Judul : Kepadatan Pemukiman Penduduk di
Bantaran Kali Surabaya
Materi : Aplikasi
Psikologi sosial dalam lingkungan
Ilustrasi :
Surabaya merupakan salah satu kota
terbesar yang ada di Indonesia. Kota Surabaya sendiri merupakan IbuKota dari
provinsi Jawa Timur. Populasi penduduk di kota Surabaya selayaknya kota-kota
besar yang ada di Indonesia jumlahnya sangat padat. Di kota Surabaya sendiri
juga menjadi pusat bisnis di kawasan Indonesia bagian timur. Di Kota Surabaya
sendiri penduduknya tidak hanya berasal dari etnis Jawa (suku di pulau jawa)
namun juga berasal dari berbagai etnis di Indonesia. Namun dengan semakin
berkembangnya kota Surabaya menjadi kota besar dan juga semakin bertambahnya
populasi kota , maka pemukiman yang ada di kota Surabaya tumbuh menjadi tidak
teratur sehingga pemukiman tersebar hingga ke bantaran kali surabaya. Dalam
membangun pemukiman tidak terkelola dengn baik sehingga pemukiman menyebar
hingga ke pinggir kali yaitu Kali Surabaya. Pemukiman yang dibangun di sekitar
kali berubah menjadi pemukiman yang sangat dan terkesan menjadi kumuh.
Pengaturan penyusunan rumah juga menjadi masalah di pemukiman sekitar bantaran
kali Surabaya terutama berkaitan dengan tata kelola limbah rumah tangga yang
kurang terkelola dengan baik sehingga limbah-limbah mencemari kali Surabaya. Pertumbuhan
penduduk kota Surabaya yang berkembang dengan pesat baik melalui kelahiran
maupun migrasi penduduk menjadi salah satu penyebab meledaknya pemukiman hingga
ke arah pinggiran kali Surabaya sehingga menyebabkan pertumbuhan permukiman
penduduk di sekitar kali menjadi tidak terkendali lagi.
Warga yang bermukim di sekitar kali
Surabaya menjadi kurang nyaman tinggal di sana. Tata pengaturan kota kurang
tegas mengatur mengenai pembagaian lahan yang ada di dalam kota menyebabkan
lokasi pabrik Industri berdiri di dekat pemukiman warga , sehingga keberadaan
pabrik menimbulkan suatu gangguan tersendiri bagi warga sekitar bantaran kali
Surabaya.Hal ini terjadi karena letak pabrik industri berdekatan dengan rumah
warga mengakibatkan warga sekitar bantaran kali Surabaya didera oleh suara
kebisingan yang timbul dari proses produksi pabrik yang ada di sekitar
pemukiman. Selian itu warga yang tinggal di sekitar bantaran kali Surabaya juga
terganggu dengan adanya asap pabrik yang dikeluarkan dan arah pembuangan asap
diarahkan ke rumah warga sehingga warga yang tinggal di sekitar bantaran kali
terganggu dengan adanya asap pabrik yang sangat mengganggu kenyamanan mereka
yang tinggal dekat pabrik di sekitar bantaran kali Surabaya.
Penyusunan tatanan rumah warga yang sangat
berdekatan antara satu sama lain membuat sebagian besar masyarakat menjadi
kurang nyaman bermukim di daerah tersebut. Masyarakat yang bermukim disekitar
bantaran kali Surabaya merasa lingkungan mereka yang penuh sesak , tercemar ,
dan tentunya hal tersebut menjadi beban psikologis bagi warga yang bermukim di
sekitar kali. Dampak lain bagi warga yang bermukim disekitar kali adalah mereka
merasa tidak lagi memiliki ruang pribadi dikarenakan tidak ada lagi tersedianya
tempat rekreasi karena kali yang sudah tercemar sehingga mereka tidak bisa lagi
melakukan rekreasi di sekitar kali. Dalam mencari ruang untuk mendapat
ketenangan warga yang ada di sekitar bantaran kali tidak mendapatkan ketenangan
pribadi di rumah , karena rumah mereka telah berdempetan dinding antar satu
rumah dengan rumah lainnya sehingga mereka tidak merasakan adanya privasi
diantara mereka. Para warga yang bermukim di sekitar bantaran kali juga sering
merasa curiga diantara mereka satu sama lain antar tetangga karena mereka
merasa bahwa tetangga-tetangga mereka sering menguping pembicaraan pribadi
keluarga mereka di rumah , akibatnya pertengkaran diantara para tetangga di
bantaran kali menjadi hal yang terbiasa di lingkungan bantaran kali. Sehingga
akibatnya para warga menjadi kurang nyaman tinggal di kali.
Analisis :
Dalam melakukan analisis ini , penulis
menggunakan teori penerapan psikologi sosial di dalam lingkungan yang mana
dalam hal ini akan dibahas dalam beberapa item yaitu :
·
Dalam merancang tata pemukiman di bantaran kali Surabaya, tidak
memperhatikan adanya ketersediaan ruang pribadi bagi manusia. Seperti diketahui
dalam psikologi sosial seorang manusia membutuhkan ketersediaan ruang bagi
dirinya sebagai seorang individu. Ruang itu dikenal sebagai ruang pribadi dan
ruang teritorial. Ruang pribadi adalah ruang disekitar tubuh seseorang yang tidak
tampak dimata orang lain dan orang lain tidak boleh memasuki ruangan tersebut
(Sommer 1969 , dalam bukuPsikologi Sosial , Sears:222) sedangkan ruang
teritorial adalah ruang dimana seorang individu merasa menguasai ruangan
tersebut dan memiliki hak untuk meletakkan barang-barang pribadinya di luar
tersebut. Dalam hal masalah permukiman penduduk di bantaran kali Surabaya tidak
memperhatikan adanya ketersediaan ruangan pribadi individu. Hal ini terlihat
dari tidak ada batas pemisah dinding rumah warga di sekitar bantaran kali.
Akibat terlalu rapatnya rumah-rumah warga tersebut sehingga dinding rumah
mereka saling menempel satu sama lain individu merasa bahwa mereka tidak
memiliki ruang pribadi bagi kehidupan keluarga mereka. Rumah bagi seorang
individu merupakan area paling pribadi bagi kehidupan mereka , sehingga saat
area paling pribadi bagi mereka menempel satu sama lain dengan orang lain maka
akan membuat individu yang tinggal di dalam rumah tersebut merasa risih dan
tidak nyaman karena mereka mengkhwatirkan rahasia-rahasia pribadi keluarga
mereka akan terdengar oleh orang lain yang berdekatan dengan rumah sebagai
ruang pribadi keluarga-keluarga tersebut. Akibat pengaruh perasaan tersebut
perilaku individu anggota keluarga menjadi terpengaruh dalam berinteraksi
dengan tetangga mereka. Dalam kasus pemukiman di bantaran kali Surabaya ruang
teritorial bagi individu-individu yang memiliki rumah juga tidak tersedia
dengan baik karena rapatnya pemukiman di wilayah tersebut. Akibat dari tidak
adanya ruang teritorial bagi individu mengakibatkan individu di bantaran kali
Surabaya tersebut mengalami kesulitan dalam menaruh barang-barang pribadi
mereka yang tidak tertampung di dalam rumah, sedangkan jarak rumah yang saling
berdekatan antar tetangga satu dengan tetangga lainnya mengakibatkan timbul
rasa segan pada setiap keluarga. Rasa segan itu menimbulkan banyak pikiran
dalam diri individu yang tidak dapat terungkapkan dalam menata barang-barang
mereka akibat kecilnya ruang teritorial yang dimiliki sehingga pikiran-pikiran
mereka menjadi tertahan bahkan menimbulkan stress sebagai akibat
pikiran-pikiran mereka mengenai pengaturan ruang pribadi individu mereka yang
tidak dapat diungkap dan disalurkan.
·
Warga yang bermukim di bantaran kali Surabaya sering terlibat
pertengkaran dengan para tetangga mereka sebagai akibat terlalu rapatnya
pemukiman di sekitar bantaran kali Surabaya. Sebagai mana diketahui jarak ruang
pribadi dan teritorial di bantaran kali surabaya sangat kecil bahkan beberapa
diantaranya tidak memiliki kedua ruang tersebut. Dalam konsep psikologi sosial
individu-individu memiliki perbedaan dalam menilai ruang pribadi dan teritorial
milik mereka. Perbedaan-perbedaan menilai ruang pribadi dan individu itu
diakibatkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan dan perbedaan jenis
kelamin setiap individu(Watson dan Graves 1969 , dalam buku Psikologi Sosial ,
Sears: 224) yang tinggal di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya. Setiap
individu tentunya akan mempertahankan ruang baik pribadi maupun teritorial yang
mereka miliki dan sebagian mau berbagi ruang pribadi yang mereka miliki dengan
orang lain. Pertengkaran yang sering melanda warga yang bermukim di kawasan
bantaran kali Surabaya disebabkan oleh beragamnya penduduk yang bermukim di
kawasan bantaran kali Surabaya , hal ini dikarenakan Surabaya merupakan kota
besar yang dibanjiri oleh banyak orang yang datang dari seluruh Indonesia.
Latar belakang penduduk yang berbeda-beda tersebut mengakibatkan timbulnya
persepsi yang berbeda antar warga yang tinggal di bantaran kali Surabaya
mengenai batas ruang pribadi dan teritorial mereka. Perbedaan penilaian
tersebut seringkali tidak diketahui oleh warga yang bermukim di kawasan
tersebut sehingga yang terjadi adalah seorang individu masuk ke ruang pribadi
dan teritorial milik individu lain tanpa ia sadari karena perbedaan kebudayaan
mengenai batas ruang pribadi dan sosial. Individu yang berasal dari kelompok
kebudayaan berbeda merasa bahwa individu lain telah memasuki ruang pribadi dan
teritorial mereka , sedangkan individu yang masuk ruang pribadi orang tersebut
tidak merasa bahwa dirinya telah memasuki ruang pribadi dan teritorial milik
orang lain. Akibat dari hal ini maka sering timbul pertengkaran diantara warga
yang bermukim di kawasan bantaran kali Surabaya sebagai akibat pelanggaran
ruang pribadi dan teritori individu yang dilakukan oleh individu lain.
Pertengkaran ini apabila terus terjadi dalam kehidupan masyarakat di bantaran
kali Surabaya maka akan merusak tatanan sosial kehidupan masyarakat bahkan akan
menjurus pada tindakan agresi.
·
Penyusunan rumah di bantaran kali Surabaya sangat rapat bahkan
saling menempel satu sama lain di antara rumah tersebut. Hal ini dalam
psikologi sosial dikaji dalam teori intensitas-kepadatan. Dalam hal ini
kepadatan yang tinggi akan menguatkan reaksi yang umum terhadap reaksi sosial
(Freedman ; 1975 ,dalam buku Psikologi Sosial , Sears : 230). Dalam hal ini
apabila seorang individu menyukai orang lain yang berada di dalam lingkungannya
maka ia akan sangat menyukai orang
tersebut , sebaliknya apabila individu
tersebut tidak menyukai seseorang , maka rasa ketidaksukaannya akan semakin
menjadi. Pengalaman yang berlangsung secara terus menerus akan membentuk
ingatan dan menguatkan situasi sosial yang mereka alami di dalam lingkungan
mereka. Kepadatan yang sangat tinggi juga akan membuat seorang individu
kehilangan kendali. Kehilangan kendali pada individu ditandai oleh tidak dapat
mengendalikan situasi dengan baik , bergerak dengan bebas , dan menghindari
kontak yang tidak diinginkan dengan orang lain , menimbulkan perasaan tidak
berdaya di dalam diri , dan selalu menilai dirinya negatif (Altman ; 1975.
dalam buku Psikologi Sosial ,Sears :232 ). kepadatan yang tinggi akan
menimbulkan masalah dalam pengaturan kegiatan , hal ini terjadi karena orang
lain akan lebih mudah mengganggu aktivitas seorang individu sehingga
menimbulkan rasa marah dan frustasi pada diri individu tersebut (Schopler dan
Stockdale 1977. Dalam buku Psikologi Sosial , Sears :232). Kaitan teori ini
dengan kasus yang terjadi di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya adalah
kawasan yang sangat padat bahkan rumahnya saling menempel satu sama lain
disertai dengan populasi penduduk yang sangat padat mengakibatkan intensitas
kepadatan yang sangat tinggi di lingkungan tersebut. Tata pemukiman yang sangat
padat membuat individu hampir setiap hari bertemu dengan orang-orang yang sama
secara terus-menerus , selain itu populasi penduduk yang sangat padat dan tata
pemukiman yang tidak tertata dengan baik , mengakibatkan individu yang tinggal
di pemukiman kawasan bantaran kali Surabaya mengalami perasaan sesak di dalam
dirinya karena sedikitnya ruang yang tersedia untuk mendapat udara segar yang
menimbulkan perasaan nyaman pada diri individu tersebut. Berkaitan dengan
interaksi penduduk di kawasan bantaran kali Surabaya , dengan tingkat
intensitas yang tinggi akan menguatkan perasaan seseorang terhadap orang lain.
Apabila seorang individu menyukai atau membenci orang lain dengan orang yang
sama dengannya tinggal di kawasan pemukiman bantaran kali Surabaya maka tingkat
kesukaan atau kebencian itu semakin bertambah karena ia selalu bertemu dengan
orang tersebut setiap hari dan melihat perilaku orang tersebut setiap hari
karena rumah di kawasan pemukiman tersebut saling berdempet satu sama lain.
tata kelola penyusunan rumah yang sangat rapat dan tidak rapi dibantaran kali
Surabaya mengakibatkan aktivitas setiap individu menjadi terganggu karena ia
merasa orang lain akan melihat bahkan ikut campur dengan aktivitas yang
dilakukan oleh individu tersebut. Karena perasaan tersebut terus berkecamuk
maka akan menimbulkan perasaan marah dan frustasi pada individu yang melakukan
aktivitas karena ia merasa aktivitas yang dilakukan tidak akan pernah berhasil
dan berjalan lancar karena banyak gangguan yang akan diterimanya. Perasaan
frustasi pada diri individu tersebut akan mengakibatkan ia kehilangan kemampuan
dalam mengontrol dirinya untuk dapat hidup di tengah pemukiman penduduk yang
sangat padat di bantaran kali Surabaya. Akibat dari ketidakmampuan dalam
mengendalikan diri yang terjadi adalah individu tersebut tidak akan mampu
mengendalikan dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga hal ini
menjadi salah satu penyebab sering terjadinya pertengkaran sebagai perilaku
sosial di dalam masyarakat kawasan pemukiman bantaran kali Surabaya.
·
Masyarakat yang bermukim di
sekitar kawasan bantaran kali Surabaya , berdekatan dengan lokasi industri
berupa pabrik. Pabrik yang berdiri dekat dengan lingkungan masyarakat tersebut
mengeluarkan suara bising yang mengganggu ketenangan masyarakat , selain itu
pabrik-pabrik tersebut juga mengeluarkan asap sisa industri yang mencemari
udara yang ada di sekitar pabrik. Hal ini sangat mengganggu ketenangan warga
yang tinggal di dekat pabrik tersebut. Gangguan yang paling utama dirasakan
oleh warga sekitar adalah suara kebisingan pabrik saat berproduksi. Dalam
pembahasan psikologi sosial hal yang berkaitan dengan kebisingan menjadi salah
satu penyebab stress lingkungan pada diri individu (Evans:1982. Dalam buku
Psikologi Sosial , Sears :238). Kebisingan dalam jangka waktu yang panjang
dapat menimbulkan keluhan dari penduduk yang bermukim disekitar sumber
kebisingan. Kebisingan ada dua yaitu kebisingan jangka pendek dan kebisingan
jangka panjang. Kebisingan jangka pendek adalah kebisingan yang timbul dalam
jangka waktu yang sebentar bahkan singkat namun mampu mengejutkan orang yang
berada di sumber kebisingan. Kebisingan jangka panjang adalah kebisingan yang
terus muncul dan berulang dari suatu sumber kebisingan seperti jalan raya ,
pekerjaan pembangunan gedung , proses industri pabrik , dan suara-suara
kebisingan lainnya. Kebisingan dalam jangka waktu yang panjang dapat
menimbulkan gangguan bagi individu dalam berperilaku sosial seperti kurangnya
kemampuan mengingat (hasil penelitian Cohen dan Lizak;1977. Dalam buku
Psikologi sosial , Sears:243) , fokus perhatian individu menjadi berkurang
(hasil penelitian corte dan grant ; 1980. Dalam buku Psikologi sosial ,
Sears:243) , memperkuat kecenderungan sifat agresi individu (hasil penelitian
Donnerstein dan Wilson ; 1976. Dalam buku Psikologi sosial , Sears:243) , dan
dapat membuat individu kehilangan kemampuan mengendalikan diri. Dalam kasus di
pemukiman warga bantaran kali Surabaya sumber kebisingan yang terjadi di sana
berasal dari aktivitas pabrik yang lokasi berdirinya berdekatan dengan
pemukiman warga. Suara kebisingan bersifat jangka panjang karena aktivitas
pabrik di dekat kawasan perumahan bantaran kali Surabaya berlangsung secara
terus menerus. Akibat penataan lokasi yang kurang baik tersebut mengakibatkan
suara kebisingan selalu di dengar oleh warga pemukiman bantaran kali Surabaya
setiap hari , akibatnya salah satu dari dampak kebisingan terjadi di pemukiman
warga bantaran kali Surabaya yaitu meningkatnya sifat agresi di tengah masyarakat
dan kehilangan kemampuan dalam mengendalikan diri. Sifat agresi yang timbul
dalam diri individu menjadi salah satu faktor penyebab sering munculnya
pertengkaran diantara warga yang bermukim di bantaran kali Surabaya. Sifat
agresi yang terbentuk pada warga semakin besar karena kehilangan kemampuan
warga dalam mengendalikan diri diakibatkan rasa stress karena suara kebisingan
dari pabrik yang terus mengganggu pendengaran mereka , sehingga saat adanya
rangsangan emosi yang kecil karena telah kehilangan kemampuan dalam mengendalikan
diri dan telah muncul sifat agresi maka pertengkaran dan perkelahian lah yang
menjadi respons warga bantaran kali terhadap rangsangan emosi yang diterimanya.
·
Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan yang ada di
Indonesia memiliki jumlah populasi yang sangat banyak dan bertumbuh dengan
pesat. Hal ini tentunya mempengaruhi lingkungan fisik dan sosial di kota
Surabaya. Pengalaman tinggal warga di kota besar sendiri sangat dipengaruhi
oleh lingkungan fisik dan sosialnya (Fischer ; 1976. Dalam buku Psikologi
sosial , Sears:250). Lingkungan fisik daerah perkotaan dipenuhi oleh banyak
bangunan bertingkat , gedung-gedung , dan sarana hiburan serta kemacetan yang
menimbulkan rasa sesak pada masyarakat di perkotaan. Lingkungan sosial
masyarakat perkotaan sendiri juga terdiri atas berbagai macam suku bangsa tidak
hanya penduduk asli kota tersebut , suku bangsa lain datang ke kota tersebut
sebagai imigran yang mencari peruntungan dari kampung halamannya. Berkaitan
dengan kasus warga di bantaran kali Surabaya sebagaimana di ketahui lingkungan
kota Surabaya merupakan lingkungan pusat kota yang mana ketersediaan lahan
sangat sempit dan penuh dengan bangunan-bangunan beringkat. Arus pertumbuhan penduduk terutama dari imigrasi
sangat padat di kota Surabaya , yang mana para pendatang di kota Surabaya
sangat suka tinggal di pusat kota Surabaya yaitu di sekitar bantaran kali
Surabaya , karena mereka berpikiran dengan bermukim di pusat kota mereka akan
mendapat kemudahan dalam mengakses informasi , lapangan pekerjaan , dan sumber
hiburan diperkotaan. Pikiran-pikiran yang dimiliki warga tersebut membuat
mereka berebut untuk tinggal di pusat kota , sehingga akhirnya mereka membangun
pemukiman hingga ke pinggiran kali Surabaya yang merupakan wilayah pusat kota.
Ketersediaan lahan yang telah sempit di sekitar kali Surabaya mengakibatkan
pemukiman yang dibangun oleh warga pendatang tersebut sangat rapat dan dan
tidak lagi menyisakan ruang untuk berkumpul dan ruang untuk keperluan pribadi
masing-masing penghuni rumah di kawasan tersebut.
·
Hubungan antar tetangga di pemukiman kawasan bantaran kali
Surabaya diwarnai saling kecurigaan. Kecurigaan timbul karena setiap warga curiga
tetangga sebelah rumahnya menguping dan mengintip apa yang terjadi di rumah
tangga mereka. Kecurigaan ini timbul tidak hanya semata disebabkan oleh jarak
rumah yang sangat berdempetan di pemukiman tersebut , namun juga oleh rendahnya
relasi sosial antar warga di pemukiman tersebut. Rendahnya relasi sosial
penduduk perkotaan disebabkan oleh penduduk kota telah banyak dibebani oleh
kontak yang dangkal sehingga warga kota besar memiliki sedikit teman akrab
dibanding dengan orang yang tinggal di kota kecil (George Simmel ; 1903. Dalam
buku Psikologi sosial , Sears:251). Relasi sosial penduduk kota umumnya lebih
akrab dan dekat rekan kerja mereka di kantor atau tempat usaha mereka dan
kurang terikat dengan komunitas dimana mereka berada (Fischer ;1982. Dalam buku
Psikologi sosial , Sears:252). Dalam kasus di pemukiman warga bantaran kali
Surabaya penyebab hubungan warga di pemukiman tersebut sering terlibat
pertengkaran diantara mereka disebabkan diantara mereka kurang tercipta relasi
yang kuat dalam hubungan bertetangga. Kurang kuatnya relasi yang tercipta
diantara mereka disebabkan pada umumnya warga perkotaan terfokus untuk mengejar
materi yang mereka inginkan sehingga interaksi dalam lingkungan masyarakatnya
menjadi kurang , bahkan lebih cenderung ke arah individualisme. Penduduk di
bantaran kali Surabaya pada umumnya hanya menjalin hubungan yang dekat dengan
teman-teman mereka satu profesi saja , sehingga mereka hanya intensif menjalin
komunikasi dengan teman sekerja yang tinggal di daerah lain , bukan dengan
tetangga mereka. Interaksi yang kurang dan kurangnya informasi yang mereka
miliki tentang siapa saja tetangga mereka disebabkan jarangnya mengobrol dengan
tetangga mereka. Kurangnya informasi yang mereka miliki tentang tetangga mereka
mengakibatkan terjadinya kesalahan persepsi pada tetangga mereka sehingga saat
tetangga mereka tidak mengetahui ruang pribadi keluarga disebelahnya , maka
saat itulah terjadi pelanggaran keruangan pribadi seorang yang memancing
timbulnya pertengkaran diantara para tetangga di lingkungan sekitar bantaran
kali Surabaya.
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis kasus
yang terjadi pada pemukiman di bantaran kali Surabaya , kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Kota
Surabaya memiliki jumlah populasi yang sangat banyak , dikarenakan kota
Surabaya merupakan salah satu kota metropolis di Indonesia yang menjadi tujuan
bagi sebagian besar masyarakat yang ingin mendapatkan pekerjaan di kota
tersebut. Jumlah populasi tidak sesuai dengan jumlah lahan yang tersedia untuk
perumahan sehingga mengakibatkan warga berdesak-desakan tinggal di pemukiman ,
terutama di bantaran kali Surabaya. Dalam membangun pemukiman warga tidak
memperhatikan ketersediaan jarak rumah untuk ruang pribadi setiap keluarga.
2.
Lokasi pemukiman di bantaran kali Surabaya berdekatan dengan
lokasi industri sehingga menimbulkan gangguan pada warga di sekitar pemukiman.
Gangguan yang dirasakan warga adalah kebisingan suara yang sangat dirasakan.
Dampak kebisingan yang dirasakan secara psikologis oleh warga mengakibatkan
meningkatnya rasa stress warga terhadap lingkungannya yang ditandai dengan
tingginya sifat agresi pada warga di bantaran kali Surabaya.
3.
Jarak rumah di bantaran kali Surabaya yang sangat rapat dan tidak
ada sekat sama sekali mengakibatkan warga mengalami rasa sesak yang mana
mengakibatkan warga di pemukiman bantaran kali Surabaya tidak bisa
mengeksplorasi diri dan mereka selalu berinteraksi secara terus menerus dengan
orang-orang yang sama , sehingga menimbulkan perasaan bosan dan meningkatkan
rasa ketidaksukaan pada orang yang tidak disukai.
4. Kurangnya
relasi sosial diantara para tetangga di pemukiman bantaran kali Surabaya
mengakibatkan antar warga yang bermukim menjadi kurang mengenal tetangga mereka
dan latar belakang kebudayaan para tetangga tersebut. Hal ini mengakibatkan
mereka kurang informasi dalam mengenali tetangga mereka. Akibat dari hal ini
terjadi kesalahan persepsi dalam menilai perilaku tetangga mereka yang dinilai
akan memasuki ranah ruang pribadi mereka sedangkan menurut para tetangga
tersebut mereka tidak memasuki ranah pribadi seseorang. Akibat dari hal ini
maka terjadi pertengkaran diantara para tetangga tersebut sebagai akibat
kurangnya relasi sosial diantara mereka.
Daftar
Pustaka
http
://teranet.ekoton.wordpress.com
Sears, David
o,. Freedman , Jonathan L Pepleu, L.Anne (1985). Psikologi Sosial (jilid 1 dan
2). Jakarta : Penerbit Erlangga
KASUS
:PEMUKIMAN PADAT DI BANTARAN KALI SURABAYA
MATERI
: APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM BIDANG LINGKUNGAN
NAMA : RENO AGUNG LAKSONO
NPM : A1L011010
MATKUL :
PSIKOLOGI SOSIAL 2
DOSEN
: MONA ARDHINA , S.Psi , M.Si
PROGRAM STUDI STRATA 1
BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar