Sabtu, 02 November 2013

tantangan-tantangan profesional konselor karier

BAB 8 : TANTANGAN-TANTANGAN PROFESIONAL BAGI KONSELING KARIER

            Dalam menjalankan tugasnya , seorang konselor karier akan menghadapi tantangan-tantangan yang secara umum mereka jumpai. Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh konselor karier adalah :
·         Mengelola batas-batas antara konseling karier , konseling personal/pribadi , dan coaching.
·         Merujuk dukungan lebih lanjut atau dukungan alternatif
·         Merespons tekanan untuk memberikan advis/nasihat
·         Menangani resistensi klien
·         Bekerja bersama significant others
·         Menangani secara efektif klien-klien dari kelompok minoritas dengan cara yang menghormati perbedaan dan tidak memandang stereotip.
TANTANGAN-TANTANGAN PROFESIONAL KUNCI BAGI KONSELOR KARIER
1.Apakah klien memerlukan konseling karier atau personal ?
            Dalam pertemuan pertama dengan konselor karier seringkali klien menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah pribadinya kepada konselor karier. Sebagian klien datang kepada konselor karier dengan kesadaran penuh untuk mendiskusikan masalah-masalah karier yang mereka hadapi. Akan tetapi diluar dugaan klien , seringkali ia malah menggunakan waktunya untuk mendiskusikan masalah-masalah pribadi. Hal ini menimbulkan dilema bagi konselor karena isu-isu pribadi klien apabila dibiarkan akan mendominasi sesi-sesi dalam kegiatan konseling karier , namun dilain pihak konselor karier membiarkan klien untuk mengakui , dan bilamana perlu relevan dengan perasaan klien. Apabila konselor karier membiarkan klien mendominasi sesi konseling dengan masalah-masalah pribadinya maka akan membuat klien berpikir bahwa ia tidak mendapatkan tujuannya untuk mendatangi konselor karier.
            Beberapa pertanyaan untuk mengklasifikasikan apakah konseling karier tepat guna bagi seorang klien adalah sebagai berikut :
·         Apakah emosi atau perasaan yang dirasakan klien tentang suatu masalah begitu melemahkannya sehingga harus dilihat terlebih dahulu ?
·         Apakah klien ini memiliki perhatian yang cukup untuk menangani isu masalah karier?
·         Apakah isu karier merupakan masalah yang tidak penting bagi klien ?
·         Apakah klien banyak menuntut secara tidak rasional atas proses konseling kariernya ?
Seringkali dalam proses konseling karier klien menghadapi keadaan emosi yang luar biasa sebagai akibat dari kehilangan pekerjaan sehingga begitu melemahkan keadaan diri klien.
            Dalam menghadapi kehilangan pekerjaan klien mengalami suatu dilema dimana mereka harus mencukupi pengeluaran-pengeluaran dasarnya namun keinginan untuk tetap memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka nilai layak tidak hilang. Solusi yang tepat bagi konselor dalam menjalankan konseling karier adalah dengan memberikan waktu kepada klien untuk membahas masalah pribadinya terlebih dahulu dan klien diberikan kesempatan untuk memanfaatkan tunjangan phk , mencari pekerjaan , atau mengikuti program-program pelatihan kewirausahaan.
            Cara paling tepat yang dikemukakan akan bergantung pada banyak faktor, seperti intensitas reaksi klien terhadap kehilangan pekerjaan itu, ekspektasi diperkrejakan lagi oleh perusahaannya , dan dukungan emosional dan finansial klien sendiri.

2. Situasi-situasi lain yang cocok untuk rujukan
            Setelah menyelesaikan proses konseling karier , biasanya akan terdapat rujukan yang tepat guna jika :
·         Konseling karier telah membangkitkan kesadaran klien tentang perlunya konseling personal/pribadi tentang sebuah isu kehidupan yang penting dari masa lalu.
·         Klien membutuhkan informasi spesifik yang tidak disediakan oleh konselor karier (misalnya tentang pekerjaan-pekerjaan tertentu atau hibah/pinjaman pendidikan)
Dalam melaksanakan tugasnya seorang konselor karier membutuhkan banyak bank data sumber rujukan seperti: alamat , nomor telepon penasihat lokal , nomor telepon direktori-direktori pelayanan konseling dan psikoterapi nasional. Hal ini dapat digunakan oleh konselor karier maupun klien untuk membuat daftar konselor-konselor dan pelayanan-pelayanan dukungan lain yang dapat direkomendasikan secara pribadi. Seorang konselor karier harus siap menangani berbagai perasaan yang dialami oleh klien saat diskusi mengenai rujukan. Untuk keberhasilan proses rujukan maka keputusan tersebut harus dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara konselor dengan klien yang tentunya dilandasi oleh alasan yang terbuka dan dapat diterima oleh klien.
            Dalam kasus rujukan konselor karier hendaknya membuat daftar kontak-kontak yang di berbagai pekerjaan yang berbeda yang dapat dihubungi secara pribadi untuk bertindak sebagai sumber “informasi” manusia bagi klien.

3. Apakah klien membutuhkan konseling karier atau coaching ?
            Beberapa tahun terakhir coaching sudah menjadi sebuah istilah populer yang merefleksikan wajah yang lebih dulu dapat diterima untuk konseling karena itu menyiratkan , dipermukaan , dan penekanan yang tidak terlalu besar pada masalah dan lebih pada penetapan tujuan dan tindakan.
            Konseling karier memfokuskan pada tinjauan terhadap sumber daya individu untuk membuat pilihan-pilihan yang lebih informed. Realisasi pilihan-pilihan tersebut dipengaruhi oleh kemampuan klien untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang mencukupi dan tepat guna.
            Coaching karier tumpang tindih dengan konseling karier dan coaching pengembangan. Kita lihat coaching karier mempersiapkan klien untuk mencapai tujuan karier mereka melalui penggunaan efektif keterampilan manajemen-karier. Hal ini termasuk :
·         Keterampilan asertivitas
·         Keterampilan manajemen-waktu
·         Melamar pekerjaan
·         Persiapan CV
·         Penampilan wawancara
·         Menggunakan internet
·         Mendapatkan informasi dan pertemuan-pertemuan untuk mendapatkan advis
·         Pendekatan-pendekatan spekulatif
·         Jejaring
Coaching karier akan paling efektif jika dikombinasikan dengan pemanfaatan keterampilan-keterampilan konseling inti dan pengetahuan tentang klien.

4. Memberi nasihat: bahayanya
            Dalam proses konseling karier seringkali seorang konselor tergoda untuk memberikan beberapa nasihat/advis kepada klien. Namun konselor sebaiknya menghindari untuk memberikan nasihat kepada klien dengan beberapa alasan sebagai berikut:
·         Membebaskan klien dari tanggung jawab atas pengambilan keputusannya sendiri
·         Nasihatnya mungkin salah untuk orang tersebut
·         Keputusan yang dicapai melalui refleksi dan pengalaman pribadi lebih memungkinkan untuk melekatkan dan memuaskan
·         Jika nasihatnya salah konselor kemungkinan besar akan disalahkan oleh klien.
·         Dalam memberikan nasihat, menggoda untuk “ to offer a pet like or suggest avoiding a pet hate”
·         Tantangan-tantangan yang tak terelakkan dari sebuah pekerjaan baru akan ditangani dengan lebih matang jika keputusan awalnya adalah memasuki pekerjaan yang “dimiliki”
Kombinasi kebutuhan klien akan solusi dengan persepsi tentang keahlian konselor sering begitu kuatnya sehingga apa yang disarankan oleh konselor sering dianggap “berlaku” oleh klien.

5. apakah memberikan nasihat bisa membantu ?
            Dalam menghadapi situasi memberikan nasihat kepada klien , konselor dapat melakukan beberapa tindakan sebagai berikut :
§  Tidak mengatakan apa-apa (tetapi diam dianggap sebagai tanda setuju)
§  Membiarkan klien melihat keputusan yang sia-sia melalui pengalaman, misalnya dengan melamar untuk pelatihan atau pekerjaan dan ditolak.
§  Menunjukkan daftar keterampilan-keterampilan dan kualitas-kualitas personal yang ditawarkan.
§  menyarankan agar klien menempatkan dirinya di posisi employer yang merekrut untuk pekerjaan yang diinginkan
§  memberikan pendapat langsung
saat yang tepat untuk memberikan nasihat kepada klien ketika klien relatif lebih jelas tentang arah karier dan kebutuhan coaching teknis tentang manajemen karier dan teknik-teknik mencari kerja.

6. Resistensi klien
            Resistensi pada klien terjadi saat klien dilanda oleh perasaan frustasi yang terjadi ketika :
·         klien datang terlambat ke pertemuan yang disepakati
·         klien tidak datang ke pertemuan yang disepakati biasanya disertai dengan alasan yang rasional
·         klien tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh konselor
·         klien berusaha menghindari kontrak yang disepakati dengan konselor dengan meminta jawaban dari konselor
perilaku semacam ini timbul dari perasaan marah yang dialami oleh klien dan memberikan “pesan” yang berguna terhadap perasaan marah yang dialami klien. Resistensi penghindaran dari waktu ke waktu. Kemungkinan adanya resistensi dapat dihindari dengan adanya contracting yang jelas antara konselor dengan klien dalam kegiatan konseling karier. Apabila berkaitan dengan masalah pembayaran maka pembayaran dapat dilakukan diawal pertemuan sehingga pada pertemuan-pertemuan berikutnya klien tidak lagi harus membayar kepada konselor. Hal yang sangat tepat dilakukan adalah dengan menggunakan “terms of business” yaitu suatu kesepakatan antara klien dengan konselor yang intinya klien harus menghadiri pertemuan secara tepat waktu dengan konselor. Resistensi dalam konseling karier dapat dihilangkan oleh konselor melalui :
·         mempertanyakan komitmen klien dalam konseling karier
·         mengeksplorasi siapa lagi yang memiliki vested interest hasil konseling kariernya
·         menantang klien untuk mengungkapkan kemarahan yang selama ini dipendamnya
·         mempertimbangkan apakah konseling tidak memenuhi kebutuhan rill klien
·         memberikan waktu kepada klien untuk mengakui bagaimana perasaannya saat ini
·         mempertanyakan komitmen klien untuk bekerja

7. Bekerja dengan significant others
            Orang tua dapat menjadi bantuan penting bagi proses konseling karier karena pengetahuan dan kepedulian mereka akan kondisi anaknya. Untuk alasan yang sama orangtua dapat menjadi penghalang anaknya. Orangtua akan menerapkan agenda yang telah miliki untuk anaknya dengan cara :
·         Mengikuti garis keluarga
·         Melakukan hal sebaliknya dari yang pernah mereka lakukan.
·         Mengambil kuliah tertentu.
·         Tidak membuang-buang waktu untuk belajar.

Pertemuan-pertemuan bersama dapat mengungkapkan konflik-konflik yang terjadi antara anak dan orangtuanya, yang memungkinkan pikiran dan perasaan masing-masing ditangani dengan cara yang tidak dilakukan sebelumnya.

8. menangani klien dari latar belakang minoritas
            Faktor-faktor seperti ras, golongan, gender, dan disabilitas menjadi salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan karier seseorang. Dalam hal ini konselor harus memiliki ide dan gagasan untuk menghadapi penindasan yang dilakukan terhadap golongan minoritas. Ide, sikap, dan gagasan yang tidak “mengikuti” budaya “mayoritas” dapat membuat mereka bekerja melawan orang-orang yang dari kelompok tertentu sehingga berpeluang mengakibatkan orang-orang dari kelompok minoritas mengalami kehidupan yang tidak setara.
            Pedoman-pedoman yang dapat dilakukan untuk memperkuat pedoman pelaksanaan konseling bagi kelompok minoritas adalah :
·         Pantau bagaimana latar belakang gender, kultural, kelas sosial, dan rasial yang dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan klien.
·         Terimalah bahwa kemarahan dan frustasi yang dirasakan klien berasal dari kelompok yang menghadapai diskrimanasi yang dilakukan golongan kelompok mayoritas.
·         Konselor harus menyadari bahwa orang-orang yang diserang sejak lahir mengakibatkan mereka memiliki self-esteem diri yang rendah karena merasa dirinya warga kelas dua. Tawarkan konsep membangun rasa percaya diri atau assertivitas melawan diskriminasi.
·         Memberikan informasi kepada klien untuk memilih perusahaan-perusahaan yang konsen untuk merekrut karyawan dari kelompok mayoritas atau minoritas.
·         Dorong klien untuk memeriksa spectrum-spectrum opsi klien dengan memberikan infromasi secara detail mengenai akses pekerjaan dan pendidikan serta mengubah stereotip negatif yang ada pada diri anggota kelompok minoritas.
·         Untuk klien perempuan ubah pembicaraan konseling dari pikiran “memilih karier atau keluarga” tetapi menjadi “bagaimana melaksanakan kehidupan keluarga beriringan dengan karier” karena perempuan sekarang telah banyak melakukan kedua-duanya.
·         Mengatasi isu percaya diri yang timbul pada klien terutama klien perempuan dalam mereka melamar pekerjaan.
·         Konselor harus menghargai dan memahami dengan baaik kualifikasi-kualifikasi yang telah diperoleh di tempat lain.
·         Jangan memvonis klien dari kelompok minoritas sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi anggap mereka sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan belajar untuk memiliki keterampilan.
·         Dorong klien dari kelompok minoritas untuk memeriksaa track record yang dibutuhkan oleh seorang calon karyawan yang akan diterima pada sebuah perusahaan. Jangan terpengaruh pada anggapan yang berkembang di tengah masyarakat.

9. keterampilan dan pengetahuan yang berguna bagi konselor karier
            Dalam praktek konseling, sejumlah keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh seorang konselor karier adalah :
  • Memastikan bahwa setting fisik kondusif untuk membangun kepercayaan
  • Membuat kontrak yang jelas dengan klien
  • Jelas tentang batas-batas keterampilan dan peran konselor
  • Menyadari apa yang menginterferensi effective listening
  • Menghormati klien dan terima konteks sosial klien
  • Menggunakan keterampilan merespon dengan cara yang tepat guna
  • Menggunakan keterampilan menantang dan mengonfrontasikan
  • Menggunakan sikap diam secara tepat guna
  • Menyadari dan memiliki pengalaman paling tidak suatu model konseling
  • Mempu membuat klien melanjutkan ke “tahap konseling selanjutnya” dari insight ke motivasi dan tindakan
  • Menggunakan teknik-teknik untuk menetapkan tujuan dan rencana tindakan yang efektif
  • Merujuk klien secara sensitif
  • Pastikan bahwa supervisi yang baik dan adekuat diterima.

10. memvalidiasi pola-pola pikir alternatif
Konselor karier seharusnya bukan hanya menawarkan sebuah konteks yang netral dan independen, tetapi juga berpikiran terbuka tentang hubungan klien dengan karier dan pekerjaan secara umum.
Pekerjaan konselor karier mungkin pertama-tama memfokuskan pada mereafirmasi perasaan self-worth klien dengan memvalidasikan pola pengalaman “siklik” mereka sebelum merencanakan untuk masa depan.
Tugas konselor karier adalah membantu orang-orang yang “lebih tua”  yang memiliki harga jual yang rendah di pasar kerja untuk melihat bahwa mereka bisa dipekerjakan dengan mengidentifikasi tidak hanya keterampilan-keterampilan yang dapat ditransfer teratpi juga pengalaman yang dapat dimanfaatkan.

11. Pengetahuan tentang berbagai alternatif pekerjaan purna waktu
Untuk membantu klien mengembangkan ide-ide pekerjaan, konselor karier seharusnya mengetahui atau memiliki akses ke pengetahuan tentang berbagai alternatif ide konvensional tentang sebuah karier.
Beberapa kemungkinan alternatif untuk sebuah “pekerjaan seumur-hidup” purna-waktu, meliputi pekerjaan paruh waktu, wirausaha, franchising, koperasi, pekerjaan temporer, kontraktual, atau freelance. Ide bahwa posisi paruh-waktu akan memberikan waktu untuk mengembangkan keterampilan baru bisa sangat liberating.
            Keuntungan-keuntungan yang didapat dari pekerjaan paruh waktu adalah :
  • Memberikan pengalaman yang dibayar
  • Dapat memberikan referensi
  • Memungkinkan kontak sosial untuk dilanjutkan
  • Dapat membantu mempermudah perubahan dari pekerjaan purna-waktu ke wirausaha
  • Memberikan kegiatan dan struktur yang berkelanjutan dari hari ke hari
  • Menyediakan sebagian dana yang dibutuhkan untuk pendidikan atau pelatihan paruh-waktu
  • Membantu mendanai dibangunnya sebuah usaha kecil
  • Dapat membawa ke pekerjaan purna-waktu.

12. Wirausaha sebagai alternatif yang viable
Beberapa klien akan ingin mempertimbangkan kemungkinan semacam pekerjaan wirausaha, freelance, atau kontraktual. Konselor karier seharusnya mewaspadai tantangan emosional yang dihadapi klien ketika meninggalkan gaya pekerjaan yang relatif aman untuk menempuh ketidakpastian menjalankan sebuah bisnis.
S. B. Hashemi (2002)mengatakan bahwa banyak orang mengabikan opsi menjalankan bisnis, karena mereka telah dibuat percaya bahwa tidak semua orang bisa menjadi wirausahawan dan bahwa kewirausahaan hanya disediakan bagi kaum visioner. Konselor karier seharusnya mampu membuat klien memiliki kontak dengan sumber-sumber bantuan dan pelayanan yang sesuai.
Salah satu ide untuk membuka jalan, dan menangani resiko potensial, adalah mencoba dengan yang kecil sambil tetap bekerja di tempat kerja yang sekarang sebagai batu loncatan.
13. Batu Loncatan “Salah satu teknik pengembangan karier”
            batu loncatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan karier klien yaitu, konselor dan klien membuat suatu ide tentang suatu karier atau pekerjaan. setelah terjadi kesepakatan, kemudian dimungkinkan untuk mendiskusikan bersama klien tentang cara-cara untuk mencapainya.
            Konselor harus berusaha menguraikan ide-ide dan impian klien menjadi beberapa komponen realiastis, akan tetapi hal ini mengakibatkan timbulnya resistensi pada diri klien.

14. Aspek-aspek sosial dan kultural tentang kepuasaan kerja
            Faktor-faktor yang menentukan kepuasaan kerja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, ekspektasi, sistem kerja, dan rewared-reward yang akan diterima dari pekerjaannya.
            Beberapa pertimbangan yang menjadi dasar pertimbangan kepuasaan kerja adalah :
  • Ukuran organisasi.
  • Sektor swasta atau publik.
  • Kontrol terpusat atau terdesentralisasi.
  • Kepastian pekerjaan yang disediakan.
  • Apakah nilai nilai yang disetujui oraganisasi sesuai dengan kenyataan.
  • Fleksibelitas jam dan praktik kerja.
  • Budaya formal atau informal.
  • Kesempatan untuk pengembangan karier dan pembelajaran.
  • Kesempatan untuk mendapatkan hasil dari kesuksesan (bonus, pengembangan deviden).
  • Sifat produk jasa.
  • Komposisi umur dan rekan-rekan.


15. Kesadaran akan prinsip-prinsip pengembangan karier yang dikembangkan sendiri
Konselor karier seharusnya sadar bahwa banyak organisasi besar mendorong stafnya untuk mengelolah kariernya sendiri, dan bahwa calon karyawan diharapkan untuk memperlihatkan perilaku “proaktif” yang sama. Hal ini memiliki implikasi berupa memepersiapkan klien untuk terus menggunakan berbagai alat dan teknik konseling karier setelah sesi-sesinya selesai.
            Disamping itu assesmen-assesmen diri merupakan hasil dari pekerjaan sampingan konselor karier. Sedangkan pekerjaan utama dari konseling karier adalah keterampilan manajemen karier dan mengetahui tata kerja dan bagaimana evaluasi dalam pekerjaan.

























TANTANGAN-TANTANGAN PROFESIONAL KONSELOR KARIER

Disusun oleh :
1.Juhir Arman
2. Shinta Ayu Rachimi
3. Jayeng Ambar Sari
4. Reno Agung Laksono
5. Risnawati Ananda

                                                Semester       : V/A
                                                Matkul           : BK Karier 2
                                                Dosen             : Dr. I WAYAN DHARMAYANAN,M.Psi






PROGRAM STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar