BAB
8 : TANTANGAN-TANTANGAN PROFESIONAL BAGI KONSELING KARIER
Dalam
menjalankan tugasnya , seorang konselor karier akan menghadapi
tantangan-tantangan yang secara umum mereka jumpai. Tantangan-tantangan yang
dihadapi oleh konselor karier adalah :
·
Mengelola batas-batas antara konseling
karier , konseling personal/pribadi , dan coaching.
·
Merujuk dukungan lebih lanjut atau
dukungan alternatif
·
Merespons tekanan untuk memberikan
advis/nasihat
·
Menangani resistensi klien
·
Bekerja bersama significant others
·
Menangani secara efektif klien-klien
dari kelompok minoritas dengan cara yang menghormati perbedaan dan tidak
memandang stereotip.
TANTANGAN-TANTANGAN PROFESIONAL KUNCI
BAGI KONSELOR KARIER
1.Apakah klien memerlukan konseling
karier atau personal ?
Dalam
pertemuan pertama dengan konselor karier seringkali klien menyampaikan hal-hal
yang berkaitan dengan masalah pribadinya kepada konselor karier. Sebagian klien
datang kepada konselor karier dengan kesadaran penuh untuk mendiskusikan
masalah-masalah karier yang mereka hadapi. Akan tetapi diluar dugaan klien ,
seringkali ia malah menggunakan waktunya untuk mendiskusikan masalah-masalah
pribadi. Hal ini menimbulkan dilema bagi konselor karena isu-isu pribadi klien
apabila dibiarkan akan mendominasi sesi-sesi dalam kegiatan konseling karier ,
namun dilain pihak konselor karier membiarkan klien untuk mengakui , dan
bilamana perlu relevan dengan perasaan klien. Apabila konselor karier
membiarkan klien mendominasi sesi konseling dengan masalah-masalah pribadinya maka
akan membuat klien berpikir bahwa ia tidak mendapatkan tujuannya untuk
mendatangi konselor karier.
Beberapa
pertanyaan untuk mengklasifikasikan apakah konseling karier tepat guna bagi
seorang klien adalah sebagai berikut :
·
Apakah emosi atau perasaan yang
dirasakan klien tentang suatu masalah begitu melemahkannya sehingga harus
dilihat terlebih dahulu ?
·
Apakah klien ini memiliki perhatian yang
cukup untuk menangani isu masalah karier?
·
Apakah isu karier merupakan masalah yang
tidak penting bagi klien ?
·
Apakah klien banyak menuntut secara
tidak rasional atas proses konseling kariernya ?
Seringkali dalam proses konseling karier
klien menghadapi keadaan emosi yang luar biasa sebagai akibat dari kehilangan
pekerjaan sehingga begitu melemahkan keadaan diri klien.
Dalam
menghadapi kehilangan pekerjaan klien mengalami suatu dilema dimana mereka
harus mencukupi pengeluaran-pengeluaran dasarnya namun keinginan untuk tetap
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka nilai layak tidak hilang. Solusi yang
tepat bagi konselor dalam menjalankan konseling karier adalah dengan memberikan
waktu kepada klien untuk membahas masalah pribadinya terlebih dahulu dan klien
diberikan kesempatan untuk memanfaatkan tunjangan phk , mencari pekerjaan ,
atau mengikuti program-program pelatihan kewirausahaan.
Cara
paling tepat yang dikemukakan akan bergantung pada banyak faktor, seperti
intensitas reaksi klien terhadap kehilangan pekerjaan itu, ekspektasi
diperkrejakan lagi oleh perusahaannya , dan dukungan emosional dan finansial
klien sendiri.
2. Situasi-situasi lain yang cocok untuk
rujukan
Setelah
menyelesaikan proses konseling karier , biasanya akan terdapat rujukan yang
tepat guna jika :
·
Konseling karier telah membangkitkan
kesadaran klien tentang perlunya konseling personal/pribadi tentang sebuah isu
kehidupan yang penting dari masa lalu.
·
Klien membutuhkan informasi spesifik
yang tidak disediakan oleh konselor karier (misalnya tentang
pekerjaan-pekerjaan tertentu atau hibah/pinjaman pendidikan)
Dalam melaksanakan tugasnya seorang
konselor karier membutuhkan banyak bank data sumber rujukan seperti: alamat ,
nomor telepon penasihat lokal , nomor telepon direktori-direktori pelayanan
konseling dan psikoterapi nasional. Hal ini dapat digunakan oleh konselor
karier maupun klien untuk membuat daftar konselor-konselor dan
pelayanan-pelayanan dukungan lain yang dapat direkomendasikan secara pribadi.
Seorang konselor karier harus siap menangani berbagai perasaan yang dialami
oleh klien saat diskusi mengenai rujukan. Untuk keberhasilan proses rujukan
maka keputusan tersebut harus dibuat atas dasar kesepakatan bersama antara
konselor dengan klien yang tentunya dilandasi oleh alasan yang terbuka dan
dapat diterima oleh klien.
Dalam
kasus rujukan konselor karier hendaknya membuat daftar kontak-kontak yang di
berbagai pekerjaan yang berbeda yang dapat dihubungi secara pribadi untuk
bertindak sebagai sumber “informasi” manusia bagi klien.
3. Apakah klien membutuhkan konseling
karier atau coaching ?
Beberapa
tahun terakhir coaching sudah menjadi sebuah istilah populer yang merefleksikan
wajah yang lebih dulu dapat diterima untuk konseling karena itu menyiratkan ,
dipermukaan , dan penekanan yang tidak terlalu besar pada masalah dan lebih
pada penetapan tujuan dan tindakan.
Konseling
karier memfokuskan pada tinjauan terhadap sumber daya individu untuk membuat
pilihan-pilihan yang lebih informed. Realisasi pilihan-pilihan tersebut
dipengaruhi oleh kemampuan klien untuk mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
dan sikap yang mencukupi dan tepat guna.
Coaching
karier tumpang tindih dengan konseling karier dan coaching pengembangan. Kita
lihat coaching karier mempersiapkan klien untuk mencapai tujuan karier mereka
melalui penggunaan efektif keterampilan manajemen-karier. Hal ini termasuk :
·
Keterampilan asertivitas
·
Keterampilan manajemen-waktu
·
Melamar pekerjaan
·
Persiapan CV
·
Penampilan wawancara
·
Menggunakan internet
·
Mendapatkan informasi dan
pertemuan-pertemuan untuk mendapatkan advis
·
Pendekatan-pendekatan spekulatif
·
Jejaring
Coaching karier akan paling efektif jika
dikombinasikan dengan pemanfaatan keterampilan-keterampilan konseling inti dan
pengetahuan tentang klien.
4. Memberi nasihat: bahayanya
Dalam
proses konseling karier seringkali seorang konselor tergoda untuk memberikan
beberapa nasihat/advis kepada klien. Namun konselor sebaiknya menghindari untuk
memberikan nasihat kepada klien dengan beberapa alasan sebagai berikut:
·
Membebaskan klien dari tanggung jawab
atas pengambilan keputusannya sendiri
·
Nasihatnya mungkin salah untuk orang
tersebut
·
Keputusan yang dicapai melalui refleksi
dan pengalaman pribadi lebih memungkinkan untuk melekatkan dan memuaskan
·
Jika nasihatnya salah konselor
kemungkinan besar akan disalahkan oleh klien.
·
Dalam memberikan nasihat, menggoda untuk
“ to offer a pet like or suggest avoiding a pet hate”
·
Tantangan-tantangan yang tak terelakkan
dari sebuah pekerjaan baru akan ditangani dengan lebih matang jika keputusan
awalnya adalah memasuki pekerjaan yang “dimiliki”
Kombinasi kebutuhan klien akan solusi
dengan persepsi tentang keahlian konselor sering begitu kuatnya sehingga apa
yang disarankan oleh konselor sering dianggap “berlaku” oleh klien.
5. apakah memberikan nasihat bisa
membantu ?
Dalam
menghadapi situasi memberikan nasihat kepada klien , konselor dapat melakukan
beberapa tindakan sebagai berikut :
§ Tidak
mengatakan apa-apa (tetapi diam dianggap sebagai tanda setuju)
§ Membiarkan
klien melihat keputusan yang sia-sia melalui pengalaman, misalnya dengan
melamar untuk pelatihan atau pekerjaan dan ditolak.
§ Menunjukkan
daftar keterampilan-keterampilan dan kualitas-kualitas personal yang
ditawarkan.
§ menyarankan
agar klien menempatkan dirinya di posisi employer yang merekrut untuk pekerjaan
yang diinginkan
§ memberikan
pendapat langsung
saat yang tepat untuk memberikan nasihat
kepada klien ketika klien relatif lebih jelas tentang arah karier dan kebutuhan
coaching teknis tentang manajemen karier dan teknik-teknik mencari kerja.
6. Resistensi klien
Resistensi
pada klien terjadi saat klien dilanda oleh perasaan frustasi yang terjadi
ketika :
·
klien datang terlambat ke pertemuan yang
disepakati
·
klien tidak datang ke pertemuan yang
disepakati biasanya disertai dengan alasan yang rasional
·
klien tidak menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh konselor
·
klien berusaha menghindari kontrak yang
disepakati dengan konselor dengan meminta jawaban dari konselor
perilaku semacam ini timbul dari
perasaan marah yang dialami oleh klien dan memberikan “pesan” yang berguna
terhadap perasaan marah yang dialami klien. Resistensi penghindaran dari waktu
ke waktu. Kemungkinan adanya resistensi dapat dihindari dengan adanya
contracting yang jelas antara konselor dengan klien dalam kegiatan konseling
karier. Apabila berkaitan dengan masalah pembayaran maka pembayaran dapat
dilakukan diawal pertemuan sehingga pada pertemuan-pertemuan berikutnya klien
tidak lagi harus membayar kepada konselor. Hal yang sangat tepat dilakukan
adalah dengan menggunakan “terms of business” yaitu suatu kesepakatan antara
klien dengan konselor yang intinya klien harus menghadiri pertemuan secara
tepat waktu dengan konselor. Resistensi dalam konseling karier dapat
dihilangkan oleh konselor melalui :
·
mempertanyakan komitmen klien dalam
konseling karier
·
mengeksplorasi siapa lagi yang memiliki
vested interest hasil konseling kariernya
·
menantang klien untuk mengungkapkan
kemarahan yang selama ini dipendamnya
·
mempertimbangkan apakah konseling tidak
memenuhi kebutuhan rill klien
·
memberikan waktu kepada klien untuk
mengakui bagaimana perasaannya saat ini
·
mempertanyakan komitmen klien untuk
bekerja
7. Bekerja dengan significant others
Orang
tua dapat menjadi bantuan penting bagi proses konseling karier karena
pengetahuan dan kepedulian mereka akan kondisi anaknya. Untuk alasan yang sama
orangtua dapat menjadi penghalang anaknya. Orangtua akan menerapkan agenda yang
telah miliki untuk anaknya dengan cara :
·
Mengikuti garis keluarga
·
Melakukan hal sebaliknya dari yang
pernah mereka lakukan.
·
Mengambil kuliah tertentu.
·
Tidak membuang-buang waktu untuk
belajar.
Pertemuan-pertemuan bersama dapat
mengungkapkan konflik-konflik yang terjadi antara anak dan orangtuanya, yang
memungkinkan pikiran dan perasaan masing-masing ditangani dengan cara yang
tidak dilakukan sebelumnya.
8. menangani klien dari latar belakang
minoritas
Faktor-faktor
seperti ras, golongan, gender, dan disabilitas menjadi salah satu hal yang
mempengaruhi perkembangan karier seseorang. Dalam hal ini konselor harus
memiliki ide dan gagasan untuk menghadapi penindasan yang dilakukan terhadap
golongan minoritas. Ide, sikap, dan gagasan yang tidak “mengikuti” budaya
“mayoritas” dapat membuat mereka bekerja melawan orang-orang yang dari kelompok
tertentu sehingga berpeluang mengakibatkan orang-orang dari kelompok minoritas
mengalami kehidupan yang tidak setara.
Pedoman-pedoman
yang dapat dilakukan untuk memperkuat pedoman pelaksanaan konseling bagi
kelompok minoritas adalah :
·
Pantau bagaimana latar belakang gender,
kultural, kelas sosial, dan rasial yang dapat mempengaruhi pekerjaan yang
dilakukan klien.
·
Terimalah bahwa kemarahan dan frustasi
yang dirasakan klien berasal dari kelompok yang menghadapai diskrimanasi yang
dilakukan golongan kelompok mayoritas.
·
Konselor harus menyadari bahwa
orang-orang yang diserang sejak lahir mengakibatkan mereka memiliki self-esteem
diri yang rendah karena merasa dirinya warga kelas dua. Tawarkan konsep
membangun rasa percaya diri atau assertivitas melawan diskriminasi.
·
Memberikan informasi kepada klien untuk
memilih perusahaan-perusahaan yang konsen untuk merekrut karyawan dari kelompok
mayoritas atau minoritas.
·
Dorong klien untuk memeriksa
spectrum-spectrum opsi klien dengan memberikan infromasi secara detail mengenai
akses pekerjaan dan pendidikan serta mengubah stereotip negatif yang ada pada
diri anggota kelompok minoritas.
·
Untuk klien perempuan ubah pembicaraan
konseling dari pikiran “memilih karier atau keluarga” tetapi menjadi “bagaimana
melaksanakan kehidupan keluarga beriringan dengan karier” karena perempuan
sekarang telah banyak melakukan kedua-duanya.
·
Mengatasi isu percaya diri yang timbul
pada klien terutama klien perempuan dalam mereka melamar pekerjaan.
·
Konselor harus menghargai dan memahami
dengan baaik kualifikasi-kualifikasi yang telah diperoleh di tempat lain.
·
Jangan memvonis klien dari kelompok
minoritas sebagai individu yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi anggap
mereka sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan belajar untuk memiliki
keterampilan.
·
Dorong klien dari kelompok minoritas
untuk memeriksaa track record yang dibutuhkan oleh seorang calon karyawan yang
akan diterima pada sebuah perusahaan. Jangan terpengaruh pada anggapan yang
berkembang di tengah masyarakat.
9. keterampilan dan pengetahuan yang
berguna bagi konselor karier
Dalam
praktek konseling, sejumlah keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh
seorang konselor karier adalah :
- Memastikan bahwa setting fisik kondusif untuk
membangun kepercayaan
- Membuat kontrak yang jelas dengan klien
- Jelas tentang batas-batas keterampilan dan peran
konselor
- Menyadari apa yang menginterferensi effective
listening
- Menghormati klien dan terima konteks sosial klien
- Menggunakan keterampilan merespon dengan cara
yang tepat guna
- Menggunakan keterampilan menantang dan
mengonfrontasikan
- Menggunakan sikap diam secara tepat guna
- Menyadari dan memiliki pengalaman paling tidak
suatu model konseling
- Mempu membuat klien melanjutkan ke “tahap
konseling selanjutnya” dari insight ke motivasi dan tindakan
- Menggunakan teknik-teknik untuk menetapkan tujuan
dan rencana tindakan yang efektif
- Merujuk klien secara sensitif
- Pastikan bahwa supervisi yang baik dan adekuat
diterima.
10. memvalidiasi pola-pola pikir
alternatif
Konselor karier seharusnya bukan hanya menawarkan sebuah konteks yang
netral dan independen, tetapi juga berpikiran terbuka tentang hubungan klien
dengan karier dan pekerjaan secara umum.
Pekerjaan konselor karier mungkin pertama-tama memfokuskan pada
mereafirmasi perasaan self-worth klien dengan memvalidasikan pola pengalaman
“siklik” mereka sebelum merencanakan untuk masa depan.
Tugas konselor karier adalah membantu orang-orang yang “lebih tua” yang memiliki harga jual yang rendah di pasar
kerja untuk melihat bahwa mereka bisa dipekerjakan dengan mengidentifikasi
tidak hanya keterampilan-keterampilan yang dapat ditransfer teratpi juga
pengalaman yang dapat dimanfaatkan.
11. Pengetahuan tentang berbagai
alternatif pekerjaan purna waktu
Untuk membantu klien mengembangkan ide-ide pekerjaan, konselor karier
seharusnya mengetahui atau memiliki akses ke pengetahuan tentang berbagai
alternatif ide konvensional tentang sebuah karier.
Beberapa kemungkinan alternatif untuk sebuah “pekerjaan seumur-hidup”
purna-waktu, meliputi pekerjaan paruh waktu, wirausaha, franchising, koperasi,
pekerjaan temporer, kontraktual, atau freelance.
Ide bahwa posisi paruh-waktu
akan memberikan waktu untuk mengembangkan keterampilan baru bisa sangat
liberating.
Keuntungan-keuntungan
yang didapat dari pekerjaan paruh waktu adalah :
- Memberikan
pengalaman yang dibayar
- Dapat
memberikan referensi
- Memungkinkan
kontak sosial untuk dilanjutkan
- Dapat
membantu mempermudah perubahan dari pekerjaan purna-waktu ke wirausaha
- Memberikan
kegiatan dan struktur yang berkelanjutan dari hari ke hari
- Menyediakan
sebagian dana yang dibutuhkan untuk pendidikan atau pelatihan paruh-waktu
- Membantu
mendanai dibangunnya sebuah usaha kecil
- Dapat
membawa ke pekerjaan purna-waktu.
12. Wirausaha sebagai alternatif yang
viable
Beberapa klien akan ingin mempertimbangkan kemungkinan semacam pekerjaan
wirausaha, freelance, atau kontraktual. Konselor karier seharusnya mewaspadai
tantangan emosional yang dihadapi klien ketika meninggalkan gaya pekerjaan yang
relatif aman untuk menempuh ketidakpastian menjalankan sebuah bisnis.
S. B. Hashemi (2002)mengatakan bahwa banyak orang mengabikan opsi
menjalankan bisnis, karena mereka telah dibuat percaya bahwa tidak semua orang
bisa menjadi wirausahawan dan bahwa kewirausahaan hanya disediakan bagi kaum
visioner. Konselor karier
seharusnya mampu membuat klien memiliki kontak dengan sumber-sumber bantuan dan
pelayanan yang sesuai.
Salah satu ide untuk membuka
jalan, dan menangani resiko potensial, adalah mencoba dengan yang kecil sambil
tetap bekerja di tempat kerja yang sekarang sebagai batu loncatan.
13. Batu Loncatan “Salah satu teknik
pengembangan karier”
batu
loncatan yang dapat dilakukan untuk pengembangan karier klien yaitu, konselor
dan klien membuat suatu ide tentang suatu karier atau pekerjaan. setelah
terjadi kesepakatan, kemudian dimungkinkan untuk mendiskusikan bersama klien
tentang cara-cara untuk mencapainya.
Konselor
harus berusaha menguraikan ide-ide dan impian klien menjadi beberapa komponen
realiastis, akan tetapi hal ini mengakibatkan timbulnya resistensi pada diri
klien.
14. Aspek-aspek sosial dan kultural
tentang kepuasaan kerja
Faktor-faktor
yang menentukan kepuasaan kerja sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai,
ekspektasi, sistem kerja, dan rewared-reward yang akan diterima dari
pekerjaannya.
Beberapa
pertimbangan yang menjadi dasar pertimbangan kepuasaan kerja adalah :
- Ukuran
organisasi.
- Sektor
swasta atau publik.
- Kontrol
terpusat atau terdesentralisasi.
- Kepastian
pekerjaan yang disediakan.
- Apakah
nilai nilai yang disetujui oraganisasi sesuai dengan kenyataan.
- Fleksibelitas
jam dan praktik kerja.
- Budaya
formal atau informal.
- Kesempatan
untuk pengembangan karier dan pembelajaran.
- Kesempatan
untuk mendapatkan hasil dari kesuksesan (bonus, pengembangan deviden).
- Sifat
produk jasa.
- Komposisi
umur dan rekan-rekan.
15. Kesadaran akan prinsip-prinsip
pengembangan karier yang dikembangkan sendiri
Konselor karier
seharusnya sadar bahwa banyak organisasi besar mendorong stafnya untuk
mengelolah kariernya sendiri, dan bahwa calon karyawan diharapkan untuk
memperlihatkan perilaku “proaktif” yang sama. Hal ini memiliki implikasi berupa
memepersiapkan klien untuk terus menggunakan berbagai alat dan teknik konseling
karier setelah sesi-sesinya selesai.
Disamping
itu assesmen-assesmen diri merupakan hasil dari pekerjaan sampingan konselor
karier. Sedangkan pekerjaan utama dari konseling karier adalah keterampilan
manajemen karier dan mengetahui tata kerja dan bagaimana evaluasi dalam
pekerjaan.
TANTANGAN-TANTANGAN
PROFESIONAL KONSELOR KARIER
Disusun oleh
:
1.Juhir Arman
2. Shinta Ayu Rachimi
3. Jayeng Ambar Sari
4. Reno Agung Laksono
5. Risnawati Ananda
Semester
: V/A
Matkul : BK Karier 2
Dosen
: Dr. I WAYAN
DHARMAYANAN,M.Psi
PROGRAM
STUDI S1 BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU
PENDIDIKAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar