka

http ://teranet.ekoton.wordpress.com
Sears, David o,. Freedman , Jonathan L Pepleu, L.Anne (1985). Psikologi Sosial (jilid 1 dan 2). Jakarta : Penerbit Erlangga































KASUS :PEMUKIMAN PADAT DI BANTARAN KALI SURABAYA
MATERI : APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM BIDANG LINGKUNGAN




NAMA             : RENO AGUNG LAKSONO
NPM                :  A1L011010
MATKUL         :  PSIKOLOGI SOSIAL 2
DOSEN            :  MONA ARDHINA , S.Psi , M.Si








PROGRAM STUDI STRATA 1  BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar