Bab
1 : Pendahuluan
A.Latar
belakang
Membaca
merupakan salah satu keterampilan yang sangat dasar dan paling penting bagi
manusia dalam kehidupannya. Membaca memiliki pengertian sebagai suatu proses
mengelola bacaan secara kritis dan kreatif dengan tujuan memperoleh suatu
pemahaman secara menyeluruh atas bacaan yang dibaca guna memahami apa yang
disampaikan oleh penulis dalam bacaan.sedangkan menurut Juel membaca adalah
proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur
bacaan sehingga akhir dari proses membaca seseorang mampu membuat intisari dari
suatu bacaan (Sandjaja, Juel .www.unika.ac.id : 2005). Membaca sendiri merupakan fungsi tertinggi
dari otak manusia yang menunjukkan kelebihan manusia dari makhluk hidup lainnya
yang mana hanya manusia yang diberikan kemampuan untuk dapat membaca. Dari
penelitian sebelumnya diketahui bahwa anak akan mulai tertarik untuk membaca pada
usia 3-4 tahun setelah pada usia 1 tahun-2 tahun sudah dapat merangkai kata dan
menyusun kalimat sederhana. anak yang telah memiliki kemampuan membaca yang
baik pada usia 6-7 tahun maka anak tersebut dikatakan telah memiliki kemampuan
membaca yang baik.dalam kegiatan pembelajaran di jenjang SMP seharusnya seorang
anak telah dapat membaca dengan lancar dan tidak lagi mengalami kesulitan dalam
membaca sehingga anak yang tidak bisa membaca pada jenjang SMP dapat dikatakan
telah memiliki suatu gangguan atau penyimpangan. Hal ini berdasarkan Gejala
anak yang mengalami gangguan dalam membaca terindikasi apabila saat telah
memasuki usia 12 tahun dan hampir menyelesaikan jenjang sekolah dasar namun
kemampuan membacanya masih sangat rendah. Ketidak mampuan membaca pada siswa
ini dapat teridentifikasi pada beberapa tanda seperti kesulitan dalam
mengingat, evokasi, mengikuti huruf dan kata yang dicetak, proses konstruksi
tata kata yang sulit, dan sulit membangun kesimpulan (Kaplan, Benjamin
B.Sadock, dan Jack A.Grab, 1997:669). Sedangkan secara karakteristik terdapat
empat kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca yaitu kebiasaan
membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan mengenal pemahaman, dan gejala-gejala
serba aneka (Mercer, dalam jurnal ilmiah E-Jupheku volume 2 nomor 3: september
2013 : 432-442)
Dalam kehidupan
sehari-hari kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat mendasar dan
paling dibutuhkan untuk dalam segala aspek kehidupan terutama dalam bidang
pekerjaan. Pembinaan kemampuan membaca yang paling efektif terjadi pada saat
anak memasuki sekolah dimana para guru di sekolah memiliki kuasa dan waktu yang
sangat cukup untuk mengembangkan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa.
Melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas guru dapat melatih siswa untuk
tidak hanya dapat membaca tetapi juga menangkap makna dan mengambil ilmu
pengetahuan yang terdapat dalam bacaan sebagai salah satu sumber untuk
penambahan wawasan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Kondisi fisik sekolah
dan ketersedian fasilitas buku-buku bacaan bagi siswa juga menunjang kemampuan
siswa dalam membaca. Namun, Dibalik semua itu beberapa guru menjumpai beberapa
diantara siswa asuhnya tidak dapat membaca dengan baik meskipun telah dilatih
dengan baik sehingga para siswa tersebut dicap sebagai siswa yang bodoh dan
memiliki intelegensi hal ini semakin didukung dengan nilai yang rendah yang
diperoleh siswa sehingga tidak jarang banyak sekolah terutama sekolah negeri
mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah.
Siswa-siswa
yang kesulitan membaca tersebut akhirnya ditampung pada sekolah-sekolah swasta
yang memiliki kaulitas dan performa pendidikan yang belum maksimal. Di kota
Bengkulu sendiri banyak siswa-siswa dengan masalah membaca pendidikannya
berakhir di sekolah-sekolah swasta dengan kondisi kualitas pendidikannya yang
belum mencapai taraf maksimal. Belum lagi ditambah dengan pandangan masyarakat
sekitar yang masih memandang negatif siswa-siswa yang bersekolah di sekolah swasta, Akibatnya siswa-siswa
tersebut menjadi semakin tertekan ditambah lagi di dalam sekolah-sekolah swasta
tempat mereka bersekolah banyak berkumpul siswa-siswa yang mengalami masalah
yang sama seperti mereka sehingga siswa-siswa tersebut menjadi tidak
bersemangat lagi dalam menuntut ilmu di sekolah sehingga mempersulit para guru
di sekolah swasta dalam menanamkan ilmu pengetahuan kepada mereka. Perasaan
frustasi yang dialami oleh para siswa tersebut membuat mereka menunjukkan
perilaku-perilaku kenakalan yang melebihi dari siswa-siswa di sekolah negeri sehingga membuat labelling terhadap
siswa-siswa tersebut dan sekolahnya menjadi bertambah negatif dan siswa-siswa
tersebut semakin terbenam dalam perilaku negatif mereka.
Berangkat
dari kenyataan tersebut peneliti kemudian mendatangi salah satu SMP swasta yang
ada di Kota Bengkulu yaitu SMP PGRI di kawasan Sawah Lebar Kota Bengkulu.
Pemilihan sekolah ini didasarkan pada informasi yang diterima oleh peneliti
dari berbagai sumber bahwa Sekolah ini banyak menghadapi masalah dan salah satu
masalah yang paling menonjol adalah masalah intelektual yang dialami oleh
siswa. Dan saat melakukan observasi awal di sekolah peneliti menemukan kasus
seorang Siswi yang berdasarkan informasi dari gurunya mengalami kesulitan dalam
belajar yang disebabkan oleh kesulitannya dalam membaca maka mahasiswa tertarik
untuk melakukan pengentasan terhadap kasus ini melalui kegiatan Studi Kasus di
SMP PGRI Kota Bengkulu.
B.
Prosedur Pemilihan Kasus
Dalam melakukan
pemilihan kasus ini mahasiswa terlebih dahulu
menemui koordinator Bimbingan dan Konseling di SMP PGRI Kota Bengkulu
yaitu ibu Muhta Rohmin, S.Pd untuk menjelaskan maksud dari mahasiswa mendatangi
sekolah tersebut. Setelah koordinator BK menerima dan memberikan izin kepada
mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan studi kasus di sekolah, Maka selanjutnya
dilakukan wawancara terhadap guru koordinator BK mengenai gambaran kondisi umum
di sekolah dan didapati gambaran kondisi umum sebagai berikut:
·
Semua siswa-siswi yang bersekolah di SMP PGRI Kota
Bengkulu berasal dari keluarga dengan golongan ekonomi yang lemah dengan
sebagian besar dari orangtua siswa bekerja pada sektor informal dengan jam
kerja yang tidak teratur dan penghasilan dari orangtua sangat terbatas.
·
Orangtua/wali siswa-siswi SMP PGRI kota
Bengkulu memiliki kontrol yang lemah terhadap anak-anak mereka di rumah.
Penyebab kontrol orangtua yang lemah ini disebabkan oleh orangtua mereka sangat
keras dalam mencari nafkah karena beban pekerjaan dan hidup yang sangat berat
ditanggung oleh para orangtua siswa tersebut. Selain itu ada sebagian siswa
yang tinggal di Kota Bengkulu tidak bersama orangtua mereka tetapi mereka
tinggal bersama kakak atau saudara mereka yang sedang kos di Kota Bengkulu untuk
menuntut ilmu di bangku kuliah sehingga mereka menjadi bebas bertindak karena
tidak ada orangtua yang mengontrol perilaku mereka.
·
Hampir semua siswa di SMP PGRI kota
Bengkulu mengalami masalah dalam bidang intelektual dimana mayoritas siswa
memiliki tingkat intelegensi yang cukup rendah dibandingkan dengan anak-anak
lain yang berada di sekolah negeri. Para siswa ini umumnya sedikit lambat dalam
menangkap mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru di sekolah sehingga
mengakibatkan para siswa ini memiliki nilai yang rendah dan kurang mampu
bersaing dengan para siswa yang bersekolah di sekolah negeri.
Dalam melakukan kegiatan studi kasus ini
peneliti melakukan prosedur dalam pemilihan kasus ini adalah sebagai berikut :
·
Mahasiswa mendatangi sekolah yaitu Sekolah yaitu SMP
PGRI Kota Bengkulu yang terletak di kawasan Sawah Lebar dan menemui koordinator
guru Bimbingan dan Konseling. Dalam pertemuan peneliti melakukan wawancara awal
dan dari kegiatan wawancara awal diketahui bahwa sekolah ini memiliki murid
sebanyak 60 orang yang terbagi dalam 4 kelas (kelas 7, kelas 8a , kelas 8b, dan
kelas 9). Dan mayoritas siswa di SMP ini mengalami masalah dalam bidang
intelegensi, kondisi ekonomi, dan perilaku moral sehari-hari di sekolah.
·
Dari hasil wawancara dengan Guru BK di
sekolah diketahui bahwa mayoritas siswa yang mengalami masalah terdapat dikelas
8 dan 9 dengan jumlah siswa sekitar 30 siswa. Dan dari kesepakatan hasil
wawancara dengan Guru BK maka siswa yang akan dipilih sebagai subjek penelitian
dalam kegiatan studi kasus berasal dari siswa kelas 8 dan 9. Pertimbangan ini
didasarkan pada keterangan guru BK bahwa masalah pada siswa mulai timbul saat
siswa duduk di kelas 8 dan 9.
·
Setelah menyepakati kelas yang akan
dipilih untuk melaksanakan kegiatan studi kasus ini maka Guru BK menunjukkan
kepada mahasiswa kelompok siswa yang berjumlah sebanyak 5 orang yang memiliki
permasalahan yang sangat menonjol di sekolah. Penunjukan kelompok siswa ini
didasarkan pada catatan dan dokumen yang dimiliki oleh Guru BK bahwa kelima siswa
ini memiliki banyak catatan perilaku buruk dan sebanyak 3 orang diantara mereka
bahkan telah membuat surat perjanjian dengan pihak sekolah. 5 orang siswa yang
ditunjukkan memiliki 5 macam masalah yaitu : membolos sekolah, berkelahi,
berbicara kotor, hiperaktif, dan kesulitan dalam belajar.
·
Kemudian mahasiswa melakukan kegiatan
wawancara awal dengan kelima siswa tersebut. Dari hasil wawancara mahasiswa dengan
kelompok siswa tersebut yang memiliki
masalah kesulitan dalam belajar menarik perhatian mahasiswa untuk dilakukan
pengentasan melalui kegiatan studi kasus. Hal ini didasarkan pada fakta yang
diperoleh bahwa siswi tersebut dengan inisial M-C-U-S berasal dari sekolah
Negeri yang kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke SMP PGRI Kota Bengkulu dan
selama mengikuti kegiatan belajar siswi ini mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran yang disebabkan oleh siswi ini pada usia 14 tahun namun masih
mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang ada dalam buku bacaan, gejala
ini tergolong dalam gejala disleksia atau gangguan dalam membaca. Sehingga
akhirnya mahasiswa memilih siswi ini untuk dijadikan sebagai objek pengentasan
kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling.
C.
Tujuan Studi Kasus
Adapun
tujuan yang ingin dicapai oleh mahasiswa dalam kegiatan penelitian studi kasus
kali ini adalah sebagai berikut :
·
Mampu Mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada
siswi M-C-U-S yang mengakibatkan siswi ini mengalami kesulitan dalam membaca
diusia 14 tahun.
·
Mampu melakukan analisa kasus terhadap
masalah disleksia siswi M-C-U-S sehingga dapat diketahui masalah apa yang
sebenarnya terjadi pada siswi ini beserta gejalanya, keluhan-keluhan siswi ini
atas masalah disleksia-nya, dan analisis mengenai kasus ini.
·
Mampu merumuskan tindakan yang akan
dilakukan untuk membantu siswi M-C-U-S dalam mengatasi masalah yang dialaminya.
·
Mampu memenuhi tugas yang diserahkan
kepada peneliti oleh dosen pengasuh mata kuliah studi kasus Bimbingan dan
Konseling.
D.
Manfaat Studi Kasus
Adapun
manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian studi kasus mengenai
masalah masalah Disleksia ini adalah
sebagai berikut :
Bagi
konselor
a.
Konselor dapat membantu klien dalam
mengatasi permasalahan klien sehingga klien tidak merasa sendirian dalam
menghadapi masalah yang dialaminya.
b.
Konselor dapat membangun sebuah hubungan
baru yang lebih dekat dengan klien dan konselor dapat membangun citra diri yang
positif di hadapan klien.
c.
Konselor dapat menambah wawasan dan
pengetahuannya dalam menangani masalah disleksia yang dihadapi oleh klien.
d.
Konselor dapat terlatih untuk menyusun
laporan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat menyusun
laporan dengan baik.
Bagi
klien
a.
Klien dapat membagi permasalahannya
kepada konselor sehingga klien dapat mengurangi beban perasaan akibat
permasalahan yang dialaminya.
b.
Klien dapat memperoleh beberapa arahan
dari konselor untuk dapat dilakukan dalam menghadapi masalah Disleksia yang
dihadapinya.
c.
Klien dapat mengurangi gejala-gejala
Disleksia yang dialaminya melalui treatment-treatment yang diberikan olej
konselor kepada klien.
d.
Klien dapat membina hubungan yang lebih
baik dengan konselor dan komunikasi klien dengan konselor menjadi lebih lancar.
Bab
2 : Kajian Teori
A.Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan
belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan
terjadinya hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan belajar. Kondisi yang
menyebabkan terjadinya kesulitan belajar ditandai oleh kesulitan dalam
mengerjakan tugas-tugas akademik yang disebabkan oleh faktor neurologis dan
faktor psikologis sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah dan tidak sesuai
dengan usaha dan potensi yang dilakukan. Kesulitan belajar sendiri
termanisfestasi dalam perilaku sehari-hari (bio-psikososial) yang baik secara
langsung atau tidak yang secara permanen akan menghambat kemajuan belajar
siswa.
Kesulitan
belajar berbeda dengan kecacatan yan diderita seseorang, sebab kesulitan
belajar tidak dapat dibedakan secara lahiriah dan orang yang mengalaminya tidak
mengalami perbedaan wujud fisik dengan orang-orang yang tidak mengalami
kesulitan belajar. Kelemahan yang ditimbulkan oleh kesulitan belajar akan
tampak pada beberapa hal dalam pelajaran yaitu memperhatikan dan menulis sesuatu
dan koordinasi dalam mengendalikan diri ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kesulitan-kesulitan ini akan semakin tampak saat siswa melakukan
kegiatan sekolah yaitu menulis, membaca, dan berhitung yang mana proses
belajarnya akan lebih lambat dari siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan
belajar sendiri dapat terjadi dalam waktu yang sangat lama dan dalam beberapa
kasus dapat mempengaruhi kehidupan mereka baik saat di sekolah, keluarga,
lingkungan rumah, dan lingkungan pertemanan mereka. Beberapa kasus yang terjadi
malah kesulitan belajar mempengaruhi tingkat kebahagian yang dialami oleh
seorang individu. Beberapa penderita kesulitan belajar menyatakan bahwa
kesulitan belajar mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan mereka sehingga
mereka mengalami kehampaan dalam hidup mereka.
Secara
luas pengertian kesulitan belajar terbagi dalam beberapa istilah berikut :
a) Learning
disorder (ketergantungan belajar), yaitu keadaan dimana proses belajar siswa
menjadi terganggu karena adanya respons yang bertentangan yang diterima oleh
siswa. Pada dasarnya siswa yang mengalami gangguan belajar seperti ini prestasi
belajarnya tidak terganggu akan tetapi proses belajar yang dialaminya sangat
lambat disebabkan banyak timbul respons yang bertentangan. Kesulitan belajar
ini ditandai dengan prestasi belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi
yang dimiliki.
b) Learning
disabelities (ketidakmampuan belajar), yaitu siswa tidak mampu menghadapi dan
menempuh mata pelajaran dan mereka tidak bisa menghindarinya. Kesulitan belajar
ini ditandai dengan nilai yang diperoleh dibawah nilai yang seharusnya
diperoleh.
c) Learning
disfunction (ketidakfungsian belajar), yaitu proses belajar siswa tidak
berjalan dengan baik meskipun tidak ada tanda-tanda kecacatan baik mental
maupun dari fisik peserta didik.
d) Under
Achiever (pencapaian rendah), yaitu gejala pada anak-anak yang memiliki tingkat
intelegensi diatas rata-rata umum namun nilai yang diperoleh dibawah rata-rata
bahkan tergolong sangat buruk.
e) Slow
learner (lambat belajar), yaitu siswa yang sangat lambat dalam memahami
pelajaran sehingga membutuhkan waktu belajar lebih lama dari siswa lain yang
memiliki tingkat intelegensi yang sama dengan siswa tersebut.
B.
Strata Jenis kesulitan belajar
Mengenali
kesulitan belajar sangat jelas berbeda dengan melakukan analisa terhadap
penyakit yang mana gejala penyakit sangat mudah dikenali dari tanda-tanda
gejala yang timbul pada tubuh. Pada
kesulitan belajar gejala yang timbul tidak mudah diamati dan terdeteksi secara
langsung oleh guru. Kesulitan belajar memiliki gejala yang sangat rumit yang
disebabkan oleh begitu banyaknya penyebab, gejala, perawatan, serta langkah
penanganan kesulitan belajar yang sangat rumit. Kesulitan belajar yang memiliki
beragam gejala sangat sulit untuk dikaji dan ditemukan penyebab utama timbulnya
gejala kesulitan belajar tersebut. Sampai saat ini para ahli belum menemukan
obat atau cara yang efektif untuk menyembuhkan secara total para pengidap
kesulitan belajar.
Faktor
hereditas (genetik) dan lingkungan (enveronmental) sangat mempengaruhi terhadap
proses dan hasil belajar seorang siswa. Potensi yang dimiliki, bakat siswa,
minat siswa, motivasi, kurikulum, kualitas, dan model pembelajaran guru turut
memberikan andil terhadap keberhasilan anak di sekolah.
C.
macam-macam kesulitan belajar siswa
Tidak
semua masalah dalam kesulitan belajar dapat disebut sebagai learning disorder.
Sebagian anak atau siswa kadang-kadang memiliki kesulitan dalam mengembangkan
bakat yang dimiliki. Kadang-kadang seseorang memperlihatkan ketidak wajaran
dalam perkembangan alaminya sehingga terlihat seperti penderita kesulitan
padahal hanya merupakan terlambatnya proses pendewasaan pada diri individu
tersebut.
Dalam
menetapkan seorang individu mengalami kesulitan belajar atau tidak terdapat
beberapa kriteria yang harus dipenuhi tertuang dalam teori DSM ( Dignostic manual
of mental disorder) yang membagi kesulitan belajar menjadi 3 katagori besar
yaitu :
a.
Kesulitan yang dialami dalam hal
berbicara dan berbahasa
b.
Permasalahan yang dialami dalam
kemampuan akademik
c.
Permasalahan yang dialami dalam
mengkoordinasikan gerak tubuh dalam mengikuti kegiatan pelajaran di kelas.
D.
Pengertian Disleksia
Istilah disleksia
berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit dalam dan lex, yang
berasal dari kata legein yang berarti berbicara. Jadi secara harfiah disleksia
berarti gejala yang berhubungan dengan kata-kata dan simbol tulis. Kesulitan
ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan
tertulis atau menghubungkan antara suara dengan kata-kata tertulis. Definisi disleksia yang pertama dikeluarkan oleh World
Federation of Neurology (1968; Abdullah, 2008). Menurut definisi itu, disleksia
adalah "Suatu gangguan pada anak anak di mana, meski mereka melalui
pengalaman kelas konvensional, gagal menguasai keterampilan bahasa seperti
membaca, menulis dan mengeja yang sesuai dengan tingkat kemampuan intelektual
mereka".Thomson (Abdullah, 2008) definisi tentang disleksia adalah sebagai
suatu masalah kognitif. Selain itu, disleksia diketahui bukan saja mempengaruhi
memori dan konsentrasi seorang anak, bahkan juga keterampilan manajemen diri
dan sampai juga mempengaruhi kemampuan matematika. Selanjutnya menurut Mercer
dan Smith (D Majzub dan Shafie Mohd, 2005) Ciri-ciri anak penyandang disleksia,
mereka mempunyai masalah dalam membaca karena hal itu mereka selalu dimasukan
ke sekolah luar biasa (SLB). Disleksia merupakan hambatan pada kemampuan membaca
yang terjadi pada seseorang meskipun ia telah menerima pembelajaran yang
normal.
Bryon
dan Brian (dalam Abdurrahman, 1999: 204) menyebutkan istilah disleksia sebagai
suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari susunan kata-kata dan kalimat,
mengintegrasikan komponen kata-kata dan kalimat dalam belajar segala sesuatu
yang berkenaan ke arah dan waktu. Sedangkan menurut Lerner seperti yang dikutip
oleh Mercer(1979: 200) mendefiniskan
kesulitan belajar membaca sangat bervariasi semuanya tergantung pada gangguan
yang terjadi dalam fungsi otak.
Pada
kenyataannya kesulitan belajar dialami oleh 2-8% anak yang berada pada usia
sekolah sebuah kondisi yang menimbulkan keragu-raguan pada anak dalam membaca,
kesulitan dalam mengenali kata-kata asing, sulit mengeja, kekeliruan mengenal
kata: penghilangan, penyisipan, pembalikan, kesalahan tempat, salah ucap,
membaca tersedat-sedat, kesulitan memahami tema dari sebuah paragraf, banyak
keliru dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, dan pola membaca yang
tidak wajar pada anak.
E.
Karakteristik Disleksia
Ada empat kelompok karakteristik
kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata,
kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala serba aneka, (Mercer, 1983) .
Dalam
kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan belajr membaca sering tampak
hal-hal yang tidak wajar, sering menampakkan ketegangannya seperti
mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir.
Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya yang ditandai
dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan guru. Pada saat
mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan
atau ada baris yang terlompat tidak terbaca.
Dalam
kekeliruan mengenal kata ini memcakup penghilangan, penyisipan, penggantian,
pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan
tersentak-sentak ketika membaca.
Kekeliruan
memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang
terkait dengan bacaan, tidak mampu mengurutkan cerita yang dibaca, dan tidak
mampu memahami tema bacaan yang telah dibaca. Gejala serba aneka tampak seperti
membaca kata demi kata, membaca dengan penuh ketegangan, dan membaca dengan
penekanan yang tidak tepat. Secara lebih terperinci karakteristik yang dialami
secara umum oleh anak penderita Disleksia adalah beberapa masalah seperti:
·
Masalah fonologi : Yang dimaksud masalah fonologi
adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami
kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata
kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima
belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan
dengan proses pengolahan input di dalam otak.
·
Masalah mengingat perkataan : Kebanyakan anak
disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka
mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama
teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di
sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan
suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang
sederhana.
·
Masalah penyusunan yang sistematis / sekuensial : Anak
disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya
susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan angka.
Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya,
misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau
langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal orang tua sudah
mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya.
·
Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan
dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami
instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit.
Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan
mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan
uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk
membeli sepotong kue atau tidak.
·
Masalah ingatan jangka pendek : Anak disleksia
mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang
pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas,
ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang
bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka
kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut
dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
·
Masalah pemahaman sintaks : Anak disleksia sering
mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang
bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa
yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila
pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam
bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas merah),
namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas
merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan
(contoh: red bag)
F. Ciri-ciri
penderita Disleksia
Ciri
diagnostik utama gangguan membaca adalah pencapaian membaca yang jelas di bawah
kapasitas intelektual seseorang. Karakteristik lain adalah kesulitan dalam
mengingat, evokasi, dan mengikuti huruf dan kata yang dicetak, dalam proses
konstruksi tata bahasa yang sulit; dan dengan membuat kesimpulan. ((Kaplan,
Benjamin J. Sadock dan Jack A. Greb, 1997: 699). Menurut Jacinta F. Rini,
M.Psi, dari Hermawan Consulting, peristiwa pada anak yang dapat memperkuat
dugaan disleksia ini adalah:
·
Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak
seusianya.
·
Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan,
warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya.
·
Sulit menuliskan huruf ke dalam kesatuan kata secara
benar.
·
Menunjukkan keterlambatan ataupun hambatan lain dalam
proses perkembangannya.
·
Ada anggota keluarga yang juga mengalami masalah
serupa, atau hampir sama.
·
Perhatian mudah teralihkan dan sulit berkonsentrasi.
·
Mengalami hambatan pendengaran.
·
Rancu dalam memahami konsep kiri¬kanan, atas-bawah,
utara-selatan, timur-barat.
·
Memegang alat tulis terlalu kuat/keras.
·
Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis.
Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
·
Mengalami kesulitan dalam mengatakan waktu.
·
Sulit mengikat tali sepatu.
·
Sulit menyalin tulisan yang sudah dicontohkan
kepadanya.
·
Mempunyai masalah dengan kemampuan mengingat jangka
pendek berkaitan dengan kata-kata maupun instruksi
·
Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu
waktu yang sama.
·
Tidak dapat menggunakan kamus atau pun buku petunjuk
telepon.
Lebih jauh
lagi Rini mengatakan bahwa Gangguan disleksia biasanya baru terdeteksi setelah
anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu,". Sebelumnya, di TK,
kemampuan membaca anak tidak menjadi tuntutan, itulah mengapa gejalanya sulit
diketahui sejak usia dini. Inilah ciri-cirinya:
- Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara
benar dan proporsional.
- Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam
kata. Misalnya kata "saya" urutan hurufnya adalah s -a - y -a.
- Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya
menjadi sebuah kata.
- Sulit mengeja secara benar. Bahkan bisa jadi anak
tersebut akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan. Walaupun kata
tersebut berada di halaman buku yang sama.
- Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar.
Bisa terjadi anak dengan gangguan ini akan terbalik-balik membunyikan
huruf, atau suku kata. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai
kemiripan bentuk, seperti d - b, u - n, m - n. Ia juga rancu membedakan
huruf/fonem yang memiliki kemiripan bunyi, seperti v, f, th.
- Membaca suatu kata dengan benar di satu halaman,
tapi keliru di halaman lainnya.
- Bermasalah ketika harus memahami apa yang dibaca.
Ia mungkin bisa membaca dengan benar, tapi tidak mengerti apa yang
dibacanya.
- Sering terbalik-balik dalam menuliskan atau mengucapkan
kata, misalnya "hal" menjadi "lah" atau "Kucing
duduk di atas kursi" menjadi "Kursi duduk di atas kucing."
- Rancu terhadap kata-kata yang singkat. Misalnya,
ke, dari, dan, jadi.
- Bingung menentukan harus menggunakan tangan yang
mana untuk menulis.
- Lupa mencantumkan huruf besar atau
mencantumkannya pada tempat yang salah.
- Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda seperti
koma, tanda seru, tanda tanya, dan tanda baca lainnya.
- Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang
baik.
- Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian
kata. Anak dengan gangguan ini biasanya menulis dengan tidak stabil,
tulisannya kadang naik dan kadang turun.
- Menempatkan paragraf secara keliru
G. Faktor
penyebab terjadinya Disleksia
Tidak ada peyebab
tunggal yang dikeahui untuk gangguan membaca; karena banyak disertai juga
dengan gangguan belajar dan kesulitan berbahasa. Gangguan membaca kemungkinan
adalah multifaktor. Pada tahun 1878 dr. Kussmaul dari Jerman melaporkan adanya
seorang lelaki yang mempunyai kecerdasan normal tapi tidak dapat membaca,
beliau menamakan keadaan ini sebagai “buta membaca” (reading blindness). Tahun
1891 Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian khusus
dari system saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896, British
Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang
anak laki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai
permainan dengan cepat tanpa kekurangan apapun dibandingkan teman temannya yang
lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri sebagai
“Precy”. (Dewi, 2010). Pada tahun 1930-an sebuah penelitian menjelaskan
gangguan membaca dengan model fungsi hemisferik sereberal, yang menyatakan
korelasi positif gangguan membaca dengan tangan kiri, mata kiri atau
lateralisasi campuran. (Kaplan, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Greb, 1997:
698).
Penelitian terkini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan anatomi antara otak anak disleksia dengan
anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian
samping dan bagian belakang). Pemeriksaan functional Magnetic Resonance Imaging
yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata
menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan
individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu
“diterjemahkan” menjadi suatu makna. (Dewi, 2010). Bukti diatas juga sejalan
dengan beberapa penelitian dengan menggunakan pemeriksaan tomografi komputer
(CT; computed tomography); pencitraan resonansi magnetik, telah menunjukan
bahwa ada simetrisitas abnormal pada lobus temporalis dan parietalis orang
dengan gangguan membaca. Merujuk kajian yang dilakukan oleh Dr. Galaburda
(Abdullah, 2008) , susunan sel-sel otak seorang disleksia ternyata berbeda
dibandingkan dengan otak orang biasa. Apabila dilahirkan, individu mewarisi gen
daripada ibu bapanya. Oleh itu, masalah disleksia juga bisa dikatakan sebagai
masalah keturunan. 88 % dari mereka yang mempunyai symptom disleksia mewarisi
masalah itu dari keluarga atau bisa dikatakan keturunan. 12 % lagi mendapat
masalah ini daripada masalah saat dalam kandungan atau pun setelah dilahirkan.
Keterangan lain mengatakan bahwa gangguan membaca mungkin merupakan salah satu
manifestasi dari keterambatan perkembangan atau keterlambatan maturasional.
Peranan temperamental dilaporkan memiliki hubungan erat dengan gangguan
membaca. Dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami gangguan membaca, anak
penyandang diskleksia sering kali memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian
dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Beberapa penelitian menunjukan
suatu hubungan antara malnutrisi dan fungsi kognitif. Anak yang kekurangan gizi
untuk jangka watu yang panjang selama masa kanak-kanak menunjukan kinerja di
bawah rata-rata dalam berbagai tes kognitif. Kinerja kognitif anak penyandang
disleksia lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal yang tidak
mengalami malnutrisi. Dari beberapa fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa
faktor penyebab disleksia diataranya adalah :
·
Neurologis : Gangguan ini bukanlah suatu
ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun murni karena kelainan
neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang
dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri depan yang
berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada perkembangan
yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan dengan
kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan ukurannya
menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit
karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan sejumlah
kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata
men-scanning kata dan kalimat.
·
Keturunan : Menurut penelitian, 80% penderita
disleksia mempunyai anggota keluarga dengan kesulitan belajar (learning
disabilities) dan 60% di antaranya kidal (left-handedness).
·
Gangguan Pendengaran Sejak Dini : Jika kesulitan
pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang
berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan
huruf atau kata yang dilihatnya.
·
Kombinasi : Kombinasi dari berbagai faktor di atas
menjadikan kondisi anak dengan gangguan disleksia kian serius atau parah,
hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinue.
G.
Pengertian Konseling individu
Konseling
individu menurut Prayitno adalah layanan yang diberikan seorang pembimbing
(konselor) kepada klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien
(Tohirin, 2011:163). Konseling individu berlangsung dalam pertemuan secara
tatap muka antara konselor dengan klien yang didalamnya dilakukan pembahasan
terhadap masalah yang dialami oleh klien. Pembahasan masalah yang dilakukan
terhadap klien dilakukan secara mendalam dan menyeluruh dan diarahkan untuk
menemukan pemecahan masalah yang dialami klien. Melalui kegiatan konseling
individu klien akan memahami kondisi dirinya sendiri, permasalahan yang
dialami, kekuatan yang dimilikinya, dan kemungkinan upaya mengatasi
permasalahan yang dialaminya.
H. Tujuan
Layanan konseling Individu
Secara umum tujuan layanan konseling
individu adalah agar klien mampu memahami dirinya sendiri, lingkungannya,
permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri sehingga
klien mampu mengatasi masalahnya sendiri. Sedangkan tujuan layanan konseling individu
secara khusus adalah sebagai berikut :
a. Klien mampu
memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam, komprehensif, positif,
dan dinamis.
b. Klien mampu
mengentaskan masalah pribadi yang dialaminya.
c. Klien mampu
mengembangkan potensi-potensi positif yang ada dalam dirinya dan memelihara
hasil dari pengembangan dirinya secara positif.
I.isi
layanan konseling individu
Secara
umum isi dari layanan konseling perorangan berbeda dengan layanan BK lainnya
karena materi yang diberikan tidak ditentukan dan mengalir dengan sendiri.
Dalam proses konseling individu masalah yang dialami oleh klien baru akan
teridentifikasi setelah konselor melakukan identifikasi dalam kegiatan
konseling. Setelah dilakukan proses identifikasi baru nantinya akan diketahui
masalah apa yang akan dibahas dan dicarika solusi untuk pemecahan masalahnya.
Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok sebaiknya merupakan masalah yang
diputuskan oleh klien sendiri dengan pertimbangan dari konselor.
Masalah-masalah
yang umumnya akan dibahas dalam kegiatan konseling individu adalah sebagai
berikut :
a. Masalah yang
berkaitan dengan bidang pengembangan pribadi
b. Masalah yang
berkaitan dengan bidang pengembangan sosial
c. Masalah yang
berkaitan dengan bidang pengembangan kegiatan belajar
d. Masalah yang
berkaitan dengan bidang pengembangan karier
e. Masalah yang
berkaitan dengan bidang kehidupan bermasyarakat
f. Masalah yang
berkaitan dengan bidang kehidupan beragama
J. Teknik
layanan konseling individu
Dalam memberikan layanan konseling
individu terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor.
Teknik-teknik yang yang digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah
sebagai berikut :
·
Teknik attending, Perilaku attending
disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata,
bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
·
Teknik empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang
klien.
·
Teknik refleksi,
yaitu teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil
pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
·
Teknik eksplorasi, yaitu teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
·
Teknik paraphrasing
yaitu teknik yang menyatakan kembali esensi atau inti dari ungkapan klien
kepada konselor dengan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
·
Teknik pertanyaan
terbuka, yaitu teknik untuk memancing klien agar mengungkapkan perasaan,
pengalaman, dan pemikiran mereka.
·
Teknik pertanyaan
tertutup, yaitu teknik bertanya yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi,
menjernihkan sesuatu, dan menghentikan pembicaraan.
·
Teknik dorongan
minimal, yaitu teknik memberikan suatu dorongan langsung dan singkat terhadap
segala hal yang diungkapkan klien.
·
Teknik interpretasi,
yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan
merujuk pada teori-teori bukan pandangan subjektif konselor.
·
Teknik mengarahkan,
yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien untuk melakukan sesuatu.
·
Teknik memimpin,
yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan
konseling tercapai.
·
Teknik fokus, yaitu
teknik membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan konseling.
·
Teknik konfrontasi,
yaitu teknik konselor untuk mendorong klien mengadakan penelitian diri secara
jujur, meningkatkan potensi klien, dan membawa kepada klien kesadaran bahwa
didalam dirinya terdapat konflik atau pertentangan yang harus diatasi.
K.
Pelaksanaan Konseling perorangan
Dalam pelaksanaan kegiatan konseling
individu terdapat beberapa fase yang harus dilakukan yaitu :
·
Fase pertama, yaitu tahap perencanaan dengan kegiatan
yang dilakukan sebagai berikut: a) mengidentifikasi klien, b)mengatur waktu
pertemuan, c) mempersiapkan tempat dan fasilitas teknis penyelenggaraan,
d)menyiapkan fasilitas layanan, e)menyiapkan perangkat administrasi.
·
Fase kedua, yaitu pelaksanaan kegiatan yang meliputi
a)menerima klien, b)melakukan penstrukturan, c) membahas masalah klien dengan
menggunakan teknik-teknik konseling, d)mendorong pengentasan masalah yang
dialami klien, e)memantapkan komitmen klien terhadap hasil konseling, dan f)
melakukan penilaian segera.
·
Fase ketiga yaitu melakukan kegiatan evaluasi jangka
pendek dan jangka panjang terhadap hasil konseling.
·
Fase keempat yaitu melakukan analisis terhadap hasil
evaluasi kegiatan konseling.
·
Fase kelima yaitu melakukan kegiatan tindak lanjut
yang meliputi kegiatan : a) menetapkan arah tindak lanjut, b) mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut dengan pihak terkait, dan c)melaksanakan rencana tindak
lanjut.
·
Fase keenam yaitu tahap pelaporan yang meliputi a)
menyusun laporan pelaksanaan kegiatan , b)menyampaikan laporan kepada pihak
sekolah atau madrasah, dan c) mendokumentasikan hasil laporan.
Bab
3 : Metodologi
A.Prosedur
Penentuan Kasus
Dalam
melakukan penentuan kasus yang diangkat oleh mahasiswa dalam kegiatan studi
kasus Bimbingan dan Konseling terlabih dahulu dilakukan langkah-langkah
kegiatan sehingga mahasiswa memperoleh kasus yang akan dientaskan melalui
kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling. Prosedur pelaksanaan kegiatan
untuk menemukan kasus yang akan dientaskan adalah sebagai berikut :
·
Mahasiswa mengurus perizinan kegiatan
untuk diberikan kepada pihak sekolah. Dalam kegiatan studi kasus BK ini
perizinan diurus oleh mahasiswa di sekretariat prgram studi Bimbingan dan
Konseling di gedung dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Bengkulu. Pengurusan surat izin kegiatan studi kasus untuk
diberikan kepada sekolah ditandatangani oleh kepala program studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Bengkulu , ibu Prof. Dr. Pudji Hartuti, M.Pd. Psikolog
dan dosen pengampu mata kuliah kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling
yaitu bapak Dr. Hadiwinarto , M.Psi.
·
Mahasiswa mendatangi sekolah yaitu Sekolah yaitu SMP
PGRI Kota Bengkulu yang terletak di kawasan Sawah Lebar dan menemui koordinator
guru Bimbingan dan Konseling. Dalam pertemuan peneliti melakukan wawancara awal
dan dari kegiatan wawancara awal diketahui bahwa sekolah ini memiliki murid
sebanyak 60 orang yang terbagi dalam 4 kelas (kelas 7, kelas 8a , kelas 8b, dan
kelas 9). Dan mayoritas siswa di SMP ini mengalami masalah dalam bidang
intelegensi, kondisi ekonomi, dan perilaku moral sehari-hari di sekolah.
·
Dari hasil wawancara dengan Guru BK di
sekolah diketahui bahwa mayoritas siswa yang mengalami masalah terdapat dikelas
8 dan 9 dengan jumlah siswa sekitar 30 siswa. Dan dari kesepakatan hasil
wawancara dengan Guru BK maka siswa yang akan dipilih sebagai subjek penelitian
dalam kegiatan studi kasus berasal dari siswa kelas 8 dan 9. Pertimbangan ini
didasarkan pada keterangan guru BK bahwa masalah pada siswa mulai timbul saat
siswa duduk di kelas 8 dan 9.
·
Setelah menyepakati kelas yang akan
dipilih untuk melaksanakan kegiatan studi kasus ini maka Guru BK menunjukkan
kepada mahasiswa kelompok siswa yang berjumlah sebanyak 5 orang yang memiliki
permasalahan yang sangat menonjol di sekolah. Penunjukan kelompok siswa ini
didasarkan pada catatan dan dokumen yang dimiliki oleh Guru BK bahwa kelima
siswa ini memiliki banyak catatan perilaku buruk dan sebanyak 3 orang diantara
mereka bahkan telah membuat surat perjanjian dengan pihak sekolah. 5 orang
siswa yang ditunjukkan memiliki 5 macam masalah yaitu : membolos sekolah, berkelahi,
berbicara kotor, hiperaktif, dan kesulitan dalam belajar.
·
Kemudian mahasiswa melakukan kegiatan
wawancara awal dengan kelima siswa tersebut. Dari hasil wawancara mahasiswa
dengan kelompok siswa tersebut yang
memiliki masalah kesulitan dalam belajar menarik perhatian mahasiswa untuk
dilakukan pengentasan melalui kegiatan studi kasus. Hal ini didasarkan pada
fakta yang diperoleh bahwa siswi tersebut dengan inisial M-C-U-S berasal dari
sekolah Negeri yang kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke SMP PGRI Kota
Bengkulu dan selama mengikuti kegiatan belajar siswi ini mengalami kesulitan
dalam memahami materi pelajaran yang disebabkan oleh siswi ini pada usia 14
tahun namun masih mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang ada dalam
buku bacaan, gejala ini tergolong dalam gejala disleksia atau gangguan dalam
membaca. Sehingga akhirnya mahasiswa memilih siswi ini untuk dijadikan sebagai
objek pengentasan kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling.
B.
Identifikasi Kasus
1. Gejala yang Timbul
Berdasarkan
hasil obervasi yang telah dilakukan terhadap klien , Mahasiswa menemukan
beberapa gejala dari kasus gangguan belajar Disleksia yang dialami oleh klien
di sekolah. Gejala-gejala yang timbul pada siswa klien antara lain :
·
Klien mendapat nilai-nilai yang berada
dibawah standard KKM di sekolah terutama saat klien masih bersekolah di sekolah
Negeri sehingga klien banyak mendapat nilai “merah” di sekolah negeri.
·
Klien saat masih bersekolah di sekolah
negeri tidak naik kelas ke kelas VIII dikarenakan nilainya sangat dibawah
standard dan catatan-catatan dari guru terhadap siswa klien ini menunjukkan
klien mengalami sangat sulit untuk menerima pelajaran di sekolah sehingga
sekolah negeri tempat klien bersekolah dahulu mengeluarkan klien dari
sekolahnya.
·
Klien dalam kesehariannya menunjukkan
sifat pendiam dan kurang peduli terhadap pelajaran. Sifat pendiam klien ini
terlihat dalam interaksi yang terjadi antara klien dengan guru ketika pelajaran
berlangsung di dalam kelas. Klien lebih cenderung diam dan tidak mau aktif
dalam kegiatan belajar di kelas sehingga ia sering ditegur oleh guru atau ia
juga pernah diperintahkan guru untuk menjawab soal yang berkaitan dengan materi
pelajaran namun ia tidak mampu menjawab sehingga ia menjadi objek bahan
tertawaan oleh teman-teman sekelasnya. Dalam interaksi dengan teman-temannya
klien juga menunjukkan sifat pendiam. Sifat pendiam yang timbul pada diri klien
dihadapan teman-temannya terjadi karena ia merasa malu sebab ia naik ke kelas
VIII tetapi ia harus keluar dari sekolah asalnya di sekolah negeri dan harus
pindah sekolah ke SMP PGRI yang membuat klien merasa frustasi sehingga ia
menjadi pendiam di kelas dan sulit untuk belajar karena ia merasa rendah diri
dan malu dihadapan teman-temannya.
·
Dalam mengikuti pelajaran di kelas klien
sangat lamban dalam mengerti pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas.
Klien pada umumnya sangat lamban dalam memahami pelajaran di kelas karena ia
tidak mengerti isi dari buku paket bacaan yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan
hasil wawancara klien lebih mengerti penjelasan yang diberikan oleh gurunya
secara langsung di papan tulis. Ketika gurunya memberikan penjelasan materi di
papan tulis klien lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru
tetapi saat disuruh untuk belajar sendiri dan membaca buku ia merasa sangat
sulit untuk memahami materi yang ada di dalam buku sehingga ia sering mendapat
nilai rendah saat mengerjakan tugas atau latihan secara langsung oleh guru dan
membuat ia merasa sering malu saat di dalam kelas terutama dihadapan
teman-temannya.
·
Klien sering tidak masuk ke dalam kelas
yang mana menurutnya ia merasa sangat malu dihadapan teman-temannya karena ia
merupakan seorang siswi pindahan dari sekolah negeri yang terpaksa harus pindah
karena ia tidak naik kelas dan karena gangguan belajar yang dialaminya ia
sering mengalami gangguan dan ejekan yang ia terima dari teman-temannya.
·
Angka ketidak hadiran dengan tanpa
alasan (alpa) klien di kelas cukup sering terjadi dimana dari dokumen daftar
hadir siswa diketahui klien sering masuk hanya 3 atau 4 kali dalam seminggu.
Ketika dikonfirmasi dengan klien ia mengakui bahwa ia jadi sering jarang masuk
karena merasa frustasi tidak bisa memahami materi dengan baik dan ia sering
merasa malu dihadapan guru yang mengajar di kelas karena sering gagal dalam
menjawab pertanyaan. Hal inilah yang membuat klien jarang hadir ke sekolah.
2. keluhan-keluhan klien
Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa terhadap klien dalam kegiatan studi
kasus diperoleh keluhan-keluhan klien yang terungkap sebagai berikut :
·
Ia sering kesulitan dalam memahami
kalimat-kalimat yang ada di dalam buku teks bacaan materi pelajaran.
·
Klien sering merasa terbebani saat
membuka buku pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Ia merasa saat
membuka buku pelajaran ia merasa sangat gelisah dan membuat isi otaknya menjadi
tidak tenang sehingga ia akhirnya malas belajar dan tidak mau membuka buku.
·
Klien sering mengalami kesulitan dalam
evaluasi belajar yaitu ujian mid dan ujian semester sebab ia mengerjakan soal
yang merupakan kompilasi dari materi-materi yang telah di pelajari sebelumnya.
Karena klien sangat sulit untuk memahami isi materi dari pelajaran maka ia
sering mendapat nilai yang sangat rendah saat ujian berlangsung.
·
Klien sering tidak mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru di kelas dikarenakan ia sangat sulit dalam menyusun
kata-kata yang akan dirangkai di dalam tugas sebab ia tidak mengerti isi buku
materi pelajaran yang ia baca.
·
Klien merasa sudah tidak percaya diri
lagi di dalam kelas dan ia merasa malu dihadapan teman-temannya karena sering
tidak bisa memahami isi bacaan dengan baik dan selalu tidak bisa menjawab
dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3. Jenis nama dan Tingkatan kasus
Berdasarkan
hasil identifikasi dan wawancara kasus yang dilakukan terhadap klien dirumuskan
identitas kasus sebagai berikut :
·
Jenis kasus : jenis kasus yang dialami
oleh siswa klien ini adalah gangguan belajar
·
Nama : nama kasus yang dialami oleh
klien ini adalah gangguan belajar atau disleksia
·
Tingkatan kasus : tingkatan kasus yang
dialami oleh klien ini tergolong sebagai kasus yang berat dan perlu penanganan
konseling individu.
C.
Rencana Intervensi Kasus
Dalam
mengatasi permasalahan yang timbul pada klien dalam kegiatan studi kasus ini. Dirumuskan
rencana intervensi yang akan dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien. Adapun
rencana intervensi kasus yang akan dilakukan terhadap klien adalah sebagai
berikut :
·
Bidang layanan : Bidang pengembangan
pribadi
·
Jenis layanan : Konseling individu
·
Alasan : Karena masalah yang dialami
oleh klien merupakan masalah yang tidak dialami oleh setiap orang dan masalah
ini secara khusus dialami oleh siswa klien dan tidak dialami oleh teman-teman
sekelasnya. Dari kenyataan ini mahasiswa kemudian memilih layanan konseling
individu sebagai layanan yang akan diberikan kepada siswa klien yang mengalami
masalah gangguan belajar berupa kesulitan dalam membaca atau Disleksia
Pendekatan
Pendekatan
yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu untuk mengentaskan
masalah siswa klien dalam kegiatan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
·
Jenis layanan : Konseling individu
·
Jenis pendekatan : Pendekatan yang akan
digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah pendekatan konseling
behavioural yang menekankan pada perubahan tingkah laku.
·
Alasan : alasan pemilihan pendekatan ini
dikarenakan gejala yang dialami oleh klien yaitu gejala disleksia dapat
diberikan pertolongan berupa treatment-treatment yang berkaitan dengan
perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh klien yang mana
kebiasaan-kebiasaan klien yang malas belajar dapat diubah menjadi lebih rajin
dalam belajar. Pengubahan perilaku ini difokuskan pada pendorongan dan
penanaman motivasi dalam diri klien untuk mengubah perilakunya dari yang semula
jarang atau tidak pernah belajar menjadi lebih teratur dan menciptakan jadwal
belajar sehingga dengan sering melaksanakan kegiatan belajar maka gejala-gejala
yang dialami oleh klien yang berkaitan dengan gejala disleksia dapat dikurangi
atau bahkan dapat dientaskan sehingga siswa klien dapat terbebas dari gejala
disleksia.
·
Tahapan-tahapan kerja , Tahapan-tahapan
kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan konseling individu dengan pendekatan
behavioural untuk mengentaskan masalah disleksia yang dialami oleh siswa klien
adalah sebagai berikut :
Ø Tahap
pertama , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pertama ini merupakan
kegiatan pembentukan atau dikenal sebagai tahap awal. Dalam kegiatan tahap ini
mahasiswa membangun kedekaatan dengan klien melalui penyambutan-penyambutan
yang dilakukan mahasiswa kepada klien. Dalam kegiatan tahap pertama ini
mahasiswa akan menggunakan teknik umum Attending untuk menumbuhkan rasa nyaman
siswa klien kepada mahasiswa sehingga siswa klien dapat mengungkapkan semua hal
yang dialaminya dalam kegiatan konseling.
Ø Tahap
kedua , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap kedua ini yaitu pembangunan
struktur kegiatan konseling antara klien dengan mahasiswa dalam kegiatan studi
kasus ini. Pembangunan struktur kegiatan ini perlu dilakukan agar siswa klien
mengetahui alur dari kegiatan konseling dan ia dapat memahami setiap kegiatan
yang dilakukan dalam proses konseling individu. Dengan memahami setiap tahapan
dalam kegiatan konseling individu membuat klien merasa aktif dalam kegiatan
konseling sehingga ia dapat mengeluarkan semua peristiwa yang dialaminya dan
mengikuti apa yang diarahkan oleh mahasiswa.
Ø Tahap
inti , dalam kegiatan tahap inti ini dilakukan kegiatan konseling individu.
Kegiatan konseling individu ini dilakukan untuk mengungkap semua hal yang
dialami siswa dan memberikan treatment-treatment yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh siswa. Dalam kegiatan konseling individu
ini diterapkan teknik-teknik umum kegiatan konseling (dipaparkan dalam tinjauan
teori) dan teknik-teknik khusus yang ada dalam pendekatan konseling behavioural
yang menekankan pada pengubahan perilaku yang dari yang malas belajar menjadi
memiliki pola belajar sehingga ia dapat mengurangi gejala disleksia yang
dialaminya.
Ø Tahap
penutup , dalam kegiatan tahap penutup ini mahasiswa bersama klien membangun
kesimpulan akhir dari kegiatan konseling individu yang dilakukan. Setelah
membangun kesimpulan maka dilakukan evaluasi atas kegiatan konseling yang telah
berlangsung dimana letak kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan konseling.
Setelah itu mahasiswa merumuskan tindak lanjut dari kegiatan konseling lalu
jika merasa masih diperlukan konseling kembali maka dibuat perjanjian untuk
melakukan proses konseling kembali. Setelah itu konselor mengakhiri proses
konseling individu dengan pendekatan behavioural.
Bab
4 : Hasil Studi Kasus
A.Data
Kasus
Data
kasus merupakan data yang berhubungan dengan kasus yang dialami oleh konseli
saat ini. Dalam pembahasan kasus masalah disleksia ini , Mahasiswa memperoleh
data kasus dengan menggunakan dua sumber yaitu hasil wawancara secara langsung
dengan siswa klien dan buku rapor siswa klien. Dari kedua sumber tersebut
diuraikan data kasus yang dialami klien sebagai berikut :
Data
hasil wawancara
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Bagaimana kondisi sehari-hari dirumah
?
|
Kondisi keseharian di rumah klien sama
seperti kondisi rumah pada umumnya. Rumah klien terletak di pemukiman padat
di Jalan mahoni dan lingkungan rumah klien cukup padat oleh kerumunan
penduduk yang banyak beraktivitas pada siang hari. Kondisi peralatan rumah
cukup tersedia seperti televisi, kulkas, dan kursi tamu. Klien sendiri
memiliki kamar yang dibagi dua dengan adik bungsunya yang perempuan sehingga
klien tidur dan beristirahat di kamar bersama dengan adik bungsunya. Dirumah
klien sendiri cukup ramai karena ia dan ketiga saudaranya masih dalam usia
sekolah dan mereka sekeluarga masih berkumpul dalam satu rumah.
|
Bagaimana perhatian orang tua terhadap
anda ?
|
Perhatian orangtua klien cukup baik
terutama dari sang ibu, hanya saja ibu klien tidak bisa fokus dalam
memperhatikan klien karena ia juga harus memperhatikan dua saudara klien yang
juga masih bersekolah dan ibu klien juga saat ini sangat terfokus pada adik
bungsu klien yang masih berusia 3 tahun karena adik bungsu klien sedang dalam
masa pertumbuhan dan cukup aktif bergerak di rumah sehingga sang ibu sangat
fokus dengan anak bungsunya. Perhatian ibu klien terhadap klien hanya
berbentuk menyiapkan sarapan sebelum pergi sekolah, membereskan dan mencuci
pakaian sekolah klien, memberikan uang jajan kepada klien , dan saat ada
pemanggilan di sekolah berkaitan dengan masalah klien maka sang ibu yang
datang dan menemui guru di sekolah. Sedangkan perhatian dari ayah klien
kurang karena ia sibuk bekerja pada pagi hari menyapu jalan, kemudian pada
siang hari ia pergi ke pasar menjadi buruh angkut barang , dan pada sore hari
ayah klien kembali menyapu jalan sehingga perhatiannya hanya sebatas
memberikan uang sekolah dan jajan klien melalui ibu klien.
|
Bagaimana kesulitan belajar yang
ditemui di rumah ?
|
Kesulitan belajar yang ditemui klien
dirumah berdasarkan hasil wawancara antara lain : tidak tersedianya ruangan
khusus belajar bagi klien di rumah, klien sering mendapat gangguan dari adik
bungsunya saat ia sedang mengerjakan Pr dan berakibat klien sering diperintah
oleh ibunya untuk menjaga adik bungsunya, dan klien tidak memiliki tempat
untuk bertanya dirumah apabila ia menemui kalimat-kalimat dalam buku teks
bacaan yang ia tidak mengerti maksud dari teks bacaan tersebut sehingga
membuat klien jadi malas mengerjakan tugas di rumah dan sering membuatnya di
sekolah. Klien sering tidak mendapat bantuan belajar di rumah karena ayah dan
ibunya hanya menamatkan pendidikan pada jenjang SMP sedangkan saudara
tertuanya yang saat ini duduk di kelas XI SMA jarang berada di rumah dan
membantu adiknya dalam belajar.
|
Apa keluhan klien terhadap orangtuanya
di rumah ?
|
Dari hasil wawancara terungkap keluhan
klien terhadap orangtuanya di rumah yaitu ia merasa orangtuanya terutama sang
ibu sangat mengganggu dirinya dalam belajar terutama karena ia sering
diperintahkan untuk mengasuh adik bungsunya dan sang ibu akan marah jika
klien menolak untuk membantunya mengasuh adik bungsunya sehingga membuat
klien sering kesal terhadap ibunya dan juga sang ibu sering tidak tahu dan
membantu klien dalam belajar karena tingkat pendidikan ibunya yang rendah
sehingga klien merasa ia hanya berjuang sendiri belajar dengan kekurangan
yang dialaminya dan orangtuanya tidak dapat membantu dirinya sama sekali.
|
Bagaimana kondisi sehari-hari di
sekolah ?
|
Kondisi sehari-hari klien di sekolah
berdasarkan hasil wawancara secara umum sama dengan kondisi teman-teman
sekelasnya pada umumnya di sekolah tersebut. Hanya saja dalam keseharian
klien merasa sedikit risih dengan teman-temannya di kelas karena ia sering
ditanya mengapa ia pindah ke sekolah swasta setelah sebelumnya ia bersekolah
di sekolah negeri. Selain itu klien merasa kurang nyaman di sekolah barunya
ini karena ia sering menjadi bahan tertawa teman-temannya karena ia sering
tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya disebabkan klien
tidak mengerti akan maksud dari kalimat-kalimat yang ada dalam buku teks
bacaan.
|
Apa yang dirasakan saat belajar ?
|
Berdasarkan hasil wawancara klien
menyatakan bahwa ia sebenarnya sangat bersemangat untuk belajar di kelas akan
tetapi ia rasa semangatnya itu menjadi turun karena ia sangat sulit mengerti
isi bacaan buku teks pelajaran yang berakibat ia tidak dapat mengikuti
pelajaran dengan maksimal dan mendapat nilai yang rendah ketika dilakukan
evaluasi oleh guru. Hal ini yang mendorong timbulnya rasa malas untuk belajar
pada diri klien.
|
Kesulitan-kesulitan apa yang ditemui
saat belajar ?
|
Kesulitan yang ditemui klien dalam
belajar berdasarkan hasil wawancara adalah ia tidak dapat memahami dengan
cepat isi materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Materi pelajaran yang
tidak dapat dikuasai oleh klien seringkali tidak terpantau oleh guru dan para
guru langsung menuju ke materi berikutnya tanpa memperhatikan klien yang
belum mengerti secara utuh materi yang diajarkan guru didalam kelas. Hal ini
merupakan kesulitan utama yang ditemui klien saat belajar.
|
Apa yang dirasakan saat mengalami
kesulitan belajar ?
|
Yang dirasakan oleh klien saat ia
mengalami kesulitan belajar adalah perasaan sedih karena ia tidak bisa
mengerti dengan baik materi yang diajarkan oleh guru di dalam kelas dan
sering dimarahi oleh guru karena lambatnya ia dalam mengerti pelajaran yang
diajarkan dikelas, kemudian perasaan jengkel kepada teman-temannya yang
sering mendesaknya untuk memahami secara cepat bacaan yang akan dibahas
secara berkelompok sehingga klien merasa dirinya menjadi sasaran ejekan
temannya dalam kelompok, dan perasaan malu dan hilang percaya diri karena
klien sering mendapat nilai yang rendah serta selalu gagal dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang diajukan oleh guru.
|
Kapan anda mulai belajar membaca ?
|
Berdasarkan jawaban yang diberikan
oleh klien bahwa ia pertama kali belajar membaca pada saat duduk di jenjang
TK dan sebelum masuk TK klien tidak pernah sekalipun belajar membaca karena
kedua orangtuanya saat itu jarang berada di rumah dan mengajarinya baca tulis
awal dan juga klien saat masih belajar membaca ia jarang mengulang pelajaran
yang diterima dari sekolah dan yang melatih membaca klien adalah guru
sehingga kemampuan membaca yang dimiliki oleh klien menjadi terbatas.
|
Siapa yang mengajari dan melatih anda
untuk membaca ?
|
Berdasarkan jawaban yang diberikan
klien yang membimbing dan melatih dirinya untuk belajar membaca adalah
guru-gurunya saat masih duduk di jenjang TK dan SD akan tetapi jumlah guru
pada saat itu minim, maka perhatian guru dalam mengajari klien membaca
menjadi terbelah dan tidak fokus dalam melatih klien memahami bacaan hal ini
semakin diperparah dengan kurangnya perhatian orangtua terhadap kegiatan
belajar klien.
|
Apakah menurut anda guru yang mengajar
di kelas semakin menambah kesulitan belajar anda ?
|
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan terhadap klien diketahui bahwa hal ini tergantung guru yang
mengajarnya di kelas apabila guru yang mengajar cara mengajarnya baik dan
membimbing klien dengan baik serta penuh kesabaran maka klien menyatakan hal
itu akan mengurangi rasa kesulitan belajar yang dialaminya , akan tetapi jika
guru yang mengajar tidak sabar dan cara mengajarnya tidak baik menurut klien
maka yang terjadi adalah sebaliknya beban kesulitan belajarnya akan semakin
bertambah bahkan ia tidak bisa menangkap materi pelajaran yang diberikan
hingga akhirnya klien lebih memilih untuk meninggalkan kelas saat pelajaran
guru tersebut berlangsung.
|
Bagaimana cara anda memahami materi
yang diajarkan ?
|
Cara yang digunakan untuk memahami
materi pelajaran yang diajarkan oleh guru didalam kelas adalah dengan meminta
teman yang lebih mengerti tentang materi yang diajarkan untuk menjelaskannya
kembali kepada klien menurut bahasa temannya tersebut akan tetapi penjelasan
yang didapat oleh klien terbatas pada pemahaman teman yang menerangkan
materi, selain itu klien juga berusaha untuk membaca dan memahami sendiri isi
buku akan tetapi itu sangat sulit untuk dilakukan sebab klien harus terlebih
dahulu mahami kalimat dalam bacaan satu persatu tidak bisa seperti pada orang
umumnya yang bisa memahami per kalimat dalam bacaan.
|
Kesulitan apa yang dirasakan saat anda
berusaha memahami materi dalam buku bacaan ?
|
Kesulitan yang ditemui dalam usaha
untuk memahami materi yang diajarkan di dalam kelas adalah ia tidak dapat
memahami kata-kata yang telah tersusun menjadi satu kalimat secara baik
sehingga untuk memahaminya klien harus terlebih dahulu harus menguraikan
kata-kata dalam kalimat satu per satu baru ia dapat mehami materi dalam buku
bacaan
|
Bagaimana dengan intensitas belajar
anda ?
|
Berdasarkan jawaban yang dikemukakan
oleh klien bahwa kegiatan belajarnya tidak teratur tetapi yang paling sering
dilakukan oleh klien adalah belajar hanya saat menjelang ulangan harian atau
ulangan umum. Dengan kekurangan yang dimiliki klien dalam belajar membuat
dirinya menjadi sulit untuk memahami bacaan materi pelajaran yang berakibat
nilai yang didapat rendah
|
Apakah anda memiliki jadwal belajar di
rumah?
|
Berdasarkan jawaban yang diberikan
oleh klien diketahui bahwa ia tidak memiliki jadwal tersendiri dalam belajar
dirumah dan ia hanya belajar saat menjelang ulangan saja.
|
Bagaimana cara anda saat belajar di
kelas ?
|
Berdasarkan jawaban yang diperoleh
dari klien cara belajarnya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman
sekelasnya yaitu dengan memperhatikan guru mengajar, mengerjakan latihan, dan
membuat pekerjaan rumah yang diberikan guru hanya saja klien cukup lambat
dalam memahami pelajaran karena gangguan belajar yang dialaminya.
|
Bagaimana cara membaca klien saat
belajar didalam kelas ?
|
Cara membaca yang dilakukan klien saat
berada didalam kelas adalah dengan membaca perlahan-perlahan dengan
menguraikan kata-kata dalam kelimat buku teks pelajaran sehingga waktu
membaca yang dibutuhkan menjadi sangat lama dan seringkali saat ia belum
mengerti makna dari teks pelajaran akan tetapi harus melanjutkan kembali ke
mata pelajaran berikutnya.
|
Kesulitan apa yang ditemui saat
membaca di dalam kelas ?
|
Kesulitan yang ditemui saat membaca didalam
kelas adalah gangguan yang dialami oleh klien terutama dari suara-suara
teman-temannya yang ada di dalam kelas. Klien yang berusaha untuk memahami bacaan
dengan menguraikan satu-satu per satu kata dalam kalimat terganggu oleh
keributan yang dibuat teman sekelas dan juga ia sering menerima ejekan dari
teman sekelasnya sehingga ia menjadi malu untuk belajar memahami kalimat
dalam buku teks bacaan.
|
Bagaimana semangat anda ketika membaca
buku teks pelajaran ?
|
Dari hasil wawancara klien sebenarnya
memiliki semangat yang baik untuk membaca buku pelajaran guna menambah ilmu
pengetahuan akan tetapi semangatnya menjadi turun karena kesulitannya dalam
memahami isi buku pelajaran, ejekan yang sering ia terima dari teman
sekelasnya dan juga perasaan bosan yang ada dalam dirinya untuk terus belajar
dan berusaha memahami isi dari buku teks pelajaran.
|
Apa harapan yang sebenarnya anda
harapkan saat ini ?
|
Berdasarkan hasil wawancara harapan
yang saat ini diharapkan oleh klien adalah ia dapat memahami buku teks
pelajaran dengan baik, dapat memperbaiki nilai-nilai belajarnya yang rendah,
dapat memperoleh kehidupan dan suasana pendidikan yang lebih baik dari saat
ini, memiliki teman-teman yang dapat membantu mengatasi masalah belajar,
mendapatkan perhatian dari orangtua , dan dapat mengejar kehidupan yang lebih
baik dimasa depan.
|
B.
Analisis Kasus
1.
Analisis Konten
Berdasarkan
hasil dari kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap klien maka permasalahan
yang dialami oleh klien ini adalah ia mengalami kesulitan dalam belajar yang
disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam memahami kalimat yang ada dalam buku
teks bacaan sehingga ia tidak mampu memahami materi belajar dengan baik seperti
teman-teman sekelasnya sehingga ia tidak dapat menyesuaikan pelajaran dengan
teman-teman sekelasnya. Gangguan belajar yang dialami oleh siswa klien
mengakibatkan ia sering mendapat nilai ulangan yang rendah, mengalami
ketinggalan pelajaran dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, tidak naik
kelas dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah asalnya dan pindah ke SMP PGRI
Bengkulu agar bisa naik ke kelas VIII, merasa rendah diri dan menganggap semua
teman-teman sekelasnya jahat serta selalu mengejeknya, mengalami perasaan
frustasi hingga menjadi seorang anak yang pendiam , dan tingkat kehadirannya di
sekolah rendah sebagai akibat perasaan bosan yang dialami oleh klien terhadap
kehidupan sekolah. Dari latar belakang keluarga sendiri klien dihadapi dengan
situasi orangtuanya berasal dari golongan ekonomi rendah dan memiliki taraf
pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat membantu klien dalam belajar,
perhatian dari orangtua yang kurang karena sang ayah sibuk dengan pekerjaannya dan
sang ibu yang sangat terfokus pada adik bungsunya yang berusia balita, tidak
dapat meminta bantuan dalam belajar kepada sang kakak karena jarang berada di
rumah, belajar sering mendapat gangguan dari adik bungsunya ketika belajar, dan
tidak memiliki fasilitas yang mendukung dalam belajar mengakibatkan klien tidak
fokus belajar dan menjadikan ia malas belajar serta tidak mau berusaha untuk
mengatasi gangguan belajar yang dialaminya.
2.
Analisis Logis
Dalam
kasus yang dialami oleh siswa klien M-C-U-S diusianya yang sudah mencapai 14
tahun seharusnya siswi ini sudah tidak mengalami lagi gangguan belajar terutama
dalam kegiatan membaca. Dalam usia yang sudah menginjak 14 tahun siswi ini
seharusnya sudah dapat membaca dengan baik dan tidak lagi kesulitan dalam
memahami bacaan-bacaan yang ada didalam buku sehingga sudah dapat belajar
secara mandiri dan mampu mengerjakan tugas-tugas yang sudah diberikan oleh guru
dengan memahami sendiri bacaan yang ada di dalam buku sebab anak dalam usia 14
tahun sudah mampu memutuskan segala dan mengambil pemahaman secara mandiri dan
mampu membangun komunikasi dengan baik sehingga merasa tidak sungkan lagi saat
meminta bantuan kepada teman-teman dikelasnya. Selain itu diusia yang sudah
menginjak 14 tahun dan sudah duduk di kelas VIII klien seharusnya sudah sangat
aktif dalam kegiatan di sekolah baik kegiatan belajar maupun kegiatan
ekstrakulikuler yang ada di sekolah dan klien seharusnya sedang dalam masa
puncak “keemasan” masa sekolah karena berada di kelas VIII yang belum terkena
beban ujian akhir dan sudah terlepas dari imej sebagai siswa baru di sekolah.
Hanya saja yang sangat disayangkan adalah dengan permasalahan belajar yang
dialami oleh klien mengakibatkan ia menjadi tidak maksimal dalam belajar dan
tidak aktif dalam kegiatan belajar di kelas maupun kegiatan ekstrakulikuler
yang ada di dalam sekolah.
3.
Analisis Comparative
Dalam
kasus yang dihadapi oleh siswa klien M-C-U-S harapan yang diinginkan oleh klien
adalah dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya saat ini,
menginginkan perhatian yang lebih banyak dari orangtua terhadap dirinya, dapat
memahami dengan baik setiap isi bacaan yang pelajaran yang ada di dalam buku
teks pelajaran, dapat belajar secara mandiri, dan dapat mengejar cita-citanya
untuk menjadi seorang pramugari. Namun dalam memenuhi semua keinginan pribadi
yang dimilikinya klien harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya dihadapkan pada
beberapa masalah untuk mencapai keinginan pribadinya. Masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa klien antara lain : kehidupan ekonomi keluarganya yang
kurang mampu, perhatian yang diberikan oleh kedua orangtuanya hanya sebatas
pemberian materi tidak lebih, tidak memiliki sosok yang mampu membimbingnya
untuk dapat belajar dengan baik, sering mendapat gangguan sehingga menjadi
tidak fokus dalam belajar, kehilangan rasa percaya diri dalam kehidupannya, dan
mengalami gangguan belajar sehingga hambatan-hambatan ini jika tidak mampu
teratasi dengan baik oleh klien maka akan mengakibatkan klien sulit untuk
mencapai harapan-harapan yang ada didalam dirinya saat ini.
C.
Diagnosis
Diagnosis
merupakan upaya untuk mengenal, menetapkan, atau menentukan sifat, serta
hakekat dalam suatu peristiwa melalui pengamatan terhadap gejala yang
ditunjukkan oleh klien.
1.Essensi
Masalah
Essensi
masalah yang dihadapi oleh klien dalam kasus yang diangkat mahasiswa dalam
kegiatan studi kasus ini terdapat 3 pokok masalah utama, yaitu :
·
Klien mengalami gangguan dalam masalah
belajar yang mengakibatkan klien mengalami kesulitan belajar. Gangguan belajar
yang dialami oleh klien tergolong dalam gejala Disleksia sebab klien mengalami
kesulitan dalam memahami makna dari bacaan-bacaan yang ada dalam buku teks
pelajaran sehingga klien menjadi sangat terbebani dalam belajar, tidak mampu
menyamai teman sekelasnya dalam mengikuti pelajaran, selalu mendapatkan nilai
yang rendah, dan sering mendapat teguran dari guru karena nilai yang didapat
selalu dibawah standard kelulusan.
·
Klien merasa tidak memiliki rasa percaya
diri untuk mengikuti kegiatan pelajaran bersama teman-teman sekelasnya di kelas
karena merasa gangguan belajar yang dimilikinya membuat ia menjadi sasaran
ejekan dari teman-teman sekelasnya. Akibat dari pemikiran yang timbul dalam
diri klien ini ia menjadi malas untuk belajar baik itu dirumah atau disekolah
dan dirinya sering tidak hadir untuk mengikuti kegiatan belajar disekolah.
·
Klien tidak menemukan orang atau teman
yang dapat membantu masalah yang dihadapinya. Hal ini terjadi karena kedua
orangtua klien tidak memiliki waktu untuk membimbingnya belajar karena
kehidupan ekonomi yang tergolong menengah ke bawah sehingga harus bergulat
bekerja setiap hari. Tidak ada saudara
atau anggota keluarga yang membantu klien dalam belajar. Teman-teman yang klien
temui disekolah juga dianggapnya tidak terlalu banyak membantu dirinya dalam
belajar sebab itulah klien menjadi malas belajar dan tidak mau mengatasi
permasalahan belajar yang dialaminya karena tidak ada sosok yang dapat
membimbingnya.
2.
Latar belakang masalah
Latar
belakang masalah yang dihadapi oleh klien dalam pembahasan studi kasus ini
diawali dari keadaan klien yang berasal dari keluarga golongan menengah ke
bawah yang mana klien di rumah tidak terlalu mendapat perhatian yang penuh dari
kedua orangtuanya. Orangtua klien hanya tahu mereka harus memenuhi kebutuhan
materi keluarganya sehingga orangtua klien bekerja keras demi anaknya setiap
hari akan tetapi mereka kurang memperhatikan pendidikan dan perkembangan yang
terjadi pada diri klien. Beranjak dari keadaan tersebut klien sejak usia
kanak-kanak tidak terlalu dikenalkan terlebih dahulu dengan kemampuan membaca
oleh ibunya karena sang ibu sibuk mengurus dua adik klien dan ia menyerahkan
anaknya untuk belajar membaca langsung kepada guru saja yang ada di
sekolah dan tidak membimbing
anak-anaknya untuk belajar kembali setelah pulang sekolah. Hal ini
mengakibatkan pengetahuan membaca yang dimiliki oleh klien menjadi terhambat
dan tidak dapat dikuasai secara maksimal oleh klien. Akibatnya saat memasuki
sekolah dasar klien hanya mendapat nilai yang pas-pasan di kelasnya dan tidak
memiliki prestasi akademik yang baik. Hal ini terjadi karena klien bingung
dalam menangkap maksud dari buku bacaan yang ia baca di sekolah. Hal ini
berujung pada saat lulus klien hanya mampu lulus dengan nilai-nilai pas-pasan
dan diterima di SMP Negeri di Kota Bengkulu. Saat duduk di bangku SMP klien
merasa semakin tidak mengerti akan pelajaran yang dihadapinya dan ia juga tidak
mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap cara belajar di SMP yang menuntut
lebih banyak keaktifan siswa dalam belajar. Saat di SMP klien juga harus
menghadapi penjelasan guru yang singkat dalam menerangkan materi pelajaran dan
ia tidak sanggup menghadapi semua ini sehingga klien tidak naik kelas dan
akibatnya ia harus pindah dan akhirnya melanjutkan pendidikannya di sekolah
swasta yaitu di SMP PGRI Bengkulu.
3.
Penyebab utama masalah
Berdasarkan
pada dua uraian sebelumnya, penyebab utama masalah yang dialami oleh klien
adalah sebagai berikut :
·
Keterampilan yang dimiliki oleh klien
dalam membaca sangat terbatas hal ini disebabkan oleh pelatihan dan bimbingan
yang diterima oleh klien saat belajar membaca di jenjang TK dan sekolah dasar
sangat kurang sebab klien hanya menerima latihan membaca yang diajarkan oleh
guru yang ada di sekolah dan tentunya dalam mengajarkan membaca kepada anak
muridnya para guru tersebut tidak hanya terfokus pada satu anak saja akan tetapi guru juga harus memperhatikan
anak-anak muridnya yang lain. karena klien hanya diajarkan membaca oleh guru
dan tidak mendapat bimbingan dari orangtuanya maka kemampuan yang dimiliki
menjadi terbatas sehingga klien yang tidak dibiasakan untuk berlatih membaca
oleh orangtuanya sejak kecil menjadi mengalami kesulitan dalam memahami arti
bacaan yang ada didalam buku teks pelajaran.
·
Rasa malas yang dimiliki oleh klien
dalam belajar diakibatkan oleh kebiasaan klien yang sering tidak hadir dalam
kegiatan belajar disekolah dan jarang untuk membaca atau mengulang pelajaran
dirumah. Rasa malas ini hadir disebabkan oleh kesulitan yang dialami oleh klien
dalam memahami bacaan buku teks pelajaran yang ada di sekolah. Selain itu rasa
malas untuk belajar ini sendiri timbul karena banyaknya gangguan belajar yang
diterima oleh siswa klien saat berusaha untuk meningkatkan kemampuannya
memahami bacaan di rumah. Gangguan yang diterima oleh klien di rumah
mengakibatkan klien menjadi tidak terbiasa untuk membaca dan akhirnya membuat
gejala disleksia yang dialami oleh klien menjadi tidak tertangani dengan baik.
·
Gangguan yang diterima oleh Klien saat
ia hendak belajar di rumah. Dalam hal ini gangguan itu datang dari Ibu klien
yang sering memerintahkan klien untuk membantunya menjaga adik bungu klien yang
berusia 3 tahun. Hal ini mengakibatkan klien menjadi malas untuk belajar karena
dirinya kadang sudah merasa letih sehabis menjaga adik bungsunya sehingga
mengakibatkan klien akhirnya tidak jadi belajar dan memilih untuk segera tidur
sehingga akibatnya klien sering tidak mengerjakan tugas dari sekolah karena
lupa.
4.
Dinamika Psikis Konseli
Dinamika
psikis konseli adalah dinamikaa yang berbentuk perilaku yang ditunjukkan oleh
Konseli saat proses Konseling berlangsung. Dinamika yang ditunjukkan oleh Klien
selama proses konseling terbagi menjadi 2 yaitu:
Dinamika Psikis konseli yang positif
Dinamika
positif yang ditunjukkan oleh siswa klien yaitu M-C-U-S adalah sebagai berikut
:
·
Mau terbuka dan jujur dalam menceritakan
semua masalah yang dialaminya terkait dengan gangguan belajar Disleksia
·
Mampu membangun komunikasi yang baik
dengan mahasiswa saat dilakukan proses kegiatan konseling.
·
Mampu memberikan jawaban yang lugas dan
tepat saat dilakukan proses wawancara konseling.
·
Tidak mudah tersinggung selama dalam
proses wawancara konseling
·
Memiliki tujuan hidup dan harapan yang
jelas serta tidak berlebihan, dan
·
Memiliki keinginan untuk memperbaiki
dirinya menjadi lebih baik.
Dinamika psikis konseli yang negatif
adalah :
·
Dalam menyikapi masalah yang dialaminya
, konseli lebih cenderung pasrah dan tidak mau berusaha untuk menyelesaikan
masalahnya.
·
Konseli tidak memiliki sikap yang tegas
dalam menghadapi setiap gangguan belajar yang datang padanya.
·
Konseli cepat menyerah dan tidak sabar
setiap kali ia berusaha untuk berlatih dan meningkatkan kemampuannya dalam
memahami bacaan yang ada dalam buku teks pelajaran.
·
Konseli tidak mau terbuka kepada
orang-orang yang ada disekitarnya terhadap masalah yang dialaminya.
·
Konseli salah dalam memilih cara
mengatasi masalah yang dialaminya , dengan membolos dari sekolah konseli bukan
menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah yang dihadapinya.
·
Konseli kurang memiliki gairah dalam
hidupnya dan lebih banyak menampilkan ekspressi wajahnya yang suram.
D.
Prognosis
1.
Alternatif Pemecahan
Dalam
menangani masalah yang dihadapi oleh klien yaitu M-C-U-S dalam masalah
Disleksia, Mahasiswa mengajukan beberapa alternatif pemecahan yang akan
dilakukan terhadap siswa M-C-U-S adalah sebagai berikut :
·
Mahasiswa akan melakukan layanan
informasi yang akan diberikan kepada siswi M-C-U-S. Materi layanan informasi
yang akan diberikan kepada siswi klien ini berisi tentang bagaimana
keterampilan membaca yang baik, ilmu-ilmu yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kemampuan membaca, bagaimana cara membaca yang cepat dan akurat, memberikan
informasi tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca , dan
penyampaian layanan informasi ini diberikan secara individu kepada kepada klien
di ruangan khusus yang tersedia di sekolah.
·
Mahasiswa akan memberikan
latihan-latihan membaca yang akan dilakukan oleh klien. Latihan ini dipadukan
dengan kegiatan konseling individu dimana klien akan diberikan semacam
latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan. Pemberian latihan
ini dilakukan pada pertemuan kedua dengan klien dan pengajaran dilakukan dengan sangat hati-hati terutama
dalam penyusunan kata-kata yang akan diberikan kepada klien untuk tetap menjaga
perasaan klien.
·
Mahasiswa akan memberikan layanan
konseling secara individu kepada klien. Dalam kegiatan konseling individu ini
mahasiswa akan melakukan pengumpulan-pengumpulan data tentang apa yang
sebenarnya terjadi pada klien, penyebab terjadinya masalah, latar belakang
klien, dukungan keluarga terhadap klien, cara belajar klien, dan pemahaman yang
diperoleh oleh klien selama menempuh pendidikan selama ini. Setelah mendapat
semua data melalui kegiatan konseling langkah selanjutnya yang akan dilakukan
adalah memberikan treatment-treatment kepada klien dengan cara membangkitkan
motivasi klien untuk membaca, mengembalikan rasa percaya diri klien, dan
memberikan beberapa teknik-teknik yang dapat digunakan oleh klien untuk
meningkatkan kemampuan membacanya. Penyelesaian masalah dengan konseling
individu direncanakan akan dilakukan selama 2 pertemuan.
2.
Pendekatan
Dari
alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diajukan. Mahasiswa memilih untuk
fokus menggunakan kegiatan konseling individu untuk membantu klien dalam
menangani masalah belajar Disleksia yang dialaminya. Dalam penanganan
menggunakan layanan konseling individu, model konseling yang dipilih oleh
mahasiswa adalah model konseling behavioural. Konseling behavioural sendiri
berasal dari pendapat beberapa ahli yaitu :
·
Skinner (1953) menyatakan bahwa perilaku
seorang individu dipengaruhi oleh dua pengkondisian yang diterimanya.
Pengondisian klasik yang timbul setelah individu merespons stimulus organisme
yang telah diketahui dan pengkondisian operan dimana proses pengubahan perilaku
seorang individu muncul setelah mendapat semacam ganjaran atau hukuman.
·
Bandura (1977) menyatakan bahwa manusia
tidak perlau mengalami atau melakukan suatu hal sebelum ia mempelajari sesuatu.
Seorang manusia dapat belajar melalui pengamatan terhadap orang lain atau
melihat contoh yang sudah ada.
·
Pavlov , Tokoh ini menyatakan bahwa
perilaku seorang individu dapat dikontrol melalui suatu rangsangan tertentu
yang dinamakan conditioning (pembiasaan).
Konseling bahavioural sendiri merupakan
model konseling yang menekankan pada perubahan perilaku seorang individu untuk
mengatasi masalah yang dialaminya.
Konseling
behavioural sendiri memiliki konsep dasar yaitu perilaku dipandang sebagai
respons terhadap stimulasi perangsangan eksternal dan internal. Karena itu
tujuan konseling adalah memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode stimulus
respons (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar konseling behavioural adalah
bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi
proses belajar untuk perubahan perilaku.
Konseling
behavioural sendiri memiliki beberapa konsep dasar yang menjadi dasar
pendekatan yaitu :
·
Manusia adalah makhluk reaktif yang
perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
·
Manusia memulai kehidupannya dengan
memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola
perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
·
Perilaku seseorang ditentukan oleh
banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
·
Perilaku dipelajari ketika individu
berinteraksi dengan lingkungan dengan hukum-hukum belajar yaitu : a) pembiasaan
klasik , b) pembiasaan operan, c)dan peniruan.
·
Perilaku tertentu pada individu
dipengaruhi oleh kepuasaan dan ketidakpuasaan yang diperolehnya.
·
Perilaku manusia bukanlah hasil dari
dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat
diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan perilaku.
Konseling behavioural sendiri memiliki
beberapa karakteristik, adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
·
Berfokus pada tingkah perilaku yang
tampak dan spesifik
·
Memerlukan kecermatan dan perumusan
tujuan konseling
·
Mengembangkan prosedur perlakuan
spesifik sesuai dengan masalah klien
·
Dan memiliki penilaian yang objektif
terhadap tujuan konseling
Model konseling behavioural sendiri
memiliki beberapa kelebihan, kelebihan-kelebihan konseling behavioural adalah
sebagai berikut :
·
Dengan memfokuskan pada perilaku khusus
untuk meyakinkan klien bahwa ia dapat berubah , konselor dapat membantu klien
ke arah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus dilakukan sebagai
proses konseling.
·
Dengan menitik beratkan pada tingkah
laku khusus, memudahkan konselor dalam menentukan kriteria keberhasilan proses
konseling.
·
Memberikan peluang pada konselor untuk
menggunakan berbagai teknik khusus untuk menghasilkan perubahan perilaku pada
diri klien.
Konseling behavioural sendiri memiliki
beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Adapun tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam konseling behavioural adalah :
·
Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi
proses belajar
·
Penghapusan hasil belajar yang tidak
adaptif
·
Memberi pengalaman belajar yang adaptif
dan dapat dipelajari
·
Membantu konseli membuang respon-respon
lama yang merusak diri yang adaptif dan merusak diri dan menggantinya dengan
respon baru yang lebih sehat dan sesuai (Adjuctive)
·
Konseli mampu mempelajari perilaku yang
baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta
mempertahankan perilaku yang diinginkan.
·
Penetapan tujuan konseling yang telah
disepakati bersama antara konselor bersama klien.
Dalam model konseling behavioural
asumsi-asumsi yang menyatakan seorang individu memiliki masalah adalah sebagai
berikut :
·
Perilaku bermasalah adalah perilaku atau
kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
·
Perilaku yang salah pada hakikatnya
terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
·
Manusia bermasalah itu mempunyai
kecenderungan merespon perilaku negatif dari lingkungannya perilaku maladaptive
(salah menyesuaikan diri) terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi
lingkungan dengan tepat.
·
Seluruh perilaku manusia didapat dengan
cara belajar dan perilaku tersebut dapat diubah dengan menggunakan
prinsip-prinsip belajar
Konseling behavioural sendiri merupakan
proses belajar dimana konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut.
Oleh karena itu konselor harus aktif :
·
Merumuskan masalah yang dialami klien
dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahan masalahnya atau tidak.
·
Konselor memegang sebagian besar
tanggung jawab atas kegiatan, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan
dalam konseling.
·
Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasil jegiatan konseling.
Dalam menggunakan model konseling
behavioural , terdapat prinsip-prinsip kerja yang harus diperhatikan oleh
konselor. Prinsip-prinsip kerja konseling behavioural adalah :
·
Memodifikasi perilaku melalui pemberian
penguatan. Agar klien terdorong untuk mengubah perilakunya. Penguatan hendaknya
mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan
nyata-nyata ditampilkan dalam perilaku klien.
·
Mengurangi frekuensi berlangsungnya
perilaku yang tidak diinginkan.
·
Memberikan penguatan terhadap suatu
respon yang akan mengakibatkan terhambatnya munculnya perilaku yang tidak
diinginkan.
·
Mengkondisikan perubahan perilaku
melalui pemberian contoh.
·
Merencanakan prosedur pemberian
penguatan terhadap perilaku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya
dapat berbentuk ganjaran materi atau keuntungan sosial.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh
konselor dalam menggunakan model konseling behavioural adalah :
·
Assesment, yaitu langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi perkembangan dinamika perkembangan klien (untuk
mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya,
pola hubungan interpersonal, perilaku penyesuaian, dan area masalahnya).
Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan
yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment
diperlukan untuk rnengidentifikasi
metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan perilaku yang
ingin diubah.
·
Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan
informasi yang diperoleh dari langkah assessment
konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a) Konselor dan klien mendefinisikan masalah yang dihadapi klien; (b)
Klien mengkhususkan perubahan positif
yang dikehendaki sebagai hasil konseling;
(c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien:
apakah merupakan tujuan yang benar‑benar yang dimiliki
dan diinginkan klien; apakah tujuan itu realistik; kemungkinan
manfaatnya; dan kemungkinan kerugiannya.
Selanjutnya, konselor dan klien membuat keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang
akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai atau melakukan referal.
·
Teknik implementation,
yaitu
menentukan dan
melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai perilaku
yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
·
Evaluation termination,
yaitu
melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang
telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
·
Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk
memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Dalam menggunakan model konseling
behavioural terdapat beberapa teknik khusus yang digunakan dalam konseling ini.
Teknik-teknik yang digunakan adalah :
·
Latihan Asseritf , Teknik ini
digunakan untuk melatih klien yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah
layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu
individu yang tidak mampu mengungkapkan
perasaan tersinggung, kesulitan, mengungkapkan afeksi (sikap) dan respon posistif
lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan
konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan.
·
Desentisasi sistematis merupakan teknik
konseling behavioral yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari
ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks.
Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif
dan secara negatif dan menyertakan respons yang berlawanan n
dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik
respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi
desensitisasi pada hakikatnya
merupakan teknik rileksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif; biasanya
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
·
Pengkondisian aversi,Pengkondisian dapat digunakan
untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Selain itu teknik ini juga dimaksudkan
untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang
disajikan tersebut diberikan secara bersamaan
dengan munculnya perilaku yang tidakdikehendaki kemunculannya. Pengkondisian
ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki
dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
·
Pembentukan perilaku model , Teknik ini dapat
digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku
yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku
model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya
yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh. Perilaku yang berhasil
dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian
sebagai ganjaran sosial.
D.
Treatment (intervensi Konseling)
Dalam mengatasi
permasalahan yang timbul pada klien dalam kegiatan studi kasus ini. Dirumuskan
rencana intervensi yang akan dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien. Adapun
rencana intervensi kasus yang akan dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut
:
·
Bidang layanan : Bidang pengembangan
pribadi
·
Jenis layanan : Konseling individu
·
Alasan : Karena masalah yang dialami
oleh klien merupakan masalah yang tidak dialami oleh setiap orang dan masalah
ini secara khusus dialami oleh siswa klien dan tidak dialami oleh teman-teman
sekelasnya. Dari kenyataan ini mahasiswa kemudian memilih layanan konseling
individu yang dilakukan kepada klien sebagai layanan yang akan diberikan kepada
siswa klien yang mengalami masalah gangguan belajar berupa kesulitan dalam
membaca atau Disleksia
·
Pendekatan
Pendekatan
yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu yang dilakukan mahasiswa untuk mengentaskan masalah siswa klien dalam
kegiatan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
·
Jenis layanan : Konseling individu
·
Jenis pendekatan : Pendekatan yang akan
digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah pendekatan konseling
behavioural yang menekankan pada perubahan tingkah laku.
·
Alasan : alasan pemilihan pendekatan ini
dikarenakan gejala yang dialami oleh klien yaitu gejala disleksia dapat
diberikan pertolongan berupa treatment-treatment yang berkaitan dengan
perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh klien yang mana
kebiasaan-kebiasaan klien yang malas belajar dapat diubah menjadi lebih rajin
dalam belajar. Pengubahan perilaku ini difokuskan pada pendorongan dan
penanaman motivasi dalam diri klien untuk mengubah perilakunya dari yang semula
jarang atau tidak pernah belajar menjadi lebih teratur dan menciptakan jadwal
belajar sehingga dengan sering melaksanakan kegiatan belajar maka gejala-gejala
yang dialami oleh klien yang berkaitan dengan gejala disleksia dapat dikurangi
atau bahkan dapat dientaskan sehingga siswa klien dapat terbebas dari gejala
disleksia.
·
Tahapan-tahapan kerja , Tahapan-tahapan
kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan konseling individu dengan pendekatan
behavioural untuk mengentaskan masalah disleksia yang dialami oleh siswa klien
adalah sebagai berikut :
Ø Tahap
pertama , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pertama ini merupakan
kegiatan pembentukan atau dikenal sebagai tahap awal. Dalam kegiatan tahap ini
mahasiswa membangun kedekaatan dengan klien melalui penyambutan-penyambutan
yang dilakukan mahasiswa kepada klien. Dalam kegiatan tahap pertama ini
mahasiswa akan menggunakan teknik umum Attending untuk menumbuhkan rasa nyaman
siswa klien kepada mahasiswa sehingga siswa klien dapat mengungkapkan semua hal
yang dialaminya dalam kegiatan konseling.
Ø Tahap
kedua , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap kedua ini yaitu pembangunan
struktur kegiatan konseling antara klien dengan mahasiswa dalam kegiatan studi
kasus ini. Pembangunan struktur kegiatan ini perlu dilakukan agar siswa klien
mengetahui alur dari kegiatan konseling dan ia dapat memahami setiap kegiatan
yang dilakukan dalam proses konseling individu. Dengan memahami setiap tahapan
dalam kegiatan konseling individu membuat klien merasa aktif dalam kegiatan
konseling sehingga ia dapat mengeluarkan semua peristiwa yang dialaminya dan
mengikuti apa yang diarahkan oleh mahasiswa.
Ø Tahap
inti , dalam kegiatan tahap inti ini dilakukan kegiatan konseling individu.
Kegiatan konseling individu ini dilakukan untuk mengungkap semua hal yang
dialami siswa dan memberikan treatment-treatment yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalah yang dialami oleh siswa. Dalam kegiatan konseling individu
ini diterapkan teknik-teknik umum kegiatan konseling (dipaparkan dalam tinjauan
teori) dan teknik-teknik khusus yang ada dalam pendekatan konseling behavioural
yang menekankan pada pengubahan perilaku yang dari yang malas belajar menjadi
memiliki pola belajar sehingga ia dapat mengurangi gejala disleksia yang
dialaminya.
Ø Tahap
penutup , dalam kegiatan tahap penutup ini mahasiswa bersama klien membangun
kesimpulan akhir dari kegiatan konseling individu yang dilakukan. Setelah
membangun kesimpulan maka dilakukan evaluasi atas kegiatan konseling yang telah
berlangsung dimana letak kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan konseling.
Setelah itu mahasiswa merumuskan tindak lanjut dari kegiatan konseling lalu
jika merasa masih diperlukan konseling kembali maka dibuat perjanjian untuk
melakukan proses konseling kembali. Setelah itu konselor mengakhiri proses
konseling individu dengan pendekatan behavioural.
E.
Evaluasi
Setelah
melakukan kegiatan konseling yang telah dilakukan mahasiswa kepada siswa klien dilakukan
evaluasi terhadap proses konseling yang telah berlangsung terhadap siswa klien.
Evaluasi-evaluasi yang dilakukan mahasiswa kepada klien adalah sebagai berikut
:
Kegiatan
Mahasiswa
Yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai
seorang calon konselor melaksanakan treatment
kegiatan konseling individu terhadap klien adalah sebagai berikut :
·
Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
akan ditanyakan kepada klien , sebelum memulai kegiatan konseling mahasiswa
yang telah mendapat gambaran masalah dari koordinator BK di SMP PGRI Bengkulu
menyiapkan garis-garis besar pertanyaan yang diajukan kepada klien. Garis besar
pertanyaan ini berguna agar kegiatan konseling yang dilakukan menjadi lebih
terarah dan tidak membuat klien merasa bingung dalam mengikuti kegiatan
konseling yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
·
Mahasiswa melakukan eksplorasi terhadap
masalah yang dialami oleh klien. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh
mahasiswa terhadap klien bertujuan untuk mengetahui masalah apa yang sebenarnya
terjadi pada diri klien.selama melakukan kegiatan eksplorasi masalah Disleksia
terhadap klien mahasiswa menggunakan penerapan teknik pertanyaan terbuka
sehingga membuat klien mampu mengungkapkan dengan jelas masalah belajar
Disleksia yang dialaminya. Hasil yang didapat mahasiswa dengan menggunakan
teknik pertanyaan terbuka ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui bahwa masalah
yang sesungguhnya terjadi adalah klien tidak memiliki kemampuan yang baik dalam
memahmai bacaan di buku teks pelajaran sehingga membuat ia sulit menguasai
pelajaran dan penyebab timbulnya gangguan belajar Disleksia pada siswa klien
M-C-U-S disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar
anak di rumah dan tidak adanya bimbingan yang diberikan baik oleh orangtua atau
saudara yang lebih tua kepada klien saat belajar yang mengakibatkan klien tidak
terlalu terampil dalam memahami makna bacaan. Secara umum penggunaan teknik
pertanyaan terbuka sangat membantu mahasiswa dalam mengungkap apa masalah yang
sesungguhnya terjadi dan penyebab dari timbulnya masalah tersebut.
·
Mahasiswa memberikan beberapa
treatment-treatment yang dilakukan kepada klien selama kegiatan konseling
individu berlangsung. Treatment-treatment ini diberikan kepada klien untuk
membantu klien mengatasi masalah belajar Disleksi yang dialaminya.
Treatment-treatment yang diberikan oleh mahasiswa kepada klien adalah:
Ø Membangun
rasa percaya diri dalam diri klien, treatment ini diberikan oleh mahasiswa
dalam bentuk nasehat. Nasehat yang diberikan kepada klien diberikan secara
bertahap dan penjelasannya dihindarkan dari kesan menggurui tetapi mahasiswa
menggunakan pendekatan berbagi pengalaman kepada klien mengenai
tindakan-tindakan yang dilakukan mahasiswa untuk membangun rasa percaya diri.
Tindakan-tindakan yang dibimbing oleh mahasiswa kepada klien untuk membangun
rasa percaya diri seperti perbaikan cara menatap orang lain, perbaikan cara
berjalan, dan mahasiswa membimbing klien memperbaiki cara berkomunikasi dengan
orang lain sehingga klien dapat meminta bantuan kepada orang lain ketika
mengalami kesulitan belajar. Tindakan-tindakan ini dapat diterima dengan baik
oleh klien dan klien dapat menerima bimbingan keterampilan yang diberikan
mahasiswa.
Ø Mahasiswa
memberikan penguatan yang intens kepada klien. Penguatan yang diberikan
mahasiswa kepada klien berupa pujian dan dorongan-dorongan minimal yang diberikan
kepada klien. Pujian diberikan kepada klien saat klien mampu mengungkapkan
hal-hal yang selama ini dipendamnya secara jujur kepada mahasiswa, klien mampu
menjawab pertanyaan dari mahasiswa, dan klien mampu menerapkan apa yang diinstruksikan
oleh mahasiswa. Pemberian dormin (dorongan minimal) diberikan kepada klien saat
klien menceritakan masalah yang dialaminya kepada mahasiswa sebagai tanda
mahasiswa menyimak dam memperhatikan pembicaraan yang disampaikan oleh klien.
Pemberian penguatan ini berdasarkan pengamatan mahasiswa mampu membuat klien
menjadi semakin terbuka dan aktif dalam kegiatan konseling individu karena ia
merasa diperhatikan dan mendapatkan ketenangan dalam kegiatan konseling.
Ø Mahasiswa
membimbing klien untuk melatih kemampuannya dalam memahami makna yang ada.
Dalam membimbing klien untuk melatih kemampuan membacanya dilakukan pendekatan
multi sensori dengan mengoptimalkan indera penglihatan dan pendengaran.
Pengoptimalan indera penglihatan dilakukan ketika klien mengalami kesulitan
memaknai sebuah kalimat , maka klien diminta untuk mencari satu benda yang
sesuai atau dapat ia bayangkan menjadi maksud dari benda tersebut. Sebagai
contoh ketika ia diminta memberikan penjelasan tentang makna bernapas, maka
klien diminta untuk melihat orang yang bernapas dan memberikan pengertian
bernapas berdasarkan apa yang dilihatnya. Cara ini cukup efektif dimana sebelum
melihat orang bernapas klien sangat sulit menjelaskan pengertian bernapas yang
dibaca dari buku, tetapi setelah melihat gambaran dari orang bernapas klien
menjadi lancar dalam menjelaskan pengertian bernapas. Oleh karena itu mahasiswa
menyarankan klien untuk mencari gambar-gambar yang dapat menjelaskan makna dari
pelajaran sehingga ia lebih mudah dalam memahami makna bacaan buku pelajaran
saat di rumah.
Ø Mahasiswa
membimbing klien untuk berlatih mengatur jadwal belajar dirumah. Hal ini
penting karena perubahan yang dialami oleh seorang individu dapat berawal dari
perubahan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang individu sehari-hari. Dalam hal
ini mahasiswa membimbing klien untuk menetapkan waktu-waktu belajar yang dapat
dilakukan oleh klien dalam sehari yang mana waktu yang dipilih adalah waktu
yang dimana klien dapat tenang untuk belajar tidak mendapat gangguan dari
adik-adiknya, dalam hal ini klien memilih waktu sekitar pukul 20.30 wib sampai
pukul 22.00 wib dimana pada waktu itu ia dapat belajar dengan tenang dan
adik-adiknya sudah tidur. Pengaturan jadwal belajar ini dapat diterima dengan
baik oleh klien dan ia bersedia melakukan arahan dari mahasiswa dan akan
menerapkannya dalam kegiatan belajarnya sehari-hari.
Perilaku
Klien
Untuk
perilaku klien secara umum dapat dikatakan baik dan memenuhi harapan mahasiswa
bahwa perilaku klien dapat mendukung kegiatan konseling individu yang
dijalankan oleh mahasiswa. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh klien selama
proses konseling individu berlangsung adalah sebagai berikut :
·
Klien menyimak dengan baik penjelasan
yang diberikan oleh mahasiswa dalam proses konseling individu. Hal ini
berdasarkan pengamatan mahasiswa klien memiliki fokus yang baik terhadap
penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa secara lisan. Klien mampu memahami
penjelasan mahasiswa secara lisan. Klien juga menyampaikan kepada mahasiswa
dalam kegiatan konseling individu bahwa ia lebih mengerti mendengar penjelasan
guru dari pada harus membaca sendiri buku paket yang diberikan oleh guru di
dalam kelas.
·
Klien bersedia mengikuti proses
konseling individu tanpa adanya paksaan atau harus diiming-imingi hadiah
terlebih dahulu. Dalam hal ini klien memiliki kesadaran diri yang baik dalam
proses konseling dan yang lebih terpenting adalah klien menyadari secara
sendiri bahwa ia memiliki masalah dalam belajar. Hal ini sangat membantu
mahasiswa dalam memberikan treatment konseling individu karena tidak ada
penolakan yang diberikan oleh klien.
·
Klien memiliki keterbukaan yang tinggi
kepada mahasiswa dalam menyampaikan permasalahan yang dialaminya. Keterbukaan
klien ini diperlihatkan saat mengikuti kegiatan konseling individu dengan
mahasiswa klien mau mengungkapkan permasalahan yang dialaminya dan bersedia
menjawab pertanyaan mahasiswa tanpa ada pertanyaan yang ditolaknya untuk
dijawab. Perilaku klien ini menunjukkan adanya keterbukaan yang tinggi kepada
mahasiswa dalam kegiatan konseling individu.
·
Klien menunjukkan keaktifan yang baik
saat kegiatan konseling individu berlangsung. Keaktifan yang ditunjukkan oleh
klien dalam kegiatan konseling individu terlihat dari kesediaan klien mengikuti
arahan-arahan yang diberikan oleh mahasiswa dalam konseling individu. Klien
mengikuti arahan-arahan mahasiswa dengan baik , klien aktif bertanya kepada
mahasiswa jika menemukan arahan-arahan yang diberikan oleh mahasiswa tidak
dimengertinya atau sulit untuk klien pahami.
·
Klien hadir dan tidak menolak kegiatan
jonseling individu yang dilakukan oleh mahasiswa. Perilaku klien ini yang
sangat penting dan diharapkan oleh mahasiswa dalam kegiatan studi kasus ini. Perilaku
klien yang tidak menolak proses konseling ini membuat usaha mahasiswa untuk
membantu klien mengentaskan masalah belajar Disleksia yang dialaminya menjadi
lebih efektif dan dapat berjalan dengan maksimal.
jalannya
Proses Konseling
Proses
konseling merupakan upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu klien
mengentaskan masalah belajar disleksia yang dialaminya. Proses konseling yang
dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien dilakukan dengan menggunakan pendekatan
konseling behavioural adapun jalannya proses konseling adalah sebagai berikut :
·
Sebelum dilaksanakan proses konseling
terlebih dahulu dilaksanakan proses wawancara awal kepada klien. Wawancara awal
dilakukan kepada klien untuk mengetahui gambaran permasalahan klien secara
jelas. Pelaksanaan wawancara awal dengan klien berlangsung selama 1 jam pada minggu
pertama pelaksanaan studi kasus di SMP PGRI Bengkulu. Pelaksanaan wawancara
awal ini dilakukan setelah mahasiswa menetapkan klien yang akan ditangani dalam
kegiatan studi kasus, setelah terlebih dahulu memilih dari 5 orang calon klien
yang direkomendasikan oleh koordinator Bimbingan dan Konseling SMP PGRI Kota
bengkulu.
·
Pada pertemuan berikutnya mahasiswa
melakukan kegiatan konseling individu. Pada tahapan awal konseling mahasiswa
menerapkan melakukan tahap 1 dan 2 dari fase kegiatan konseling. Pada kegiatan
tahap 1 mahasiswa menyambut klien dengan menggunakan ramah dan nada bicara
mahasiswa diatur sebagai nada bicara selayaknya seorang sahabat kepada klien.
Dengan penyambutan yang dilakukan seperti itu klien dari hasil pengamatan
mahasiswa mampu menerima dan merasa nyaman untuk selanjutnya mengikuti proses
konseling.
·
Pada tahap kedua konseling individu,
mahasiswa memberikan penjelasan kepada klien tentang apa itu proses konseling
dan bagaimana jalannya proses konseling. Dalam memberikan penjelasan mengenai
makna konseling kepada klien dan tahapan-tahapan yang akan dilewati oleh klien
dalam proses konseling mahasiswa berusaha menghindari kesan menggurui klien
tetapi mahasiswa berusaha menempatkan diri sebagai seorang saudara yang akan
membantu klien tanpa menggurui klien. Pada kegiatan ini berdasarkan pengamatan
mahasiswa klien terlihat memperhatikan penjelasan mahasiswa dengan baik dan menyimak
dengan seksama apa yang dijelaskan oleh mahasiswa sehingga klien tidak lagi
terlihat bingung akan proses konseling dan tidak lagi bertanya mengenai makna
dari proses konseling.
·
Pada tahapan ketiga konseling individu,
mahasiswa melakukan kegiatan eksplorasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam
melakukan eksplorasi masalah disleksia yang dialami oleh klien mahasiswa
menggunakan teknik-teknik umum konseling individu. Penggunaan teknik-teknik ini
secara umum mampu membuat mahasiswa mendapatkan gambaran secara rinci mengenai
masalah yang dialami oleh klien terkait dengan gangguan belajar disleksia yang
dialaminya. Penggunaan teknik ini dalam konseling individu yang dilakukan
mahasiswa kepada klien dalam pengamatan mahasiswa membantu klien untuk
mengungkapkan masalah yang dialaminya secara lebih jelas.
·
Pada pilihan solusi-solusi yang
diberikan oleh mahasiswa , solusi yang diutamakan berasal dari pemikiran klien
sendiri. Dalam kegiatan konseling individu, klien yaitu siswa M-C-U-S mampu
merumuskan satu solusi untuk mengatasi masalah yang dialaminya yaitu dengan
melakukan perubahan kebiasaan belajarnya dari yang semula tidak teratur jam
belajarnya menjadi lebih teratur dan mahasiswa membantu klien menentukan jam
belajar yang akan ditetapkannya dalam satu hari. mahasiswa sendiri kemudian
memberikan satu arahan solusi yang berkaitan dengan model konseling
behavioural. Arahan yang diberikan oleh mahasiswa yaitu dengan memberikan
contoh model cara membaca dengan menggunakan pendekatan multi sensori dan klien
mampu melaksanakan instruksi mahasiswa untuk menerapkan model membaca dengan
teknik multi sensori dengan mengandalkan indera penglihatan sebagai alat bantu
untuk memahami makna dari suatu bacaan teks dan dari pengamatan mahasiswa klien
dapat menerima solusi yang dihasilkan dalam kegiatan konseling individu untuk
membantunya mengatasi masalah belajar disleksia yang dialaminya.
·
Pada tahap kegiatan penutup konseling kegiatan
yang telah dilakukan klien bersama mahasiswa melakukan perumusan bersama atas
hasil konseling yang telah dilakukan, melakukan refleksi kegiatan konseling
dimana letak kelebihan dan kekurangan kegiatan konseling, dan kemudian
mahasiswa menutup kegiatan konseling yang telah dilakukan bersama klien.
Sikap
Klien
Dalam
proses konseling individu yang dilakukan mahasiswa kepada klien untuk membantu
pengentasan masalah belajar disleksia yang dialami klien, sikap yang
ditunjukkan oleh klien selama proses konseling individu secara keseluruhan
dapat dikatakan baik. Sikap klien kepada mahasiswa selama proses konseling jujur
dalam menceritakan masalahnya, terbuka dalam memberikan keterangan mengenai
masalah yang dialaminya, antusias dalam mengikuti konseling individu yang
dilakukan mahasiswa, dan juga klien bersedia memenuhi komitmen yang telah
dibuat dengan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan konseling individu.
Yang
terjadi pada klien
Pada
saat mahasiswa melakukan kegiatan konseling individu kepada klien, mahasiswa
mengamati apa saja hal-hal yang terjadi pada diri klien sebelum, saat, dan
sesudah mengikuti kegiatan konseling. Hal-hal yang terjadi pada diri klien
antara lain :
Sebelum konseling
Klien
dalam kegiatan studi kasus ini yaitu M-C-U-S mengalami beberapa hal sebelum
mengikuti kegiatan konseling individu. Hal-hal tersebut antara lain :
·
Klien mengalami kesulitan dalam memahami
arti bacaan yang terdapat didalam buku teks pelajaran.
·
Klien mengalami kesulitan dalam kegiatan
belajar di kelas sehingga klien saat di sekolah lamanya tidak naik kelas dan
harus pindah ke sekolah lain agar ia dapat naik kelas VIII
·
Klien mendapat nilai yang rendah pada
setiap tugas-tugas yang diberikan guru maupun pekerjaan rumah yang dikerjakan
sendiri di rumah.
Saat konseling
Pada
saat melaksanakan proses konseling individu kepada klien, mahasiswa mengamati
beberapa hal yang terjadi pada klien. Hal-hal tersebut adalah :
·
Klien menemukan kesadaran dan ia merasa
seperti “tersentak” saat mengetahui bahwa ternyata dirinya mengalami masalah
dalam bidang belajar.
·
Klien merasakan bahwa dirinya seperti
mengeluarkan segala beban yang ada pada dirinya saat proses konseling individu
berlangsung dan klien mengeluarkan semua isi hatinya kepada mahasiswa saat
konseling berlangsung.
·
Klien mengekspresikan semua perasaan
yang dirasakannya pada saat proses konseling individu yang dijalankan oleh
mahasiswa. Ekspressi yang dikeluarkan oleh klien pada saat melakukan proses
konseling individu antara lain perasaan sedih, kesal, dan marah dan berakhir
dengan keluarnya air mata klien yang mengungkapkan kesedihan dan kegelisahan
klien atas masalah yang dialaminya.
Setelah proses konseling
Setelah
proses konseling individu yang dijalankan oleh mahasiswa berakhir, mahasiswa
mengamati apa yang terjadi dalam diri klien. Hal-hal yang terjadi pada diri
klien setelah proses konseling individu berakhir adalah :
·
Klien merasa dirinya menjadi lebih
tenang setelah ia mengungkapkan segala permasalahan yang dialaminya kepada mahasiswa.
·
Klien merasa dirinya menjadi lebih
lapang pikirannya karena ia telah membagi beban perasaannya yang tertekan
kepada mahasiswa melalui kegiatan konseling karier.
·
Klien merasa dirinya menjadi lebih
optimis dalam menjalankan kehidupan selanjutnya karena ia telah mendapatkan
arahan dan solusi yang muncul dari dalam diri klien sendiri terhadap masalah
yang dihadapi.
·
Klien merasa senang karena ia telah
mendapat arahan mengenai tindakan apa yang dapat ia lakukan untuk memperbaiki
kemampuan dirinya dalam pemahaman membaca.
F.
Tindak Lanjut
Rencana
tindak lanjut yang akan dilaksanakan kepada klien yaitu siswa M-C-U-S terkait
dengan masalah belajar Disleksia yang dialaminya berupa koordinasi penanganan
masalah yang akan direkomendasikan kepada koordinator Bimbingan dan Konseling
SMP PGRI Bengkulu untuk selanjutnya dilakukan proses konseling kembali dan
pembinaan yang dijalankan oleh guru-guru yang ada di sekolah.
Bab
V : Penutup
Sebagai penutup
dari laporan pengentasan masalah belajar Disleksia melalui kegiatan studi
kasus, Mahasiswa menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A.
Kesimpulan
·
Klien mengalami masalah dalam belajar
yaitu gangguan belajar Disleksia dimana gejala yang dialami oleh klien adalah
klien tidak mampu memahami makna yang terdapat dalam bacaan yang terdapat dalam
buku teks pelajaran sehingga mengakibatkan klien tidak bisa belajar dengan
maksimal dan ia dikeluarkan dari sekolah asalnya di SMP Negeri dan harus pindah
sekolah ke SMP PGRI Bengkulu.
·
Masalah belajar Disleksia yang dialami
oleh klien berdasarkan hasil penelusuran dalam wawancara konseling diakibatkan
oleh kurangnya bimbingan dari orangtua klien saat klien masih belajar membaca
di jenjang pendidikan TK dan SD sehingga mengakibatkan kemampuan membaca yang
dimiliki oleh klien menjadi sangat lemah.
·
Untuk mengatasi masalah belajar
Disleksia yang dialami oleh klien , solusi yang dipilih berdasarkan kesepakatan
bersama antara mahasiswa dengan klien berdasarkan hasil proses konseling
individu, maka klien memilih untuk melakukan pengaturan waktu belajar di rumah
dengan menetapkan jam belajar secara teratur dan melakukan penyusunan jadwal
belajar di rumah yang bertujuan untuk meningkatkan pembiasaan klien dalam
membaca buku di rumah.
B.
Saran
·
Koordinator Bimbingan dan Konseling di
sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada penanganan masalah anak yang
mengalami masalah perilaku saja tetapi juga mengimbangkan perhatian terhadap
semua masalah yang dialami oleh anak.
·
Pihak sekolah sebaiknya tidak hanya
memperhatikan anak-anak yang memiliki prestasi belajar yang bagus tetapi juga
anak-anak yang menunjukkan gejala-gejala gangguan dalam belajar sehingga siswa
yang mengalami masalah dapat tertangani dengan baik dan masalah yang dialaminya
dapat terentaskan sehingga mereka memiliki peluang yang sama untuk
menyumbangkan medali pada almamaternya.
Daftar
Pustaka
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. 1995. Life-Spant
Development : Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Situs Internet
http://speechclinic.wordpress.com/2010/06/03/disleksia-deteksi-sejak-dini-dan-cara-mengatasinya (diakses pada tanggal 4 oktober 2013 )
http://www.klinikherbaldunia.com/tips-pelatihan-untuk-anak-disleksia/
(diakses
pada tanggal 4 oktober 2013)
http://proffreud.blogspot.com/2010/04/gangguan-belajar-disleksia.html
(diakses
pada tanggal 4 oktober 2013)
Lampiran
:
· Surat izin penelitian studi kasus
·
Daftar
pertanyaan wawancara
· Skrip konseling individu dengan klien
Daftar Pertanyaan Wawancara
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Bagaimana kondisi anda sehari-hari di
rumah ?
|
|
2
|
Bagaimana bentuk perhatian orangtua
anda di rumah ?
|
|
3
|
Bagaimana bentuk kesulitan belajar
yang anda temui di rumah ?
|
|
4
|
Apa yang anda keluhkan terhadap sikap
orangtua anda di rumah ?
|
|
5
|
Bagaimana kondisi kehidupan anda
sehari-hari di sekolah ?
|
|
6
|
Apa yang anda rasakan saat mengikuti
kegiatan belajar ?
|
|
7
|
Kesulitan-kesulitan seperti apa yang
sering anda temui saat mengikuti kegiatan belajar ?
|
|
8
|
Apa yang sering anda rasakan saat
mengalami kesulitan belajar ?
|
|
9
|
Kapan anda mulai belajar untuk membaca
?
|
|
10
|
Siapa yang mengajari, membimbing, dan
melatih anda belajar membaca ?
|
|
11
|
Apakah menurut anda, cara guru yang
mengajar di kelas menambah kesulitan belajar yang anda alami ?
|
|
12
|
Bagaimana cara anda memahami materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru di depan kelas ?
|
|
13
|
Kesulitan apa yang anda rasakan saat
berusaha memahami materi pelajaran yang ada dibuku teks pelajaran ?
|
|
14
|
Bagaimana dengan intensitas belajar
anda ?
|
|
15
|
Apakah anda memiliki jadwal belajar yang
teratur di rumah ?
|
|
16
|
Bagaimana cara anda saat mengikuti
pelajaran di kelas ?
|
|
17
|
Bagaimana cara anda selama ini membaca
dalam mengikuti pelajaran di kelas ?
|
|
18
|
Bagaimana bentuk kesulitan yang anda
temui saat membaca buku teks pelajaran di dalam kelas ?
|
|
19
|
Kesulitan lain seperti apa yang sering
anda temui saat sedang berusaha memahami bacaan teks pelajaran di dalam kelas
?
|
|
20
|
Bagaimana dengan semangat yang anda
miliki ketika membaca buku teks pelajaran ?
|
|
21
|
Apa harapan sebenarnya yang saat ini
ingin anda capai dan wujudkan ?
|
|
Skrip Konseling Individu Studi Kasus
“Disleksia”
1. Tahap
Pembukaan
Tokoh
|
Dialog Konseling
|
Klien
|
“Assalamualaikum,
Pak”
|
Mahasiswa
|
“Waalaikum
salam Dek, Mari silahkan masuk”
|
Klien
|
“Iya
Pak, Terima kasih”
|
Mahasiswa
|
“Jangan
panggil Bapak dulu Dek, Panggil Kakak saja biar lebih akrab”
|
Klien
|
“Iya
kak”
|
Mahasiswa
|
“Nah
mari kita duduk dulu sekarang supaya lebih rileks”
|
Klien
|
“
Baik , Kak”
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah sekarang supaya lebih akrab, boleh Adik memperkenalkan diri lebih
lengkap dan jelas kepada Kakak”
|
Klien
|
“Maksudnya
Kak...?”
|
Mahasiswa
|
“
Maksudnya Adik memperkenalkan diri secara lengkap kepada Kakak, perkenalkan
semua tentang diri Adik yang ingin disampaikan kepada Kakak”
|
klien
|
“Baik
Kak, nama saya M-C (inisial) tetapi dalam keseharian di sekolah atau di rumah
Saya biasa dipanggil M (inisial) saja, usia saya 14 tahun, saya tinggal di
daerah Sawah Lebar tepatnya didepan SMAN 2 Bengkulu kak, dan...”
|
Mahasiswa
|
“Ok...
M tinggal bersama orangtua tidak...? dan pekerjaan orangtua M apa ?
|
Klien
|
“
Saya Tinggal bersama orangtua saya kak dan juga tinggal bersama dengan dua
orang saudara saya..., Satu sekolah kelas dua SMA dan satu lagi masih kecil
usianya sekitar 3 tahun”
|
Mahasiswa
|
“Oh...,
M memiliki hobby atau kegemaran...?”
|
Klien
|
“Iya
Kak, Saya memiliki beberapa hobby seperti... saya suka bermain bola volly
kalau di sekolah, saya hobby menonton televisi, saya hobby menonton dvd film
kartun seperti Spongebob dan drama Korea, saya suka mendengarkan kalau ada
orang sedang bercerita seperti menggosip atau sebagainya”
|
Mahasiswa
|
“Hmm,
jadi M termasuk penggemar drama-drama televisi dari Korea ya, Berarti M suka
membaca tabloid yang membahas tentang artis-artis korea berarti”
|
Klien
|
“Nggak
Juga Kak” (tertunduk lesu)
|
Mahasiswa
|
“hmm...
Bagaimana dengan perjalanan sekolah M sampai sekarang...?”
|
Klien
|
“Maksudnya
bagaimana Kak...?”
|
Mahasiswa
|
“Maksudnya
M menceritakan bagaimana cerita M selama M bersekolah mulai dari TK sampai
sekarang”
|
Klien
|
“
saya tidak bersekolah di TK Kak, orangtua saya tidak memiliki biaya yang
cukup untuk sekolah di TK jadi saya langsung dimasukkan ke SD kak, Saya
sekolah di SD selama 7 tahun karena saya tidak naik kelas 1 tahun di kelas 1
SD karena lambat dalam membaca..., kemudian sesudah lulus SD orangtua saya
memasukkan saya di SMPN 21 di dekat Tebeng tapi saya bersekolah disana hanya
1 tahun kak kemudian saya keluar dari sekolah itu karena guru-guru disana
memberikan saya untuk naik ke kelas VIII saya harus pindah sekolah karena
mereka menyerah untuk mengajari saya sebab saya sangat sulit untuk memahami
bacaan-bacaan yang ada di buku cetak pelajaran”
|
Mahasiswa
|
“Ok...
baiklah, kemarin dari hasil wawancara pertama, Kakak mendapatkan gambaran
singkat mengenai permasalahan adik... Sekarang kakak minta Adik tolong
ceritakan masalah yang M alami secara lebih jelas dan ceritakan dengan
sejelas mungkin... Bagaimana?”
|
Klien
|
“iya
Kak,
|
Mahasiswa
|
“
Silahkan M menceritakan permasalahan M secara lebih mendetail ?”
|
Klien
|
“
Begini Kak, seperti yang kakak sudah tahu dari wawancara kita kemarin selama
ini ketika belajar saya sangat sulit untuk memahami materi yang ada dalam
buku teks pelajaran karena saya perlu menghabiskan waktu yang sangat lama
untuk memahami tulisan yang ada di dalam buku. Dan kebanyakan guru saya lebih
sering mengadakan kerja kelompok dan meminta saya untuk membaca sendiri
materi yang ada dalam buku..?”
|
Mahasiswa
|
“Terus...”
|
Klien
|
“Saya
akhirnya berusaha untuk memahaminya tapi sangat sulit kak, dan saya akhirnya
banyak diam dan tidak berpartisapasi dalam belajar kelompok dan akhirnya
sering oleh teman-teman saya dilaporkan kepada guru bahwa saya tidak mau
bekerja padahal saya sangat sulit kak memahami materi yang ada di dalam buku
dan akhirnya saya sering ditegur oleh guru sehingga saya sering mendapatkan
nilai yang kurang memuaskan kak”
|
Mahasiswa
|
“Bagaimana
M bisa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dari guru?”
|
Klien
|
“ Iya
kak karena menurut pandangan banyak guru saya jarang aktif dalam kegiatan
belajar dan saya juga sering tidak berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan oleh guru di kelas... karena saya sangat sulit untuk belajar
dan juga kak sewaktu masih di sekolah lama saya sangat sulit mengerjakan
ulangan umum Kak karena saya tidak bisa memahami bacaan yang ada di dalam LKS
pelajaran sehingga soal-soal yang ada banyak yang tidak saya kerjakan
sehingga membuat saya tidak naik kelas Kak
|
Mahasiswa
|
“Owh...
jadi M mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam belajar dikarenakan M
jarang mengerjakan tugas-tugas dari guru maupun latihan di LKS dikarenakan M
mengalami kesulitan dalam memahami makna-makna yang ada di dalam buku bacaan
tersebut...”
|
Klien
|
“
Iya... Kak... Saya...”
|
Mahasiswa
|
“Terus...
ayo ungkapkan...”
|
Klien
|
“
Saya benar-benar sangat malu Kak mengungkapkannya...”
|
Mahasiswa
|
“ Iya
Kakak mengerti dan sangat memahami serta merasakan apa yang Dek M rasakan dan
sekarang kita coba untuk merumuskan bersama upaya untuk membantu permasalahan
Dek M ini...”
|
2.
Tahap Peralihan
Mahasiswa
|
“Baiklah
Dek M, Sekarang kita berada di dalam kegiatan konseling. Kegiatan konseling
adalah kegiatan yang dilakukan antara seorang konselor atau guru pembimbing
yang dalam hal ini adalah kakak dengan klien yang dalam hal ini Dek M untuk
membahas masalah yang sedang dialami oleh klien dan membantu klien menemukan
solusi atas permasalahan yang sedang dialaminya. Dalam kegiatan konseling ini
ada beberapa asas yang diperhatikan yaitu asas kerahasiaan untuk menjaga
semua hal yang adek sampaikan kepada kakak tidak bocor dan terdengar oleh
orang lain, asas kesukarelaan yaitu kesukarelaan Dek M dalam menceritakan
permasalahan yang Dek M alami kepada kakak tanpa adanya perasaan terpaksa,
dan asas kemandirian yaitu Dek M dalam mengambil keputusan dalam kegiatan
konseling ini meruipakan pilihan langsung dari Dek M sendiri jadi disini
kakak tidak menentukan keputusan apa yang harus Dek M ambil tapi Kakak
membantu mengrahkan Dek M untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan
keadaan diri Dek M, apa ada yang ingin ditanyakan ?”
|
Klien
|
“Bagaimana
dengan segala hal yang Saya ceritakan nanti Kak, Saya takut hal itu akan
tersebar sampai keluar...”
|
Mahasiswa
|
“ Dek
M tidak perlu ragu dan takut bahwa semua yang Dek M ceritakan dalam kegiatan
konseling kita ini akan tersebar sampai keluar kecuali seperti yang Kakak
sebutkan sebelumnya Dek M yang mengizinkan kepada Kakak untuk menyampaikannya
ke orang yang Dek M izinkan untuk mengetahuinya dan juga menjaga kerahasiaan
data klien merupakan kode etik dari profesi kakak dan kalau sampai dilanggar
maka Kakak melanggar kode etik dan bisa mendapat teguran dan sanksi jadi
begitu Dek M”
|
Klien
|
“
Baiklah Kak, Jawaban Kakak membuat Saya tenang dan percaya untuk menceritakan
permasalahan Saya ke Kakak”
|
Mahasiswa
|
“Syukurlah
kalau begitu”
|
3.
Tahap Inti
Konselor
|
“
Sekarang Kakak ingin bertanya kepada Dek M bentuk perhatian seperti apa yang
diberikan oleh orangtua Dek M terhadap kegiatan belajar Dek M di rumah ?”
|
Klien
|
“
Bentuk perhatian orangtua Saya Kak sangat kurang dalam belajar, mereka hanya
terfokus memperhatikan Saya dari segi materi saja dan kurang peduli terhadap
cara belajar Saya. Orangtua saya pernah beberapa kali dipanggil ke sekolah
oleh guru Kak terkait dengan nilai belajar Saya yang rendah di sekolah saat
guru memberitahukan masalah Saya dalam belajar Ayah saya mengatakan bahwa itu
bukan masalah dia sebab dia berpendapat bahwa dengan memasukkan Saya ke
sekolah berarti semua masalah diluar biaya sekolah merupakan tanggung jawab
guru di sekolah dan bukan tanggung tanggung jawabnya sebagai orangtua
sehingga dengan perkataannya seperti itu membuat para guru di sekolah saya
yang lama mengambil keputusan untuk menaikkan Saya ke kelas VIII dengan
syarat saya harus keluar dari sekolah dan pindah ke sekolah lain karena
orangtua Saya tidak dapat bekerja sama dengan pihak sekolah Kak...”
|
Mahasiswa
|
“Hmm...
Ok... Kakak turut prihatin mendengar tentang bagaimana bentuk perhatian dari
Ayah Dek M terhadap kegiatan belajar. Bagaimana dengan perhatian dari Ibu Dek
M ?”
|
Klien
|
“ Ibu
saya sama seperti Ayah saya Kak juga kurang begitu memiliki perhatian
terhadap kegiatan belajar yang Saya lakukan, Ia hanya terfokus dengan
mengurus adik Saya yang saat ini baru berusia 3 tahun-nan Kak dan Saya malah
diberi tugas tambahan oleh ibu saya untuk mengasuh Adik saya tersebut
sehingga saat ini saya sangat jarang memiliki kesempatan untuk membaca buku
di rumah sehingga saya semakin sangat sulit Kak untuk memahami bacaan buku
pelajaran. Ibu saya Kak sangat marah kalau sampai Saya menelantarkan adik
saya yang masih berusia 3 tahun bahkan saat untuk membuat PR atau tugas dari
guru saya sangat sulit Kak karena Adik saya tersebut terus mengganggu saya
belajar”
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana kesulitan belajar yang Dek M alami diakibatkan oleh gangguan Adik M
yang berusia 3 tahun...?”
|
Klien
|
“
Gangguan belajar yang diakibatkan oleh gangguan Adik saya kak saya jadinya
ketika sedang berusaha untuk membaca buku pelajaran atau mengerjakan PR di
rumah adik saya itu kemudian menangis atau datang mengajak saya bermain maka
saya akan berusaha untuk menghindarinya Kak akan tetapi dia semakin menangis
sehingga membuat Ibu saya semakin memarahi Saya, karena saya tidak tahan dengan amarah ibu
saya akhirnya saya meninggalkan kegiatan belajar dan mengasuh adik saya akan
tetapi sesudah dia tenang saya Kak malah menjadi malas untuk melanjutkan
kembali kegiatan belajar sehingga akhirnya kemampuan saya membaca tidak
pernah meningkat dan saya selalu mengalami kesulitan Kak ketika berusaha
memahami bacaan yang ada di dalam Buku ?
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana menurut perasaan Dek M mengenai sifat yang ditunjukkan oleh orangtua
Dek M terhadap kegiatan belajar yang Dek M lakukan sehari-hari baik di rumah
maupun di sekolah ?
|
Klien
|
“
Perasaan saya menjadi sangat sedih Kak, saya merasa bahwa Saya merasa kurang
diperhatikan oleh kedua orangtua saya karena mereka sibuk dengan urusan
mereka masing-masing sehingga saya merasa tidak terlalu diperhatikan oleh
mereka dan saya merasa kegiatan belajar yang Saya lakukan tidak memiliki arti
bagi mereka sehingga Saya tidak terlalu memikirkan lagi upaya untuk
memperbaiki masalah Saya dalam belajar dikarenakan kurangnya perhatian mereka
membuat saya merasa percuma untuk meningkatkan kemampuan dalam diri saya.
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana perasaan Dek M yang paling dalam terhadap kesulitan belajar yang
Dek M alami... ?”
|
Klien
|
“
Jujur sebenarnya Saya malu Kak, di usia saat ini Saya malah mengalami masalah
belajar seperti anak-anak di SD saya benar-benar sangat malu kak dan saya
sebenarnya sangat ingin berubah dan tidak lagi merasa tersisih Kak karena saya
sering dianggap bodoh oleh guru dan teman-teman saya yang lain serta saya
juga ingin memiliki pengetahuan dan wawasan seperti teman-teman saya yang
lain Kak karena mereka sering membaca buku atau majalah”
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah sekarang kita memfokuskan diri untuk membahas bagaimana upaya yang
dapat dilakukan untuk membantu Dek M dalam mengatasi masalah belajar yaitu
kesulitan dalam memahami makna bacaan dalam buku teks pelajaran...”
|
Klien
|
“ Iya
Kak, Saya benar-benar sangat ingin mengatasi permasalahan belajar yang saya
alami saat ini Kak... Saya sangat ingin mengatasinya...”
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah sekarang bagaimana dengan riwayat kegiatan belajar membaca yang Dek M
pernah ikuti sebelumnya...”
|
Klien
|
“
yang dimaksud riwayat apa Kak...?”
|
Mahasiswa
|
“
Riwayat itu yaitu perjalan hidup Dek M dalam hal belajar membaca”
|
Klien
|
“ Saya
Kak pertama kali belajar membaca saat baru duduk di kelas 1 SD itupun tanpa
bimbingan dari orangtua Saya, saya hanya memperhatikan penjelasan guru Kak
dan kadang-kadang saya dibantu oleh Kakak saya untuk belajar membaca tetapi
itupun tidak terlalu sering jadi saya hanya belajar sendiri tetapi saya
sewaktu kecil itu hanya banyak menghabiskan waktu bermain Kak... selain itu
saya juga tidak sekolah di TK jadi kemampuan membaca saya pas-pasan saja
Kak...?
|
Mahasiswa
|
“
Sejak kapan Dek M mulai merasakan gangguan belajar yang diakibatkan oleh kesulitan
Dek M dalam memahami bacaan ?”
|
Klien
|
“
Saya mulai merasakannya waktu saya duduk di kelas 3 SD kak karena waktu
belajar buku-buku cetak pelajarannya kak sudah banyak tulisan-tulisan dan
guru juga banyak meminta kami anak muridnya memahami buku-buku bacaan jadi
deh Kak saya kesulitan dalam belajar dan sering dimarahin sama guru di kelas
Kak karena saat dikasih soal latihan atau ulangan saya banyak tidak
menjawabnya Kak karena tidak memahami maksud soal dan materi pelajaran yang
di masukkan dalam ulangan jadi sejak kelas 3 SD kak nilai raport saya mulai
bermasalah “
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana dengan nilai raport kelas satu dan dua Dek M ?”
|
Klien
|
“
Waktu saya masih kelas 1 dan 2 Kak nilai raport saya bagus karena orangtua
saya menyuruh saya les sama ada Kakak mahasiswa yang nge-kos dekat rumah saya
jadi dia yang mengajarkan saya membaca tetapi sewaktu saya naik ke kelas 3
dia sudah wisuda Kak dan pulang kampung jadinya tidak ada lagi yang
membimbing dan mengajarkan saya seperti Kakak itu lagi..”
|
Mahasiswa
|
“Ohh...
Jadi Dek M baru dapat mengerti materi pelajaran kalau materi itu dijelaskan
lagi oleh seseorang yang secara khusus menjelaskan materi tersebut kepada Dek
M...”
|
Klien
|
“ Iya
Kak... Cara belajar seperti itu yang dapat saya mengerti, tapi disini saya
masih takut Kak untuk bertanya karena Saya masih murid baru disini Kak dan
saya juga masih takut untuk bertanya dengan guru yang mengajar saya di
sekolah ini...”
|
Mahasiswa
|
“
Mengapa Dek M masih ragu untuk bertanya dengan guru-guru dan teman-teman
disini...?’’
|
Klien
|
“
karena saya masih murid baru Kak disini dan juga Saya merasa masih takut
untuk berinteraksi dengan teman-teman saya yang ada disini Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
perasaan takut seperti apa yang Dek M alami sehingga membuat Dek M takut
untuk berinteraksi dengan teman-teman dan guru di sekolah ini...”
|
Klien
|
“
Bagaimana ya kak, saya merasa malu Kak karena saya dikeluarkan dari sekolah
lama saya karena tidak naik kelas dan akibat dari hal tersebut saya menjadi
bahan gossip di kelas Kak... kalau mau berbicara dengan guru disini Kak saya
masih takut...”
|
Mahasiswa
|
“
Teman-teman Dek M di kelas semuanya membicarakan penyebab Dek M pindah ke
sekolah ini karena tidak naik kelas di sekolah Dek M sebelumnya”
|
Klien
|
“
Tidak Kak hanya beberapa orang saja yang usil dan suka menggosip yang suka
membicarakan penyebab saya pindah ke sekolah ini... tetapi kebanyakan
teman-teman yang ada di kelas sebenarnya tidak terlalu membicarakan saya Kak
tetapi beberapa orang yang usil itu yang membuat saya merasa tidak nyaman
berada di dalam kelas sehingga akhirnya saya jarang berinteraksi dengan teman
dan meminta bantuan mereka untuk menjelaskan pelajaran kepada saya Kak...”
|
Mahasiswa
|
“ Dek
M menyatakan bahwa Dek M sebenarnya bisa belajar dengan baik tetapi dengan
bantuan penjelasan dari teman-teman yang ada di sekitar tetapi Dek M justru
tidak mau berinteraksi dengan mereka... Bagaimana pendapat dari Dek M...?”
|
Klien
|
Sebenarnya
Kak... tindakan itu kurang tepat untuk dilakukan tetapi saya benar-benar
bingung, putus asa, dan tidak tahu untuk melakukan apa lagi Kak untuk
mengatasi masalah belajar saya.
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah, dari jawaban yang Dek M sampaikan tadi tampaknya Dek M memang
menyadari bahwa Dek M sebenarnya sangat ingin berubah dan ingin dapat
mengatasi masalah belajarnya namun Dek M masih kebingungan untuk melakukan
tindakan apa... “
|
Klien
|
“ Iya
Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Sekarang bagaimana dengan jam belajar yang Dek M miliki di rumah saat ini...”
|
Klien
|
“ Jam
belajar yang saya miliki di rumah itu tidak menentu Kak... kadang-kadang pagi
atau subuh kadang-kadang saya belajar juga pada malam hari Kak yang pasti
saya belajar disaat adik bungsu saya sudah tidur dan tidak lagi mengganggu
saya dengan tangisan dan ajakan bermain darinya Kak...”
|
Mahasiswa
|
“Hmm...
Baiklah dengan menunggu Adik Dek M berisitirahat maka kegiatan belajar yang
dilakukan tidak akan mendapatkan gangguan dan Dek M dapat belajar dengan
tenang dan tidak akan mendapat gangguan lagi, bagaimana dengan orang lain
disekitar M, mereka juga menimbulkan masalah dalam kegiatan belajar Dek M...”
|
Klien
|
“
Kalau Ayah dan Ibu saya tidak Kak karena mereka berdua jangan untuk
mengganggu Saya belajar... mereka biasanya begitu pulang kerja langsung makan
dan tidur sehingga saya akhirnya yang ditugasi untuk menjaga adik balita saya
itu... sedangkan kakak saya hanya sesekali mengganggu saya belajar Kak tetapi
tidak seperti Adik balita saya itu kalau dia memang sangat menganggu saya
belajar Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Hmm... tampaknya Dek M mengalami masalah dalam melakukan pemahaman materi
dari bacaan buku teks pelajaran disebabkan oleh gangguan yang disebabkan
pertama gangguan dari adik Balita, kedua bimbingan orangtua yang kurang, dan
kesulitan dalam berkomunikasi.
|
Klien
|
“Iya
kak... Permasalahan belajar yang saya alami sekarang berasal dari hal-hal
yang telah Kakak simpulkan dalam wawancara Konseling kita”
|
Mahasiswa
|
“Hmm...
Bagus sekarang Dek M telah mampu mengidentifikasi masalah yang sebenarnya Dek
M alami dan Dek M mampu mengungkapkan sendiri masalah yang dek M alami serta
menemukan secara langsung penyebab masalah yang dialami itu sangat bagus
untuk membantu penyelesaian masalah yang Dek M alami”
|
Klien
|
“
Iya... Kak, sekarang saya merasa perasaan saya sedikit lega karena sudah
mengungkapkan masalah yang saya alami sekarang ini jadi beban perasaan saya
sedikit berkurang Kak...”
|
Mahasiswa
|
”
Baiklah sekarang Kakak mintak Dek M untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya
Dek M rasakan melalui teknik kursi kosong...”
|
Klien
|
“ Apa
yang dimaksud dengan kursi kosong itu kak...?”
|
Mahasiswa
|
“Yang
dimaksud dengan teknik kursi kosong itu yaitu Dek M menganggap orang yang ada
di depan Dek M ini sebagai seseorang yang Dek M ingin sekali orang itu
mendengarkan perasaan Dek M sesungguhnya...”
|
Klien
|
“Tapi
saya tidak tahu Kak kepada siapa saya harus mengungkapkan perasaan saya...”
|
Mahasiswa
|
“Ungkapkan
saja Dek M kepada siapa yang menurut Dek M orang tersebut harus mengetahui
bagaimana sebenarnya perasaan terdalam yang ada di dalam pikiran Dek M
sesungguhnya...”
|
Klien
|
“Hmm...
Huftt... (memejamkan mata) Mak... sebenarnya M ingin jujur sama Mak bahwa M
capek dengan sifat Mak selama ini yang selalu menganggap M sebagai pengasuh
di rumah untuk Adek... M ini bukan pengasuh Mak tetapi M ini pelajar Mak
selalu saja menuntut M untuk mengasuh Adek tetapi M juga punya kewajiban Mak
sebagai pelajar untuk belajar... Mak tau selama ini M tidak pernah mau
meluangkan waktu untuk membimbing M belajar sehingga sekarang Mak tahu M
tidak dapat belajar dengan baik dan M sering dimarahin oleh Guru Mak... M
sebenarnya malu Mak melihat Mak terus dipanggil sekolah karena nilai M yang
rendah... M juga malu Mak beberapa kali tidak naik kelas... Tapi Mak harus
tahu semua karena M selalu membuat M tidak dapat belajar dengan tenang karena
Mak selalu membuat M menghabiskan
waktu untuk menjaga Adek di rumah M malu... Mak sebenarnya M malu ke sekolah
karena M tidak dapat memahami dengan baik pelajaran di kelas mak... M mohon
Mak pengertian Mak berikanlah waktu M untuk belajar dan luangkanlah waktu Mak
untuk membimbing M belajar M mohon Mak... M mohon...
|
Mahasiswa
|
“Bagus,
Dek M telah mampu mengungkapkan segala hal yang selama ini terpendam di dalam
hati serta mampu mengeluarkan segala beban pemikiran yang ada di dalam hati
Dek M...”
|
Klien
|
“ Iya
Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah sekarang kita akan merumuskan bersama tindakan apa yang akan Dek M
lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang timbul dalam diri Dek M...”
|
Klien
|
“ Iya
Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Baiklah sekarang tindakan apa yang ada di dalam pikiran Dek M yang akan dek M
lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang timbul di dalam diri dek M...?”
|
Klien
|
“
Saya masih bingung Kak harus melakukan tindakan apa... pikiran saya
benar-benar buntu untuk memikirkan tindakan apa yang harus saya lakukan”
|
Mahasiswa
|
“Kakak
memiliki beberapa opsi pilihan tindakan yang dapat Dek M lakukan untuk
membantu mengatasi permasalahan belajar yang ada, beberapa pilihan tindakan
yang dapat dek M ambil untuk membantu mengatasi permasalahan belajar Dek M
yaitu:
·
M
dapat melakukan penyesuaian perilaku M di dalam kelas, karena M dapat
mengerti pelajaran yang diterangkan oleh guru melalui penjelasan yang
disampaikan oleh teman-teman sekelas Dek M maka sebaiknya Dek M mulai
mengurangi perilaku tertutup Dek M di dalam kelas dan mulailah membuka diri
untuk memulai persahabatan dengan teman-teman baru di sekolah ini. Dengan
terjalinnya persahabatan yang baik maka Dek M bisa mendapatkan bantuan dari
teman-teman sekelas untuk dapat menjelaskan pelajaran yang Dek M tidak
mengerti dan melalui mereka Dek M dapat berlatih mempertajam kemampuan Dek M
dalam memahami bacaan yang ada di dalam buku teks pelajaran
·
Solusi
kedua yang dapat Dek M lakukan yaitu dengan membangun kembali komunikasi
antara Dek M dengan orangtua Dek M. Selama ini dari hasil wawancara maupun
kegiatan konseling kita kakak mengidentifikasikan bahwa komunikasi Dek M
dengan kedua orangtuanya belum berjalan dengan baik karena diantara kalian
berdua belum memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam opsi ini
kakak meminta Dek M coba berbicara dengan kedua orangtua Dek M dan memberikan
pengertian kepada mereka untuk mengerti keadaan Dek M sehingga mereka dapat
mengerti bahwa M itu butuh belajar dan tidak terus diberikan tugas-tugas di
rumah tanpa memperhatikan waktu M untuk belajar di rumah sehingga M dapat
menjalankan tugas rumah M sekaligus juga dapat melaksanakan kewajiban M
sebagai seorang pelajar.
·
Solusi
ketiga yang dapat dilakukan oleh Dek M yaitu melakukan pengaturan waktu
belajar, dalam hal ini Dek M menetapkan waktu belajar yang akan Dek M
lakukan. Hal ini dapat membantu M belajar dengan waktu yang pasti sudah
ditetapkan oleh M. Dalam melakukan pengaturan waktu belajar ini Dek M harus
memperhatikan kapan jam istirahat adik balita M kemudian pada jam tidurnya M
bisa menggunakannya untuk belajar. Selain itu M juga bisa menggunakan waktu 1
jam sebelum tidur dan 1 jam pada subuh saat bangun tidur sebagai waktu
belajar, sebaiknya waktu yang Dek M optimalkan dalam pengaturan waktu belajar
adalah pada saat subuh sebab pada waktu subuh pikiran kita masih jernih dan
pelajaran yang dibaca atau dipelajari akan mudah masuk dan tersimpan dalam
pikiran. Dalam waktu subuh ini Dek M bisa menggunakannya secara optimal untuk
membaca dan mempelajari makna dari buku teks pelajaran dengan membaca secara
perlahan-perlahan namun tidak terburu-buru sehingga materi pelajaran bisa
diterima dalam pikiran. Pengaturan waktu belajar yang dapat dilakukan kakak
berikan contoh misalnya Dek M memiliki waktu istirahat dari mengasuh adik
balitanya pada jam 4 sore maka pengaturan waktu belajar yang dapat dilakukan
yaitu pada subuh jam setengah 5 pagi sampai jam 6 pagi digunakan untuk
belajar materi yang akan dipelajari, kemudian saat adik balita M tidur siang
maka waktu itu dapat digunakan untuk mengulang kembali pelajaran melalui
membuat tugas atau PR yang diberikan oleh guru , dan kemudian satu jam
sebelum tidur M dapat mengggunakannya kembali untuk melanjutkan belajar dan
membaca materi yang ringan-ringan serta mudah diingat. Dan juga dalam belajar
Dek M dapat menggunakan stabillo untuk
menandakan kalimat-kalimat yang susah dipahami untuk ditanyakan kepada guru
atau sahabat yang lebih mengerti tentang pelajaran.
Itu
opsi-opsi cara yang dapat Dek M lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang
Dek M alami tetapi untuk pilihannya Kakak serahkan kepada Dek M sendiri untuk
memilihnya sesuai dengan kepribadian dan keadaan yang ada dalam diri Dek M...”
|
Klien
|
“
Semua pilihan-pilihan yang Kakak tawarkan semuanya baik dan sesuai dengan
masalah yang ada dalam diri saya tetapi tampaknya Kak saya lebih tertarik
dengan opsi terakhir untuk saya lakukan dalam mengatasi masalah belajar yang
ada dalam diri Saya, sebab opsi itu menurut saya yang paling tepat dan
memungkinkan untuk saya lakukan saat ini Kak”
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana dengan segala hal yang mungkin ada dalam pilihan yang telah Dek M
pilih...”
|
Klien
|
“
Sangat yakin Kak... Karena pilihan tersebut merupakan pilihan yang paling
bisa saya lakukan dan kemungkinan saya dapat melakukannya dengan baik... serta
saya Insyaallah dapat mengatasi hambatan yang muncul dalam pilihan yang telah
saya pilih ini... Kak”
|
Mahasiswa
|
“ Dek
M yakin dengan pilihan yang telah Dek M pilih...?”
|
Klien
|
“
Saya sangat yakin Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Bagaimana dengan kesanggupan Dek M untuk menjalankannya...”
|
Klien
|
“
Saya siap kak dengan pilihan yang saya pilih”
|
Mahasiswa
|
“
Kalau begitu Dek M telah mampu memutuskan pilihan cara menghadapi masalah
belajar yang Dek M alami dengan baik, ini sangat bagus Dek M sebab pilihan
yang Dek M pilih yang didasarkan atas pilihan Dek M sendiri akan membuat Dek
M merasa senang hati menjalankan pengaturan waktu belajar karena hal ini
merupakan pilihan dari Dek M sendiri dan Kakak harapkan Dek M menjalankan
pilihan ini dengan baik sehingga masalah belajar yang Dek M alami dapat
teratasi dengan baik
|
Klien
|
“ Iya
Kak, saya akan berusaha untuk menjalankannya dengan baik”
|
4.
Tahap akhir
Mahasiswa
|
“
Sekarang mari kita tarik kesimpulan dari kegiatan konseling yang telah kita
lakukan, yaitu permasalahan yang dialami oleh Dek M yaitu permasalahan
belajar dengan jenis masalah yaitu kesulitan dalam memahami makna bacaan yang
ada di dalam buku teks pelajaran. Setelah ditelusuri ternyata penyebab
masalah belajar Dek M yaitu kurangnya perhatian dan bimbingan dari orangtua
Dek M terhadap kegiatan belajar, Dek M tidak memiliki waktu belajar yang
cukup dikarenakan sebagian besar tersita untuk mengasuh adik balita di rumah,
dan tidak mendapat bantuan dari teman-teman sekelas karena Dek M masih malu
berinteraksi dengan mereka sebab masih merupakan murid baru di sekolah ini. Pilihan-pilihan
tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi permasalahan Dek M yaitu
: dengan membangun komunikasi yang baru dengan teman-teman sekelas, membangun
komunikasi yang baru dengan orangtua, atau dengan melakukan waktu belajar dan
opsi yang dipilih oleh Dek M adalah dengan melakukan pengaturan waktu
belajar.
|
Klien
|
“ Iya
Kak...”
|
Mahasiswa
|
“
Sekarang Kakak minta Dek M untuk memberikan kesannya terhadap kegiatan
konseling yang telah kita lakukan...”
|
Klien
|
“
Kesan saya terhadap kegiatan konseling ini Kak berjalan dengan baik dan mampu
membuat Saya mengeluarkan segala beban pikiran yang selama ini menyangkut di
dalam diri saya Kak serta melalui kegiatan konseling ini Saya dapat membagi
permasalahan yang saya alami dan juga saya terbantu dengan adanya beberapa
opsi pilihan tindakan yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah membaca
yang saya alami yang mungkin sebelumnya tidak sempat saya pikirkan Kak...”
|
Mahasiswa
|
“Baiklah
bagus sekali jawaban dari Dek M, kesan dari Kakak terhadap kegiatan konseling
yang telah kita lakukan berjalan dengan Baik dan Dek M telah mampu
mengungkapkan segala permasalahan yang ada serta Dek M mau jujur dan terbuka
kepada Kakak sehingga Kakak dapat memberikan beberapa opsi pilihan pemecahan
masalah yang dapat Dek M pilih untuk dilakukan mengatasi permasalahan belajar
yang Dek M alami...”
|
Klien
|
“ Iya
kak... Sekarang saya sangat senang permasalahan yang saya alami telah dapat saya
temukan cara untuk mengatasinya melalui kegiatan konseling kita ini...”
|
Mahasiswa
|
“Sekarang
bagaimana perasaan Dek M setelah melakukan kegiatan konseling ini...?
|
Klien
|
“
Perasaan saya sekarang menjadi lebih tenang Kak... dan merasa lebih ringan
dari sebelum saya melakukan Konseling...”
|
Mahasiswa
|
“
Bagus... Kakak senang mendengarnya sekarang Kakak ingin tahu manfaat apa yang
Dek M rasakan dari kegiatan konseling kita ini...?”
|
Klien
|
“
Manfaat yang sangat pasti saya rasakan Kak perasaan saya menjadi lega dan sekarang
saya telah menemukan tindakan yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah
saya”
|
Mahasiswa
|
“ Dek
M siap dengan pilihan yang dipilih dan siap menghadapi konsekuensi dari
pilihan Dek M ini...?”
|
Klien
|
“ Iya
Kak, Saya sangat yakin”
|
Mahasiswa
|
“Ada
yang masih perlu dibahas lagi sekarang...?”
|
Klien
|
“
Sekarang M rasa sudah cukup Kak... terima kasih mau mendengarkan Curhatan M
dan mau membantu M menemukan jalan keluar atas permasalahan M Kak...”
|
Mahasiswa
|
“ Iya
sama-sama, Kakak juga senang telah bisa membantu Dek M... Baiklah sekarang
kita akhiri kegiatan konseling kita ini dengan lafadz Hamdalah...
Assalamualaikumwarahmatulahiwabarakatuh...”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar