Sabtu, 22 Februari 2014

laporan studi kasus masalah Disleksia

Bab 1 : Pendahuluan

A.Latar belakang
            Membaca merupakan salah satu keterampilan yang sangat dasar dan paling penting bagi manusia dalam kehidupannya. Membaca memiliki pengertian sebagai suatu proses mengelola bacaan secara kritis dan kreatif dengan tujuan memperoleh suatu pemahaman secara menyeluruh atas bacaan yang dibaca guna memahami apa yang disampaikan oleh penulis dalam bacaan.sedangkan menurut Juel membaca adalah proses untuk mengenal kata dan memadukan arti kata dalam kalimat dan struktur bacaan sehingga akhir dari proses membaca seseorang mampu membuat intisari dari suatu bacaan (Sandjaja, Juel .www.unika.ac.id : 2005).  Membaca sendiri merupakan fungsi tertinggi dari otak manusia yang menunjukkan kelebihan manusia dari makhluk hidup lainnya yang mana hanya manusia yang diberikan kemampuan untuk dapat membaca. Dari penelitian sebelumnya diketahui bahwa anak akan mulai tertarik untuk membaca pada usia 3-4 tahun setelah pada usia 1 tahun-2 tahun sudah dapat merangkai kata dan menyusun kalimat sederhana. anak yang telah memiliki kemampuan membaca yang baik pada usia 6-7 tahun maka anak tersebut dikatakan telah memiliki kemampuan membaca yang baik.dalam kegiatan pembelajaran di jenjang SMP seharusnya seorang anak telah dapat membaca dengan lancar dan tidak lagi mengalami kesulitan dalam membaca sehingga anak yang tidak bisa membaca pada jenjang SMP dapat dikatakan telah memiliki suatu gangguan atau penyimpangan. Hal ini berdasarkan Gejala anak yang mengalami gangguan dalam membaca terindikasi apabila saat telah memasuki usia 12 tahun dan hampir menyelesaikan jenjang sekolah dasar namun kemampuan membacanya masih sangat rendah. Ketidak mampuan membaca pada siswa ini dapat teridentifikasi pada beberapa tanda seperti kesulitan dalam mengingat, evokasi, mengikuti huruf dan kata yang dicetak, proses konstruksi tata kata yang sulit, dan sulit membangun kesimpulan (Kaplan, Benjamin B.Sadock, dan Jack A.Grab, 1997:669). Sedangkan secara karakteristik terdapat empat kelompok siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan mengenal pemahaman, dan gejala-gejala serba aneka (Mercer, dalam jurnal ilmiah E-Jupheku volume 2 nomor 3: september 2013 : 432-442)
Dalam kehidupan sehari-hari kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat mendasar dan paling dibutuhkan untuk dalam segala aspek kehidupan terutama dalam bidang pekerjaan. Pembinaan kemampuan membaca yang paling efektif terjadi pada saat anak memasuki sekolah dimana para guru di sekolah memiliki kuasa dan waktu yang sangat cukup untuk mengembangkan kemampuan membaca yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan pembelajaran di dalam kelas guru dapat melatih siswa untuk tidak hanya dapat membaca tetapi juga menangkap makna dan mengambil ilmu pengetahuan yang terdapat dalam bacaan sebagai salah satu sumber untuk penambahan wawasan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa. Kondisi fisik sekolah dan ketersedian fasilitas buku-buku bacaan bagi siswa juga menunjang kemampuan siswa dalam membaca. Namun, Dibalik semua itu beberapa guru menjumpai beberapa diantara siswa asuhnya tidak dapat membaca dengan baik meskipun telah dilatih dengan baik sehingga para siswa tersebut dicap sebagai siswa yang bodoh dan memiliki intelegensi hal ini semakin didukung dengan nilai yang rendah yang diperoleh siswa sehingga tidak jarang banyak sekolah terutama sekolah negeri mengeluarkan siswa tersebut dari sekolah.
            Siswa-siswa yang kesulitan membaca tersebut akhirnya ditampung pada sekolah-sekolah swasta yang memiliki kaulitas dan performa pendidikan yang belum maksimal. Di kota Bengkulu sendiri banyak siswa-siswa dengan masalah membaca pendidikannya berakhir di sekolah-sekolah swasta dengan kondisi kualitas pendidikannya yang belum mencapai taraf maksimal. Belum lagi ditambah dengan pandangan masyarakat sekitar yang masih memandang negatif siswa-siswa yang  bersekolah di sekolah swasta, Akibatnya siswa-siswa tersebut menjadi semakin tertekan ditambah lagi di dalam sekolah-sekolah swasta tempat mereka bersekolah banyak berkumpul siswa-siswa yang mengalami masalah yang sama seperti mereka sehingga siswa-siswa tersebut menjadi tidak bersemangat lagi dalam menuntut ilmu di sekolah sehingga mempersulit para guru di sekolah swasta dalam menanamkan ilmu pengetahuan kepada mereka. Perasaan frustasi yang dialami oleh para siswa tersebut membuat mereka menunjukkan perilaku-perilaku kenakalan yang melebihi dari siswa-siswa di sekolah negeri  sehingga membuat labelling terhadap siswa-siswa tersebut dan sekolahnya menjadi bertambah negatif dan siswa-siswa tersebut semakin terbenam dalam perilaku negatif mereka.
            Berangkat dari kenyataan tersebut peneliti kemudian mendatangi salah satu SMP swasta yang ada di Kota Bengkulu yaitu SMP PGRI di kawasan Sawah Lebar Kota Bengkulu. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada informasi yang diterima oleh peneliti dari berbagai sumber bahwa Sekolah ini banyak menghadapi masalah dan salah satu masalah yang paling menonjol adalah masalah intelektual yang dialami oleh siswa. Dan saat melakukan observasi awal di sekolah peneliti menemukan kasus seorang Siswi yang berdasarkan informasi dari gurunya mengalami kesulitan dalam belajar yang disebabkan oleh kesulitannya dalam membaca maka mahasiswa tertarik untuk melakukan pengentasan terhadap kasus ini melalui kegiatan Studi Kasus di SMP PGRI Kota Bengkulu.

B. Prosedur Pemilihan Kasus
            Dalam melakukan pemilihan kasus ini mahasiswa terlebih dahulu  menemui koordinator Bimbingan dan Konseling di SMP PGRI Kota Bengkulu yaitu ibu Muhta Rohmin, S.Pd untuk menjelaskan maksud dari mahasiswa mendatangi sekolah tersebut. Setelah koordinator BK menerima dan memberikan izin kepada mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan studi kasus di sekolah, Maka selanjutnya dilakukan wawancara terhadap guru koordinator BK mengenai gambaran kondisi umum di sekolah dan didapati gambaran kondisi umum sebagai berikut:
·         Semua  siswa-siswi yang bersekolah di SMP PGRI Kota Bengkulu berasal dari keluarga dengan golongan ekonomi yang lemah dengan sebagian besar dari orangtua siswa bekerja pada sektor informal dengan jam kerja yang tidak teratur dan penghasilan dari orangtua sangat terbatas.
·         Orangtua/wali siswa-siswi SMP PGRI kota Bengkulu memiliki kontrol yang lemah terhadap anak-anak mereka di rumah. Penyebab kontrol orangtua yang lemah ini disebabkan oleh orangtua mereka sangat keras dalam mencari nafkah karena beban pekerjaan dan hidup yang sangat berat ditanggung oleh para orangtua siswa tersebut. Selain itu ada sebagian siswa yang tinggal di Kota Bengkulu tidak bersama orangtua mereka tetapi mereka tinggal bersama kakak atau saudara mereka yang sedang kos di Kota Bengkulu untuk menuntut ilmu di bangku kuliah sehingga mereka menjadi bebas bertindak karena tidak ada orangtua yang mengontrol perilaku mereka.
·         Hampir semua siswa di SMP PGRI kota Bengkulu mengalami masalah dalam bidang intelektual dimana mayoritas siswa memiliki tingkat intelegensi yang cukup rendah dibandingkan dengan anak-anak lain yang berada di sekolah negeri. Para siswa ini umumnya sedikit lambat dalam menangkap mata pelajaran yang diajarkan oleh para guru di sekolah sehingga mengakibatkan para siswa ini memiliki nilai yang rendah dan kurang mampu bersaing dengan para siswa yang bersekolah di sekolah negeri.
Dalam melakukan kegiatan studi kasus ini peneliti melakukan prosedur dalam pemilihan kasus ini adalah sebagai berikut :
·         Mahasiswa  mendatangi sekolah yaitu Sekolah yaitu SMP PGRI Kota Bengkulu yang terletak di kawasan Sawah Lebar dan menemui koordinator guru Bimbingan dan Konseling. Dalam pertemuan peneliti melakukan wawancara awal dan dari kegiatan wawancara awal diketahui bahwa sekolah ini memiliki murid sebanyak 60 orang yang terbagi dalam 4 kelas (kelas 7, kelas 8a , kelas 8b, dan kelas 9). Dan mayoritas siswa di SMP ini mengalami masalah dalam bidang intelegensi, kondisi ekonomi, dan perilaku moral sehari-hari di sekolah.
·         Dari hasil wawancara dengan Guru BK di sekolah diketahui bahwa mayoritas siswa yang mengalami masalah terdapat dikelas 8 dan 9 dengan jumlah siswa sekitar 30 siswa. Dan dari kesepakatan hasil wawancara dengan Guru BK maka siswa yang akan dipilih sebagai subjek penelitian dalam kegiatan studi kasus berasal dari siswa kelas 8 dan 9. Pertimbangan ini didasarkan pada keterangan guru BK bahwa masalah pada siswa mulai timbul saat siswa duduk di kelas 8 dan 9.
·         Setelah menyepakati kelas yang akan dipilih untuk melaksanakan kegiatan studi kasus ini maka Guru BK menunjukkan kepada mahasiswa kelompok siswa yang berjumlah sebanyak 5 orang yang memiliki permasalahan yang sangat menonjol di sekolah. Penunjukan kelompok siswa ini didasarkan pada catatan dan dokumen yang dimiliki oleh Guru BK bahwa kelima siswa ini memiliki banyak catatan perilaku buruk dan sebanyak 3 orang diantara mereka bahkan telah membuat surat perjanjian dengan pihak sekolah. 5 orang siswa yang ditunjukkan memiliki 5 macam masalah yaitu : membolos sekolah, berkelahi, berbicara kotor, hiperaktif, dan kesulitan dalam belajar.
·         Kemudian mahasiswa melakukan kegiatan wawancara awal dengan kelima siswa tersebut. Dari hasil wawancara mahasiswa dengan kelompok siswa tersebut  yang memiliki masalah kesulitan dalam belajar menarik perhatian mahasiswa untuk dilakukan pengentasan melalui kegiatan studi kasus. Hal ini didasarkan pada fakta yang diperoleh bahwa siswi tersebut dengan inisial M-C-U-S berasal dari sekolah Negeri yang kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke SMP PGRI Kota Bengkulu dan selama mengikuti kegiatan belajar siswi ini mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disebabkan oleh siswi ini pada usia 14 tahun namun masih mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang ada dalam buku bacaan, gejala ini tergolong dalam gejala disleksia atau gangguan dalam membaca. Sehingga akhirnya mahasiswa memilih siswi ini untuk dijadikan sebagai objek pengentasan kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling.


C. Tujuan Studi Kasus
            Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh mahasiswa dalam kegiatan penelitian studi kasus kali ini adalah sebagai berikut :
·         Mampu Mengidentifikasikan  faktor-faktor penyebab timbulnya masalah pada siswi M-C-U-S yang mengakibatkan siswi ini mengalami kesulitan dalam membaca diusia 14 tahun.
·         Mampu melakukan analisa kasus terhadap masalah disleksia siswi M-C-U-S sehingga dapat diketahui masalah apa yang sebenarnya terjadi pada siswi ini beserta gejalanya, keluhan-keluhan siswi ini atas masalah disleksia-nya, dan analisis mengenai kasus ini.
·         Mampu merumuskan tindakan yang akan dilakukan untuk membantu siswi M-C-U-S dalam mengatasi masalah yang dialaminya.
·         Mampu memenuhi tugas yang diserahkan kepada peneliti oleh dosen pengasuh mata kuliah studi kasus Bimbingan dan Konseling.

D. Manfaat Studi Kasus
            Adapun manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian studi kasus mengenai masalah  masalah Disleksia ini adalah sebagai berikut :
Bagi konselor
a.       Konselor dapat membantu klien dalam mengatasi permasalahan klien sehingga klien tidak merasa sendirian dalam menghadapi masalah yang dialaminya.
b.      Konselor dapat membangun sebuah hubungan baru yang lebih dekat dengan klien dan konselor dapat membangun citra diri yang positif di hadapan klien.
c.       Konselor dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam menangani masalah disleksia yang dihadapi oleh klien.
d.      Konselor dapat terlatih untuk menyusun laporan dari hasil kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat menyusun laporan dengan baik.

Bagi klien
a.       Klien dapat membagi permasalahannya kepada konselor sehingga klien dapat mengurangi beban perasaan akibat permasalahan yang dialaminya.
b.      Klien dapat memperoleh beberapa arahan dari konselor untuk dapat dilakukan dalam menghadapi masalah Disleksia yang dihadapinya.
c.       Klien dapat mengurangi gejala-gejala Disleksia yang dialaminya melalui treatment-treatment yang diberikan olej konselor kepada klien.
d.      Klien dapat membina hubungan yang lebih baik dengan konselor dan komunikasi klien dengan konselor menjadi lebih lancar.






























Bab 2 : Kajian Teori
A.Pengertian Kesulitan Belajar
            Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai dengan terjadinya hambatan-hambatan untuk mencapai tujuan belajar. Kondisi yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar ditandai oleh kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik yang disebabkan oleh faktor neurologis dan faktor psikologis sehingga hasil belajar yang diperoleh rendah dan tidak sesuai dengan usaha dan potensi yang dilakukan. Kesulitan belajar sendiri termanisfestasi dalam perilaku sehari-hari (bio-psikososial) yang baik secara langsung atau tidak yang secara permanen akan menghambat kemajuan belajar siswa.
            Kesulitan belajar berbeda dengan kecacatan yan diderita seseorang, sebab kesulitan belajar tidak dapat dibedakan secara lahiriah dan orang yang mengalaminya tidak mengalami perbedaan wujud fisik dengan orang-orang yang tidak mengalami kesulitan belajar. Kelemahan yang ditimbulkan oleh kesulitan belajar akan tampak pada beberapa hal dalam pelajaran yaitu memperhatikan dan menulis sesuatu dan koordinasi dalam mengendalikan diri ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kesulitan-kesulitan ini akan semakin tampak saat siswa melakukan kegiatan sekolah yaitu menulis, membaca, dan berhitung yang mana proses belajarnya akan lebih lambat dari siswa yang tidak mengalami kesulitan belajar.
            Kesulitan belajar sendiri dapat terjadi dalam waktu yang sangat lama dan dalam beberapa kasus dapat mempengaruhi kehidupan mereka baik saat di sekolah, keluarga, lingkungan rumah, dan lingkungan pertemanan mereka. Beberapa kasus yang terjadi malah kesulitan belajar mempengaruhi tingkat kebahagian yang dialami oleh seorang individu. Beberapa penderita kesulitan belajar menyatakan bahwa kesulitan belajar mempengaruhi semua aspek dalam kehidupan mereka sehingga mereka mengalami kehampaan dalam hidup mereka.
            Secara luas pengertian kesulitan belajar terbagi dalam beberapa istilah berikut :
a)      Learning disorder (ketergantungan belajar), yaitu keadaan dimana proses belajar siswa menjadi terganggu karena adanya respons yang bertentangan yang diterima oleh siswa. Pada dasarnya siswa yang mengalami gangguan belajar seperti ini prestasi belajarnya tidak terganggu akan tetapi proses belajar yang dialaminya sangat lambat disebabkan banyak timbul respons yang bertentangan. Kesulitan belajar ini ditandai dengan prestasi belajar yang diperoleh tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b)      Learning disabelities (ketidakmampuan belajar), yaitu siswa tidak mampu menghadapi dan menempuh mata pelajaran dan mereka tidak bisa menghindarinya. Kesulitan belajar ini ditandai dengan nilai yang diperoleh dibawah nilai yang seharusnya diperoleh.
c)      Learning disfunction (ketidakfungsian belajar), yaitu proses belajar siswa tidak berjalan dengan baik meskipun tidak ada tanda-tanda kecacatan baik mental maupun dari fisik peserta didik.
d)     Under Achiever (pencapaian rendah), yaitu gejala pada anak-anak yang memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata umum namun nilai yang diperoleh dibawah rata-rata bahkan tergolong sangat buruk.
e)      Slow learner (lambat belajar), yaitu siswa yang sangat lambat dalam memahami pelajaran sehingga membutuhkan waktu belajar lebih lama dari siswa lain yang memiliki tingkat intelegensi yang sama dengan siswa tersebut.

B. Strata Jenis kesulitan belajar
            Mengenali kesulitan belajar sangat jelas berbeda dengan melakukan analisa terhadap penyakit yang mana gejala penyakit sangat mudah dikenali dari tanda-tanda gejala yang timbul pada tubuh.  Pada kesulitan belajar gejala yang timbul tidak mudah diamati dan terdeteksi secara langsung oleh guru. Kesulitan belajar memiliki gejala yang sangat rumit yang disebabkan oleh begitu banyaknya penyebab, gejala, perawatan, serta langkah penanganan kesulitan belajar yang sangat rumit. Kesulitan belajar yang memiliki beragam gejala sangat sulit untuk dikaji dan ditemukan penyebab utama timbulnya gejala kesulitan belajar tersebut. Sampai saat ini para ahli belum menemukan obat atau cara yang efektif untuk menyembuhkan secara total para pengidap kesulitan belajar.
            Faktor hereditas (genetik) dan lingkungan (enveronmental) sangat mempengaruhi terhadap proses dan hasil belajar seorang siswa. Potensi yang dimiliki, bakat siswa, minat siswa, motivasi, kurikulum, kualitas, dan model pembelajaran guru turut memberikan andil terhadap keberhasilan anak di sekolah.

C. macam-macam kesulitan belajar siswa
            Tidak semua masalah dalam kesulitan belajar dapat disebut sebagai learning disorder. Sebagian anak atau siswa kadang-kadang memiliki kesulitan dalam mengembangkan bakat yang dimiliki. Kadang-kadang seseorang memperlihatkan ketidak wajaran dalam perkembangan alaminya sehingga terlihat seperti penderita kesulitan padahal hanya merupakan terlambatnya proses pendewasaan pada diri individu tersebut.
            Dalam menetapkan seorang individu mengalami kesulitan belajar atau tidak terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi tertuang dalam teori DSM ( Dignostic manual of mental disorder) yang membagi kesulitan belajar menjadi 3 katagori besar yaitu :
a.       Kesulitan yang dialami dalam hal berbicara dan berbahasa
b.      Permasalahan yang dialami dalam kemampuan akademik
c.       Permasalahan yang dialami dalam mengkoordinasikan gerak tubuh dalam mengikuti kegiatan pelajaran di kelas.

D. Pengertian Disleksia
            Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani yaitu dys yang berarti sulit dalam dan lex, yang berasal dari kata legein yang berarti berbicara. Jadi secara harfiah disleksia berarti gejala yang berhubungan dengan kata-kata dan simbol tulis. Kesulitan ini disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis atau menghubungkan antara suara dengan kata-kata tertulis. Definisi disleksia yang pertama dikeluarkan oleh World Federation of Neurology (1968; Abdullah, 2008). Menurut definisi itu, disleksia adalah "Suatu gangguan pada anak anak di mana, meski mereka melalui pengalaman kelas konvensional, gagal menguasai keterampilan bahasa seperti membaca, menulis dan mengeja yang sesuai dengan tingkat kemampuan intelektual mereka".Thomson (Abdullah, 2008) definisi tentang disleksia adalah sebagai suatu masalah kognitif. Selain itu, disleksia diketahui bukan saja mempengaruhi memori dan konsentrasi seorang anak, bahkan juga keterampilan manajemen diri dan sampai juga mempengaruhi kemampuan matematika. Selanjutnya menurut Mercer dan Smith (D Majzub dan Shafie Mohd, 2005) Ciri-ciri anak penyandang disleksia, mereka mempunyai masalah dalam membaca karena hal itu mereka selalu dimasukan ke sekolah luar biasa (SLB). Disleksia merupakan hambatan pada kemampuan membaca yang terjadi pada seseorang meskipun ia telah menerima pembelajaran yang normal.
            Bryon dan Brian (dalam Abdurrahman, 1999: 204) menyebutkan istilah disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari susunan kata-kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen kata-kata dan kalimat dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan ke arah dan waktu. Sedangkan menurut Lerner seperti yang dikutip oleh Mercer(1979: 200)  mendefiniskan kesulitan belajar membaca sangat bervariasi semuanya tergantung pada gangguan yang terjadi dalam fungsi otak.
            Pada kenyataannya kesulitan belajar dialami oleh 2-8% anak yang berada pada usia sekolah sebuah kondisi yang menimbulkan keragu-raguan pada anak dalam membaca, kesulitan dalam mengenali kata-kata asing, sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata: penghilangan, penyisipan, pembalikan, kesalahan tempat, salah ucap, membaca tersedat-sedat, kesulitan memahami tema dari sebuah paragraf, banyak keliru dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, dan pola membaca yang tidak wajar pada anak.

E. Karakteristik Disleksia
            Ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu kebiasaan membaca, kekeliruan mengenal kata, kekeliruan pemahaman, dan gejala-gejala serba aneka, (Mercer, 1983) .
Dalam kebiasaan membaca anak yang mengalami kesulitan belajr membaca sering tampak hal-hal yang tidak wajar, sering menampakkan ketegangannya seperti mengernyitkan kening, gelisah, irama suara meninggi, atau menggigit bibir. Mereka juga merasakan perasaan yang tidak aman dalam dirinya yang ditandai dengan perilaku menolak untuk membaca, menangis, atau melawan guru. Pada saat mereka membaca sering kali kehilangan jejak sehingga sering terjadi pengulangan atau ada baris yang terlompat tidak terbaca.
Dalam kekeliruan mengenal kata ini memcakup penghilangan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, perubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak ketika membaca.
Kekeliruan memahami bacaan tampak pada banyaknya kekeliruan dalam menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan, tidak mampu mengurutkan cerita yang dibaca, dan tidak mampu memahami tema bacaan yang telah dibaca. Gejala serba aneka tampak seperti membaca kata demi kata, membaca dengan penuh ketegangan, dan membaca dengan penekanan yang tidak tepat. Secara lebih terperinci karakteristik yang dialami secara umum oleh anak penderita Disleksia adalah beberapa masalah seperti:
·         Masalah fonologi : Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
·         Masalah mengingat perkataan : Kebanyakan anak disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
·         Masalah penyusunan yang sistematis / sekuensial : Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal orang tua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya.
·         Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
·         Masalah ingatan jangka pendek : Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
·         Masalah pemahaman sintaks : Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: tas merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan (contoh: red bag)
F. Ciri-ciri penderita Disleksia
Ciri diagnostik utama gangguan membaca adalah pencapaian membaca yang jelas di bawah kapasitas intelektual seseorang. Karakteristik lain adalah kesulitan dalam mengingat, evokasi, dan mengikuti huruf dan kata yang dicetak, dalam proses konstruksi tata bahasa yang sulit; dan dengan membuat kesimpulan. ((Kaplan, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Greb, 1997: 699). Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Hermawan Consulting, peristiwa pada anak yang dapat memperkuat dugaan disleksia ini adalah:
·         Lambat bicara jika dibandingkan kebanyakan anak seusianya.
·         Lambat mengenali alfabet, angka, hari, minggu, bulan, warna, bentuk dan informasi mendasar lainnya.
·         Sulit menuliskan huruf ke dalam kesatuan kata secara benar.
·         Menunjukkan keterlambatan ataupun hambatan lain dalam proses perkembangannya.
·         Ada anggota keluarga yang juga mengalami masalah serupa, atau hampir sama.
·         Perhatian mudah teralihkan dan sulit berkonsentrasi.
·         Mengalami hambatan pendengaran.
·         Rancu dalam memahami konsep kiri¬kanan, atas-bawah, utara-selatan, timur-barat.
·         Memegang alat tulis terlalu kuat/keras.
·         Rancu atau bingung dengan simbol-simbol matematis. Misalnya tanda +, -, x, :, dan sebagainya.
·         Mengalami kesulitan dalam mengatakan waktu.
·         Sulit mengikat tali sepatu.
·         Sulit menyalin tulisan yang sudah dicontohkan kepadanya.
·         Mempunyai masalah dengan kemampuan mengingat jangka pendek berkaitan dengan kata-kata maupun instruksi
·         Sulit mengikuti lebih dari sebuah instruksi dalam satu waktu yang sama.
·         Tidak dapat menggunakan kamus atau pun buku petunjuk telepon.
Lebih jauh lagi Rini mengatakan bahwa Gangguan disleksia biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu,". Sebelumnya, di TK, kemampuan membaca anak tidak menjadi tuntutan, itulah mengapa gejalanya sulit diketahui sejak usia dini. Inilah ciri-cirinya:
  • Tidak dapat mengucapkan irama kata-kata secara benar dan proporsional.
  • Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata. Misalnya kata "saya" urutan hurufnya adalah s -a - y -a.
  • Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya menjadi sebuah kata.
  • Sulit mengeja secara benar. Bahkan bisa jadi anak tersebut akan mengeja satu kata dengan bermacam ucapan. Walaupun kata tersebut berada di halaman buku yang sama.
  • Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Bisa terjadi anak dengan gangguan ini akan terbalik-balik membunyikan huruf, atau suku kata. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk, seperti d - b, u - n, m - n. Ia juga rancu membedakan huruf/fonem yang memiliki kemiripan bunyi, seperti v, f, th.
  • Membaca suatu kata dengan benar di satu halaman, tapi keliru di halaman lainnya.
  • Bermasalah ketika harus memahami apa yang dibaca. Ia mungkin bisa membaca dengan benar, tapi tidak mengerti apa yang dibacanya.
  • Sering terbalik-balik dalam menuliskan atau mengucapkan kata, misalnya "hal" menjadi "lah" atau "Kucing duduk di atas kursi" menjadi "Kursi duduk di atas kucing."
  • Rancu terhadap kata-kata yang singkat. Misalnya, ke, dari, dan, jadi.
  • Bingung menentukan harus menggunakan tangan yang mana untuk menulis.
  • Lupa mencantumkan huruf besar atau mencantumkannya pada tempat yang salah.
  • Lupa meletakkan titik dan tanda-tanda seperti koma, tanda seru, tanda tanya, dan tanda baca lainnya.
  • Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik.
  • Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Anak dengan gangguan ini biasanya menulis dengan tidak stabil, tulisannya kadang naik dan kadang turun.
  • Menempatkan paragraf secara keliru

G. Faktor penyebab terjadinya Disleksia
Tidak ada peyebab tunggal yang dikeahui untuk gangguan membaca; karena banyak disertai juga dengan gangguan belajar dan kesulitan berbahasa. Gangguan membaca kemungkinan adalah multifaktor. Pada tahun 1878 dr. Kussmaul dari Jerman melaporkan adanya seorang lelaki yang mempunyai kecerdasan normal tapi tidak dapat membaca, beliau menamakan keadaan ini sebagai “buta membaca” (reading blindness). Tahun 1891 Dejerine telah melaporkan bahwa proses membaca diatur oleh bagian khusus dari system saraf manusia yaitu di bagian belakang otak. Pada tahun 1896, British Medical Journal melaporkan artikel dari Dr. Pringle Morgan, mengenai seorang anak laki berusia 14 tahun bernama Percy yang pandai dan mampu menguasai permainan dengan cepat tanpa kekurangan apapun dibandingkan teman temannya yang lain namun Percy tidak mampu mengeja, bahkan mengeja namanya sendiri sebagai “Precy”. (Dewi, 2010). Pada tahun 1930-an sebuah penelitian menjelaskan gangguan membaca dengan model fungsi hemisferik sereberal, yang menyatakan korelasi positif gangguan membaca dengan tangan kiri, mata kiri atau lateralisasi campuran. (Kaplan, Benjamin J. Sadock dan Jack A. Greb, 1997: 698).
Penelitian terkini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan anatomi antara otak anak disleksia dengan anak normal, yakni di bagian temporal-parietal-oksipitalnya (otak bagian samping dan bagian belakang). Pemeriksaan functional Magnetic Resonance Imaging yang dilakukan untuk memeriksa otak saat dilakukan aktivitas membaca ternyata menunjukkan bahwa aktivitas otak individu disleksia jauh berbeda dengan individu biasa terutama dalam hal pemprosesan input huruf/kata yang dibaca lalu “diterjemahkan” menjadi suatu makna. (Dewi, 2010). Bukti diatas juga sejalan dengan beberapa penelitian dengan menggunakan pemeriksaan tomografi komputer (CT; computed tomography); pencitraan resonansi magnetik, telah menunjukan bahwa ada simetrisitas abnormal pada lobus temporalis dan parietalis orang dengan gangguan membaca. Merujuk kajian yang dilakukan oleh Dr. Galaburda (Abdullah, 2008) , susunan sel-sel otak seorang disleksia ternyata berbeda dibandingkan dengan otak orang biasa. Apabila dilahirkan, individu mewarisi gen daripada ibu bapanya. Oleh itu, masalah disleksia juga bisa dikatakan sebagai masalah keturunan. 88 % dari mereka yang mempunyai symptom disleksia mewarisi masalah itu dari keluarga atau bisa dikatakan keturunan. 12 % lagi mendapat masalah ini daripada masalah saat dalam kandungan atau pun setelah dilahirkan. Keterangan lain mengatakan bahwa gangguan membaca mungkin merupakan salah satu manifestasi dari keterambatan perkembangan atau keterlambatan maturasional. Peranan temperamental dilaporkan memiliki hubungan erat dengan gangguan membaca. Dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami gangguan membaca, anak penyandang diskleksia sering kali memiliki kesulitan dalam memusatkan perhatian dan memiliki rentang perhatian yang pendek. Beberapa penelitian menunjukan suatu hubungan antara malnutrisi dan fungsi kognitif. Anak yang kekurangan gizi untuk jangka watu yang panjang selama masa kanak-kanak menunjukan kinerja di bawah rata-rata dalam berbagai tes kognitif. Kinerja kognitif anak penyandang disleksia lebih rendah dibandingkan dengan anak yang normal yang tidak mengalami malnutrisi. Dari beberapa fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab disleksia diataranya adalah :

·         Neurologis : Gangguan ini bukanlah suatu ketidakmampuan fisik, semisal kesulitan visual. Namun murni karena kelainan neurologis, yakni bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca oleh anak secara tidak tepat, terutama otak bagian kiri depan yang berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, ada perkembangan yang tidak proporsional pada sistem magno-cellular, yang berhubungan dengan kemampuan melihat benda bergerak (moving images) yang menyebabkan ukurannya menjadi lebih kecil. Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena otak harus membaca dan memahami secara cepat huruf-huruf dan sejumlah kata yang berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata ketika mata men-scanning kata dan kalimat.
·         Keturunan : Menurut penelitian, 80% penderita disleksia mempunyai anggota keluarga dengan kesulitan belajar (learning disabilities) dan 60% di antaranya kidal (left-handedness).
·         Gangguan Pendengaran Sejak Dini : Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tak terdeteksi, maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang dilihatnya.
·         Kombinasi : Kombinasi dari berbagai faktor di atas menjadikan kondisi anak dengan gangguan disleksia kian serius atau parah, hingga perlu penanganan menyeluruh dan kontinue.

G. Pengertian Konseling individu
            Konseling individu menurut Prayitno adalah layanan yang diberikan seorang pembimbing (konselor) kepada klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien (Tohirin, 2011:163). Konseling individu berlangsung dalam pertemuan secara tatap muka antara konselor dengan klien yang didalamnya dilakukan pembahasan terhadap masalah yang dialami oleh klien. Pembahasan masalah yang dilakukan terhadap klien dilakukan secara mendalam dan menyeluruh dan diarahkan untuk menemukan pemecahan masalah yang dialami klien. Melalui kegiatan konseling individu klien akan memahami kondisi dirinya sendiri, permasalahan yang dialami, kekuatan yang dimilikinya, dan kemungkinan upaya mengatasi permasalahan yang dialaminya.

H. Tujuan Layanan konseling Individu
            Secara umum tujuan layanan konseling individu adalah agar klien mampu memahami dirinya sendiri, lingkungannya, permasalahan yang dialami, kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri sehingga klien mampu mengatasi masalahnya sendiri.  Sedangkan tujuan layanan konseling individu secara khusus adalah sebagai berikut :
a.       Klien mampu memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam, komprehensif, positif, dan dinamis.
b.      Klien mampu mengentaskan masalah pribadi yang dialaminya.
c.       Klien mampu mengembangkan potensi-potensi positif yang ada dalam dirinya dan memelihara hasil dari pengembangan dirinya secara positif.

I.isi layanan konseling individu
            Secara umum isi dari layanan konseling perorangan berbeda dengan layanan BK lainnya karena materi yang diberikan tidak ditentukan dan mengalir dengan sendiri. Dalam proses konseling individu masalah yang dialami oleh klien baru akan teridentifikasi setelah konselor melakukan identifikasi dalam kegiatan konseling. Setelah dilakukan proses identifikasi baru nantinya akan diketahui masalah apa yang akan dibahas dan dicarika solusi untuk pemecahan masalahnya. Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok sebaiknya merupakan masalah yang diputuskan oleh klien sendiri dengan pertimbangan dari konselor.
            Masalah-masalah yang umumnya akan dibahas dalam kegiatan konseling individu adalah sebagai berikut :
a.       Masalah yang berkaitan dengan bidang pengembangan pribadi
b.      Masalah yang berkaitan dengan bidang pengembangan sosial
c.       Masalah yang berkaitan dengan bidang pengembangan kegiatan belajar
d.      Masalah yang berkaitan dengan bidang pengembangan karier
e.       Masalah yang berkaitan dengan bidang kehidupan bermasyarakat
f.       Masalah yang berkaitan dengan bidang kehidupan beragama




J. Teknik layanan konseling individu
            Dalam memberikan layanan konseling individu terdapat beberapa teknik yang harus dikuasai oleh konselor. Teknik-teknik yang yang digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah sebagai berikut :
·         Teknik attending, Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan bahasa lisan.
·         Teknik empati, yaitu kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien.
·         Teknik refleksi, yaitu teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya.
·         Teknik eksplorasi, yaitu teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
·         Teknik paraphrasing yaitu teknik yang menyatakan kembali esensi atau inti dari ungkapan klien kepada konselor dengan mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana.
·         Teknik pertanyaan terbuka, yaitu teknik untuk memancing klien agar mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikiran mereka.
·         Teknik pertanyaan tertutup, yaitu teknik bertanya yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, menjernihkan sesuatu, dan menghentikan pembicaraan.
·         Teknik dorongan minimal, yaitu teknik memberikan suatu dorongan langsung dan singkat terhadap segala hal yang diungkapkan klien.
·         Teknik interpretasi, yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori bukan pandangan subjektif konselor.
·         Teknik mengarahkan, yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien untuk melakukan sesuatu.
·         Teknik memimpin, yaitu teknik mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling sehingga tujuan konseling tercapai.
·         Teknik fokus, yaitu teknik membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan konseling.
·         Teknik konfrontasi, yaitu teknik konselor untuk mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur, meningkatkan potensi klien, dan membawa kepada klien kesadaran bahwa didalam dirinya terdapat konflik atau pertentangan yang harus diatasi.

K. Pelaksanaan Konseling perorangan
            Dalam pelaksanaan kegiatan konseling individu terdapat beberapa fase yang harus dilakukan yaitu :
·         Fase pertama, yaitu tahap perencanaan dengan kegiatan yang dilakukan sebagai berikut: a) mengidentifikasi klien, b)mengatur waktu pertemuan, c) mempersiapkan tempat dan fasilitas teknis penyelenggaraan, d)menyiapkan fasilitas layanan, e)menyiapkan perangkat administrasi.
·         Fase kedua, yaitu pelaksanaan kegiatan yang meliputi a)menerima klien, b)melakukan penstrukturan, c) membahas masalah klien dengan menggunakan teknik-teknik konseling, d)mendorong pengentasan masalah yang dialami klien, e)memantapkan komitmen klien terhadap hasil konseling, dan f) melakukan penilaian segera.
·         Fase ketiga yaitu melakukan kegiatan evaluasi jangka pendek dan jangka panjang terhadap hasil konseling.
·         Fase keempat yaitu melakukan analisis terhadap hasil evaluasi kegiatan konseling.
·         Fase kelima yaitu melakukan kegiatan tindak lanjut yang meliputi kegiatan : a) menetapkan arah tindak lanjut, b) mengkomunikasikan rencana tindak lanjut dengan pihak terkait, dan c)melaksanakan rencana tindak lanjut.
·         Fase keenam yaitu tahap pelaporan yang meliputi a) menyusun laporan pelaksanaan kegiatan , b)menyampaikan laporan kepada pihak sekolah atau madrasah, dan c) mendokumentasikan hasil laporan.







 
Bab 3 : Metodologi
A.Prosedur Penentuan Kasus
            Dalam melakukan penentuan kasus yang diangkat oleh mahasiswa dalam kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling terlabih dahulu dilakukan langkah-langkah kegiatan sehingga mahasiswa memperoleh kasus yang akan dientaskan melalui kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling. Prosedur pelaksanaan kegiatan untuk menemukan kasus yang akan dientaskan adalah sebagai berikut :
·         Mahasiswa mengurus perizinan kegiatan untuk diberikan kepada pihak sekolah. Dalam kegiatan studi kasus BK ini perizinan diurus oleh mahasiswa di sekretariat prgram studi Bimbingan dan Konseling di gedung dekanat Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bengkulu. Pengurusan surat izin kegiatan studi kasus untuk diberikan kepada sekolah ditandatangani oleh kepala program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Bengkulu , ibu Prof. Dr. Pudji Hartuti, M.Pd. Psikolog dan dosen pengampu mata kuliah kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling yaitu bapak Dr. Hadiwinarto , M.Psi.
·         Mahasiswa  mendatangi sekolah yaitu Sekolah yaitu SMP PGRI Kota Bengkulu yang terletak di kawasan Sawah Lebar dan menemui koordinator guru Bimbingan dan Konseling. Dalam pertemuan peneliti melakukan wawancara awal dan dari kegiatan wawancara awal diketahui bahwa sekolah ini memiliki murid sebanyak 60 orang yang terbagi dalam 4 kelas (kelas 7, kelas 8a , kelas 8b, dan kelas 9). Dan mayoritas siswa di SMP ini mengalami masalah dalam bidang intelegensi, kondisi ekonomi, dan perilaku moral sehari-hari di sekolah.
·         Dari hasil wawancara dengan Guru BK di sekolah diketahui bahwa mayoritas siswa yang mengalami masalah terdapat dikelas 8 dan 9 dengan jumlah siswa sekitar 30 siswa. Dan dari kesepakatan hasil wawancara dengan Guru BK maka siswa yang akan dipilih sebagai subjek penelitian dalam kegiatan studi kasus berasal dari siswa kelas 8 dan 9. Pertimbangan ini didasarkan pada keterangan guru BK bahwa masalah pada siswa mulai timbul saat siswa duduk di kelas 8 dan 9.
·         Setelah menyepakati kelas yang akan dipilih untuk melaksanakan kegiatan studi kasus ini maka Guru BK menunjukkan kepada mahasiswa kelompok siswa yang berjumlah sebanyak 5 orang yang memiliki permasalahan yang sangat menonjol di sekolah. Penunjukan kelompok siswa ini didasarkan pada catatan dan dokumen yang dimiliki oleh Guru BK bahwa kelima siswa ini memiliki banyak catatan perilaku buruk dan sebanyak 3 orang diantara mereka bahkan telah membuat surat perjanjian dengan pihak sekolah. 5 orang siswa yang ditunjukkan memiliki 5 macam masalah yaitu : membolos sekolah, berkelahi, berbicara kotor, hiperaktif, dan kesulitan dalam belajar.
·         Kemudian mahasiswa melakukan kegiatan wawancara awal dengan kelima siswa tersebut. Dari hasil wawancara mahasiswa dengan kelompok siswa tersebut  yang memiliki masalah kesulitan dalam belajar menarik perhatian mahasiswa untuk dilakukan pengentasan melalui kegiatan studi kasus. Hal ini didasarkan pada fakta yang diperoleh bahwa siswi tersebut dengan inisial M-C-U-S berasal dari sekolah Negeri yang kemudian dikeluarkan dan dipindahkan ke SMP PGRI Kota Bengkulu dan selama mengikuti kegiatan belajar siswi ini mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang disebabkan oleh siswi ini pada usia 14 tahun namun masih mengalami kesulitan dalam menangkap materi yang ada dalam buku bacaan, gejala ini tergolong dalam gejala disleksia atau gangguan dalam membaca. Sehingga akhirnya mahasiswa memilih siswi ini untuk dijadikan sebagai objek pengentasan kegiatan studi kasus Bimbingan dan Konseling.

B. Identifikasi Kasus
1. Gejala yang Timbul
            Berdasarkan hasil obervasi yang telah dilakukan terhadap klien , Mahasiswa menemukan beberapa gejala dari kasus gangguan belajar Disleksia yang dialami oleh klien di sekolah. Gejala-gejala yang timbul pada siswa klien antara lain :
·         Klien mendapat nilai-nilai yang berada dibawah standard KKM di sekolah terutama saat klien masih bersekolah di sekolah Negeri sehingga klien banyak mendapat nilai “merah” di sekolah negeri.
·         Klien saat masih bersekolah di sekolah negeri tidak naik kelas ke kelas VIII dikarenakan nilainya sangat dibawah standard dan catatan-catatan dari guru terhadap siswa klien ini menunjukkan klien mengalami sangat sulit untuk menerima pelajaran di sekolah sehingga sekolah negeri tempat klien bersekolah dahulu mengeluarkan klien dari sekolahnya.
·         Klien dalam kesehariannya menunjukkan sifat pendiam dan kurang peduli terhadap pelajaran. Sifat pendiam klien ini terlihat dalam interaksi yang terjadi antara klien dengan guru ketika pelajaran berlangsung di dalam kelas. Klien lebih cenderung diam dan tidak mau aktif dalam kegiatan belajar di kelas sehingga ia sering ditegur oleh guru atau ia juga pernah diperintahkan guru untuk menjawab soal yang berkaitan dengan materi pelajaran namun ia tidak mampu menjawab sehingga ia menjadi objek bahan tertawaan oleh teman-teman sekelasnya. Dalam interaksi dengan teman-temannya klien juga menunjukkan sifat pendiam. Sifat pendiam yang timbul pada diri klien dihadapan teman-temannya terjadi karena ia merasa malu sebab ia naik ke kelas VIII tetapi ia harus keluar dari sekolah asalnya di sekolah negeri dan harus pindah sekolah ke SMP PGRI yang membuat klien merasa frustasi sehingga ia menjadi pendiam di kelas dan sulit untuk belajar karena ia merasa rendah diri dan malu dihadapan teman-temannya.
·         Dalam mengikuti pelajaran di kelas klien sangat lamban dalam mengerti pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Klien pada umumnya sangat lamban dalam memahami pelajaran di kelas karena ia tidak mengerti isi dari buku paket bacaan yang diajarkan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara klien lebih mengerti penjelasan yang diberikan oleh gurunya secara langsung di papan tulis. Ketika gurunya memberikan penjelasan materi di papan tulis klien lebih mengerti dan memahami materi yang diajarkan oleh guru tetapi saat disuruh untuk belajar sendiri dan membaca buku ia merasa sangat sulit untuk memahami materi yang ada di dalam buku sehingga ia sering mendapat nilai rendah saat mengerjakan tugas atau latihan secara langsung oleh guru dan membuat ia merasa sering malu saat di dalam kelas terutama dihadapan teman-temannya.
·         Klien sering tidak masuk ke dalam kelas yang mana menurutnya ia merasa sangat malu dihadapan teman-temannya karena ia merupakan seorang siswi pindahan dari sekolah negeri yang terpaksa harus pindah karena ia tidak naik kelas dan karena gangguan belajar yang dialaminya ia sering mengalami gangguan dan ejekan yang ia terima dari teman-temannya.
·         Angka ketidak hadiran dengan tanpa alasan (alpa) klien di kelas cukup sering terjadi dimana dari dokumen daftar hadir siswa diketahui klien sering masuk hanya 3 atau 4 kali dalam seminggu. Ketika dikonfirmasi dengan klien ia mengakui bahwa ia jadi sering jarang masuk karena merasa frustasi tidak bisa memahami materi dengan baik dan ia sering merasa malu dihadapan guru yang mengajar di kelas karena sering gagal dalam menjawab pertanyaan. Hal inilah yang membuat klien jarang hadir ke sekolah.


2. keluhan-keluhan klien
            Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mahasiswa terhadap klien dalam kegiatan studi kasus diperoleh keluhan-keluhan klien yang terungkap sebagai berikut :
·         Ia sering kesulitan dalam memahami kalimat-kalimat yang ada di dalam buku teks bacaan materi pelajaran.
·         Klien sering merasa terbebani saat membuka buku pelajaran yang diajarkan oleh guru di dalam kelas. Ia merasa saat membuka buku pelajaran ia merasa sangat gelisah dan membuat isi otaknya menjadi tidak tenang sehingga ia akhirnya malas belajar dan tidak mau membuka buku.
·         Klien sering mengalami kesulitan dalam evaluasi belajar yaitu ujian mid dan ujian semester sebab ia mengerjakan soal yang merupakan kompilasi dari materi-materi yang telah di pelajari sebelumnya. Karena klien sangat sulit untuk memahami isi materi dari pelajaran maka ia sering mendapat nilai yang sangat rendah saat ujian berlangsung.
·         Klien sering tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di kelas dikarenakan ia sangat sulit dalam menyusun kata-kata yang akan dirangkai di dalam tugas sebab ia tidak mengerti isi buku materi pelajaran yang ia baca.
·         Klien merasa sudah tidak percaya diri lagi di dalam kelas dan ia merasa malu dihadapan teman-temannya karena sering tidak bisa memahami isi bacaan dengan baik dan selalu tidak bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh guru.
3. Jenis nama dan Tingkatan kasus
            Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara kasus yang dilakukan terhadap klien dirumuskan identitas kasus sebagai berikut :
·         Jenis kasus : jenis kasus yang dialami oleh siswa klien ini adalah gangguan belajar
·         Nama : nama kasus yang dialami oleh klien ini adalah gangguan belajar atau disleksia
·         Tingkatan kasus : tingkatan kasus yang dialami oleh klien ini tergolong sebagai kasus yang berat dan perlu penanganan konseling individu.




C. Rencana Intervensi Kasus
            Dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada klien dalam kegiatan studi kasus ini. Dirumuskan rencana intervensi yang akan dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien. Adapun rencana intervensi kasus yang akan dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut :
·         Bidang layanan : Bidang pengembangan pribadi
·         Jenis layanan : Konseling individu
·         Alasan : Karena masalah yang dialami oleh klien merupakan masalah yang tidak dialami oleh setiap orang dan masalah ini secara khusus dialami oleh siswa klien dan tidak dialami oleh teman-teman sekelasnya. Dari kenyataan ini mahasiswa kemudian memilih layanan konseling individu sebagai layanan yang akan diberikan kepada siswa klien yang mengalami masalah gangguan belajar berupa kesulitan dalam membaca atau Disleksia

Pendekatan
            Pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu untuk mengentaskan masalah siswa klien dalam kegiatan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
·         Jenis layanan : Konseling individu
·         Jenis pendekatan : Pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah pendekatan konseling behavioural yang menekankan pada perubahan tingkah laku.
·         Alasan : alasan pemilihan pendekatan ini dikarenakan gejala yang dialami oleh klien yaitu gejala disleksia dapat diberikan pertolongan berupa treatment-treatment yang berkaitan dengan perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh klien yang mana kebiasaan-kebiasaan klien yang malas belajar dapat diubah menjadi lebih rajin dalam belajar. Pengubahan perilaku ini difokuskan pada pendorongan dan penanaman motivasi dalam diri klien untuk mengubah perilakunya dari yang semula jarang atau tidak pernah belajar menjadi lebih teratur dan menciptakan jadwal belajar sehingga dengan sering melaksanakan kegiatan belajar maka gejala-gejala yang dialami oleh klien yang berkaitan dengan gejala disleksia dapat dikurangi atau bahkan dapat dientaskan sehingga siswa klien dapat terbebas dari gejala disleksia.
·         Tahapan-tahapan kerja , Tahapan-tahapan kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan konseling individu dengan pendekatan behavioural untuk mengentaskan masalah disleksia yang dialami oleh siswa klien adalah sebagai berikut :
Ø  Tahap pertama , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pertama ini merupakan kegiatan pembentukan atau dikenal sebagai tahap awal. Dalam kegiatan tahap ini mahasiswa membangun kedekaatan dengan klien melalui penyambutan-penyambutan yang dilakukan mahasiswa kepada klien. Dalam kegiatan tahap pertama ini mahasiswa akan menggunakan teknik umum Attending untuk menumbuhkan rasa nyaman siswa klien kepada mahasiswa sehingga siswa klien dapat mengungkapkan semua hal yang dialaminya dalam kegiatan konseling.
Ø  Tahap kedua , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap kedua ini yaitu pembangunan struktur kegiatan konseling antara klien dengan mahasiswa dalam kegiatan studi kasus ini. Pembangunan struktur kegiatan ini perlu dilakukan agar siswa klien mengetahui alur dari kegiatan konseling dan ia dapat memahami setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses konseling individu. Dengan memahami setiap tahapan dalam kegiatan konseling individu membuat klien merasa aktif dalam kegiatan konseling sehingga ia dapat mengeluarkan semua peristiwa yang dialaminya dan mengikuti apa yang diarahkan oleh mahasiswa.
Ø  Tahap inti , dalam kegiatan tahap inti ini dilakukan kegiatan konseling individu. Kegiatan konseling individu ini dilakukan untuk mengungkap semua hal yang dialami siswa dan memberikan treatment-treatment yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh siswa. Dalam kegiatan konseling individu ini diterapkan teknik-teknik umum kegiatan konseling (dipaparkan dalam tinjauan teori) dan teknik-teknik khusus yang ada dalam pendekatan konseling behavioural yang menekankan pada pengubahan perilaku yang dari yang malas belajar menjadi memiliki pola belajar sehingga ia dapat mengurangi gejala disleksia yang dialaminya.
Ø  Tahap penutup , dalam kegiatan tahap penutup ini mahasiswa bersama klien membangun kesimpulan akhir dari kegiatan konseling individu yang dilakukan. Setelah membangun kesimpulan maka dilakukan evaluasi atas kegiatan konseling yang telah berlangsung dimana letak kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan konseling. Setelah itu mahasiswa merumuskan tindak lanjut dari kegiatan konseling lalu jika merasa masih diperlukan konseling kembali maka dibuat perjanjian untuk melakukan proses konseling kembali. Setelah itu konselor mengakhiri proses konseling individu dengan pendekatan behavioural.































Bab 4 : Hasil Studi Kasus
A.Data Kasus
            Data kasus merupakan data yang berhubungan dengan kasus yang dialami oleh konseli saat ini. Dalam pembahasan kasus masalah disleksia ini , Mahasiswa memperoleh data kasus dengan menggunakan dua sumber yaitu hasil wawancara secara langsung dengan siswa klien dan buku rapor siswa klien. Dari kedua sumber tersebut diuraikan data kasus yang dialami klien sebagai berikut :
Data hasil wawancara
Pertanyaan
Jawaban
Bagaimana kondisi sehari-hari dirumah ?
Kondisi keseharian di rumah klien sama seperti kondisi rumah pada umumnya. Rumah klien terletak di pemukiman padat di Jalan mahoni dan lingkungan rumah klien cukup padat oleh kerumunan penduduk yang banyak beraktivitas pada siang hari. Kondisi peralatan rumah cukup tersedia seperti televisi, kulkas, dan kursi tamu. Klien sendiri memiliki kamar yang dibagi dua dengan adik bungsunya yang perempuan sehingga klien tidur dan beristirahat di kamar bersama dengan adik bungsunya. Dirumah klien sendiri cukup ramai karena ia dan ketiga saudaranya masih dalam usia sekolah dan mereka sekeluarga masih berkumpul dalam satu rumah.
Bagaimana perhatian orang tua terhadap anda ?
Perhatian orangtua klien cukup baik terutama dari sang ibu, hanya saja ibu klien tidak bisa fokus dalam memperhatikan klien karena ia juga harus memperhatikan dua saudara klien yang juga masih bersekolah dan ibu klien juga saat ini sangat terfokus pada adik bungsu klien yang masih berusia 3 tahun karena adik bungsu klien sedang dalam masa pertumbuhan dan cukup aktif bergerak di rumah sehingga sang ibu sangat fokus dengan anak bungsunya. Perhatian ibu klien terhadap klien hanya berbentuk menyiapkan sarapan sebelum pergi sekolah, membereskan dan mencuci pakaian sekolah klien, memberikan uang jajan kepada klien , dan saat ada pemanggilan di sekolah berkaitan dengan masalah klien maka sang ibu yang datang dan menemui guru di sekolah. Sedangkan perhatian dari ayah klien kurang karena ia sibuk bekerja pada pagi hari menyapu jalan, kemudian pada siang hari ia pergi ke pasar menjadi buruh angkut barang , dan pada sore hari ayah klien kembali menyapu jalan sehingga perhatiannya hanya sebatas memberikan uang sekolah dan jajan klien melalui ibu klien.
Bagaimana kesulitan belajar yang ditemui di rumah ?
Kesulitan belajar yang ditemui klien dirumah berdasarkan hasil wawancara antara lain : tidak tersedianya ruangan khusus belajar bagi klien di rumah, klien sering mendapat gangguan dari adik bungsunya saat ia sedang mengerjakan Pr dan berakibat klien sering diperintah oleh ibunya untuk menjaga adik bungsunya, dan klien tidak memiliki tempat untuk bertanya dirumah apabila ia menemui kalimat-kalimat dalam buku teks bacaan yang ia tidak mengerti maksud dari teks bacaan tersebut sehingga membuat klien jadi malas mengerjakan tugas di rumah dan sering membuatnya di sekolah. Klien sering tidak mendapat bantuan belajar di rumah karena ayah dan ibunya hanya menamatkan pendidikan pada jenjang SMP sedangkan saudara tertuanya yang saat ini duduk di kelas XI SMA jarang berada di rumah dan membantu adiknya dalam belajar.
Apa keluhan klien terhadap orangtuanya di rumah ?
Dari hasil wawancara terungkap keluhan klien terhadap orangtuanya di rumah yaitu ia merasa orangtuanya terutama sang ibu sangat mengganggu dirinya dalam belajar terutama karena ia sering diperintahkan untuk mengasuh adik bungsunya dan sang ibu akan marah jika klien menolak untuk membantunya mengasuh adik bungsunya sehingga membuat klien sering kesal terhadap ibunya dan juga sang ibu sering tidak tahu dan membantu klien dalam belajar karena tingkat pendidikan ibunya yang rendah sehingga klien merasa ia hanya berjuang sendiri belajar dengan kekurangan yang dialaminya dan orangtuanya tidak dapat membantu dirinya sama sekali.
Bagaimana kondisi sehari-hari di sekolah ?
Kondisi sehari-hari klien di sekolah berdasarkan hasil wawancara secara umum sama dengan kondisi teman-teman sekelasnya pada umumnya di sekolah tersebut. Hanya saja dalam keseharian klien merasa sedikit risih dengan teman-temannya di kelas karena ia sering ditanya mengapa ia pindah ke sekolah swasta setelah sebelumnya ia bersekolah di sekolah negeri. Selain itu klien merasa kurang nyaman di sekolah barunya ini karena ia sering menjadi bahan tertawa teman-temannya karena ia sering tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh gurunya disebabkan klien tidak mengerti akan maksud dari kalimat-kalimat yang ada dalam buku teks bacaan.
Apa yang dirasakan saat belajar ?
Berdasarkan hasil wawancara klien menyatakan bahwa ia sebenarnya sangat bersemangat untuk belajar di kelas akan tetapi ia rasa semangatnya itu menjadi turun karena ia sangat sulit mengerti isi bacaan buku teks pelajaran yang berakibat ia tidak dapat mengikuti pelajaran dengan maksimal dan mendapat nilai yang rendah ketika dilakukan evaluasi oleh guru. Hal ini yang mendorong timbulnya rasa malas untuk belajar pada diri klien.
Kesulitan-kesulitan apa yang ditemui saat belajar ?
Kesulitan yang ditemui klien dalam belajar berdasarkan hasil wawancara adalah ia tidak dapat memahami dengan cepat isi materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Materi pelajaran yang tidak dapat dikuasai oleh klien seringkali tidak terpantau oleh guru dan para guru langsung menuju ke materi berikutnya tanpa memperhatikan klien yang belum mengerti secara utuh materi yang diajarkan guru didalam kelas. Hal ini merupakan kesulitan utama yang ditemui klien saat belajar.
Apa yang dirasakan saat mengalami kesulitan belajar ?
Yang dirasakan oleh klien saat ia mengalami kesulitan belajar adalah perasaan sedih karena ia tidak bisa mengerti dengan baik materi yang diajarkan oleh guru di dalam kelas dan sering dimarahi oleh guru karena lambatnya ia dalam mengerti pelajaran yang diajarkan dikelas, kemudian perasaan jengkel kepada teman-temannya yang sering mendesaknya untuk memahami secara cepat bacaan yang akan dibahas secara berkelompok sehingga klien merasa dirinya menjadi sasaran ejekan temannya dalam kelompok, dan perasaan malu dan hilang percaya diri karena klien sering mendapat nilai yang rendah serta selalu gagal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang pelajaran yang diajukan oleh guru.
Kapan anda mulai belajar membaca ?
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh klien bahwa ia pertama kali belajar membaca pada saat duduk di jenjang TK dan sebelum masuk TK klien tidak pernah sekalipun belajar membaca karena kedua orangtuanya saat itu jarang berada di rumah dan mengajarinya baca tulis awal dan juga klien saat masih belajar membaca ia jarang mengulang pelajaran yang diterima dari sekolah dan yang melatih membaca klien adalah guru sehingga kemampuan membaca yang dimiliki oleh klien menjadi terbatas.
Siapa yang mengajari dan melatih anda untuk membaca ?
Berdasarkan jawaban yang diberikan klien yang membimbing dan melatih dirinya untuk belajar membaca adalah guru-gurunya saat masih duduk di jenjang TK dan SD akan tetapi jumlah guru pada saat itu minim, maka perhatian guru dalam mengajari klien membaca menjadi terbelah dan tidak fokus dalam melatih klien memahami bacaan hal ini semakin diperparah dengan kurangnya perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar klien.
Apakah menurut anda guru yang mengajar di kelas semakin menambah kesulitan belajar anda ?
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap klien diketahui bahwa hal ini tergantung guru yang mengajarnya di kelas apabila guru yang mengajar cara mengajarnya baik dan membimbing klien dengan baik serta penuh kesabaran maka klien menyatakan hal itu akan mengurangi rasa kesulitan belajar yang dialaminya , akan tetapi jika guru yang mengajar tidak sabar dan cara mengajarnya tidak baik menurut klien maka yang terjadi adalah sebaliknya beban kesulitan belajarnya akan semakin bertambah bahkan ia tidak bisa menangkap materi pelajaran yang diberikan hingga akhirnya klien lebih memilih untuk meninggalkan kelas saat pelajaran guru tersebut berlangsung.
Bagaimana cara anda memahami materi yang diajarkan ?
Cara yang digunakan untuk memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru didalam kelas adalah dengan meminta teman yang lebih mengerti tentang materi yang diajarkan untuk menjelaskannya kembali kepada klien menurut bahasa temannya tersebut akan tetapi penjelasan yang didapat oleh klien terbatas pada pemahaman teman yang menerangkan materi, selain itu klien juga berusaha untuk membaca dan memahami sendiri isi buku akan tetapi itu sangat sulit untuk dilakukan sebab klien harus terlebih dahulu mahami kalimat dalam bacaan satu persatu tidak bisa seperti pada orang umumnya yang bisa memahami per kalimat dalam bacaan.
Kesulitan apa yang dirasakan saat anda berusaha memahami materi dalam buku bacaan ?
Kesulitan yang ditemui dalam usaha untuk memahami materi yang diajarkan di dalam kelas adalah ia tidak dapat memahami kata-kata yang telah tersusun menjadi satu kalimat secara baik sehingga untuk memahaminya klien harus terlebih dahulu harus menguraikan kata-kata dalam kalimat satu per satu baru ia dapat mehami materi dalam buku bacaan
Bagaimana dengan intensitas belajar anda ?
Berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh klien bahwa kegiatan belajarnya tidak teratur tetapi yang paling sering dilakukan oleh klien adalah belajar hanya saat menjelang ulangan harian atau ulangan umum. Dengan kekurangan yang dimiliki klien dalam belajar membuat dirinya menjadi sulit untuk memahami bacaan materi pelajaran yang berakibat nilai yang didapat rendah
Apakah anda memiliki jadwal belajar di rumah?
Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh klien diketahui bahwa ia tidak memiliki jadwal tersendiri dalam belajar dirumah dan ia hanya belajar saat menjelang ulangan saja.
Bagaimana cara anda saat belajar di kelas ?
Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari klien cara belajarnya sesuai dengan apa yang dilakukan oleh teman-teman sekelasnya yaitu dengan memperhatikan guru mengajar, mengerjakan latihan, dan membuat pekerjaan rumah yang diberikan guru hanya saja klien cukup lambat dalam memahami pelajaran karena gangguan belajar yang dialaminya.
Bagaimana cara membaca klien saat belajar didalam kelas ?
Cara membaca yang dilakukan klien saat berada didalam kelas adalah dengan membaca perlahan-perlahan dengan menguraikan kata-kata dalam kelimat buku teks pelajaran sehingga waktu membaca yang dibutuhkan menjadi sangat lama dan seringkali saat ia belum mengerti makna dari teks pelajaran akan tetapi harus melanjutkan kembali ke mata pelajaran berikutnya.
Kesulitan apa yang ditemui saat membaca di dalam kelas ?
Kesulitan yang ditemui saat membaca didalam kelas adalah gangguan yang dialami oleh klien terutama dari suara-suara teman-temannya yang ada di dalam kelas. Klien yang berusaha untuk memahami bacaan dengan menguraikan satu-satu per satu kata dalam kalimat terganggu oleh keributan yang dibuat teman sekelas dan juga ia sering menerima ejekan dari teman sekelasnya sehingga ia menjadi malu untuk belajar memahami kalimat dalam buku teks bacaan.
Bagaimana semangat anda ketika membaca buku teks pelajaran ?
Dari hasil wawancara klien sebenarnya memiliki semangat yang baik untuk membaca buku pelajaran guna menambah ilmu pengetahuan akan tetapi semangatnya menjadi turun karena kesulitannya dalam memahami isi buku pelajaran, ejekan yang sering ia terima dari teman sekelasnya dan juga perasaan bosan yang ada dalam dirinya untuk terus belajar dan berusaha memahami isi dari buku teks pelajaran.
Apa harapan yang sebenarnya anda harapkan saat ini ?
Berdasarkan hasil wawancara harapan yang saat ini diharapkan oleh klien adalah ia dapat memahami buku teks pelajaran dengan baik, dapat memperbaiki nilai-nilai belajarnya yang rendah, dapat memperoleh kehidupan dan suasana pendidikan yang lebih baik dari saat ini, memiliki teman-teman yang dapat membantu mengatasi masalah belajar, mendapatkan perhatian dari orangtua , dan dapat mengejar kehidupan yang lebih baik dimasa depan.

B. Analisis Kasus
1. Analisis Konten
            Berdasarkan hasil dari kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap klien maka permasalahan yang dialami oleh klien ini adalah ia mengalami kesulitan dalam belajar yang disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam memahami kalimat yang ada dalam buku teks bacaan sehingga ia tidak mampu memahami materi belajar dengan baik seperti teman-teman sekelasnya sehingga ia tidak dapat menyesuaikan pelajaran dengan teman-teman sekelasnya. Gangguan belajar yang dialami oleh siswa klien mengakibatkan ia sering mendapat nilai ulangan yang rendah, mengalami ketinggalan pelajaran dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya, tidak naik kelas dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah asalnya dan pindah ke SMP PGRI Bengkulu agar bisa naik ke kelas VIII, merasa rendah diri dan menganggap semua teman-teman sekelasnya jahat serta selalu mengejeknya, mengalami perasaan frustasi hingga menjadi seorang anak yang pendiam , dan tingkat kehadirannya di sekolah rendah sebagai akibat perasaan bosan yang dialami oleh klien terhadap kehidupan sekolah. Dari latar belakang keluarga sendiri klien dihadapi dengan situasi orangtuanya berasal dari golongan ekonomi rendah dan memiliki taraf pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat membantu klien dalam belajar, perhatian dari orangtua yang kurang karena sang ayah sibuk dengan pekerjaannya dan sang ibu yang sangat terfokus pada adik bungsunya yang berusia balita, tidak dapat meminta bantuan dalam belajar kepada sang kakak karena jarang berada di rumah, belajar sering mendapat gangguan dari adik bungsunya ketika belajar, dan tidak memiliki fasilitas yang mendukung dalam belajar mengakibatkan klien tidak fokus belajar dan menjadikan ia malas belajar serta tidak mau berusaha untuk mengatasi gangguan belajar yang dialaminya.



2.  Analisis Logis
            Dalam kasus yang dialami oleh siswa klien M-C-U-S diusianya yang sudah mencapai 14 tahun seharusnya siswi ini sudah tidak mengalami lagi gangguan belajar terutama dalam kegiatan membaca. Dalam usia yang sudah menginjak 14 tahun siswi ini seharusnya sudah dapat membaca dengan baik dan tidak lagi kesulitan dalam memahami bacaan-bacaan yang ada didalam buku sehingga sudah dapat belajar secara mandiri dan mampu mengerjakan tugas-tugas yang sudah diberikan oleh guru dengan memahami sendiri bacaan yang ada di dalam buku sebab anak dalam usia 14 tahun sudah mampu memutuskan segala dan mengambil pemahaman secara mandiri dan mampu membangun komunikasi dengan baik sehingga merasa tidak sungkan lagi saat meminta bantuan kepada teman-teman dikelasnya. Selain itu diusia yang sudah menginjak 14 tahun dan sudah duduk di kelas VIII klien seharusnya sudah sangat aktif dalam kegiatan di sekolah baik kegiatan belajar maupun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah dan klien seharusnya sedang dalam masa puncak “keemasan” masa sekolah karena berada di kelas VIII yang belum terkena beban ujian akhir dan sudah terlepas dari imej sebagai siswa baru di sekolah. Hanya saja yang sangat disayangkan adalah dengan permasalahan belajar yang dialami oleh klien mengakibatkan ia menjadi tidak maksimal dalam belajar dan tidak aktif dalam kegiatan belajar di kelas maupun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di dalam sekolah.

3. Analisis Comparative
            Dalam kasus yang dihadapi oleh siswa klien M-C-U-S harapan yang diinginkan oleh klien adalah dapat memiliki kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya saat ini, menginginkan perhatian yang lebih banyak dari orangtua terhadap dirinya, dapat memahami dengan baik setiap isi bacaan yang pelajaran yang ada di dalam buku teks pelajaran, dapat belajar secara mandiri, dan dapat mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang pramugari. Namun dalam memenuhi semua keinginan pribadi yang dimilikinya klien harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya dihadapkan pada beberapa masalah untuk mencapai keinginan pribadinya. Masalah-masalah yang dihadapi oleh siswa klien antara lain : kehidupan ekonomi keluarganya yang kurang mampu, perhatian yang diberikan oleh kedua orangtuanya hanya sebatas pemberian materi tidak lebih, tidak memiliki sosok yang mampu membimbingnya untuk dapat belajar dengan baik, sering mendapat gangguan sehingga menjadi tidak fokus dalam belajar, kehilangan rasa percaya diri dalam kehidupannya, dan mengalami gangguan belajar sehingga hambatan-hambatan ini jika tidak mampu teratasi dengan baik oleh klien maka akan mengakibatkan klien sulit untuk mencapai harapan-harapan yang ada didalam dirinya saat ini.

C. Diagnosis
            Diagnosis merupakan upaya untuk mengenal, menetapkan, atau menentukan sifat, serta hakekat dalam suatu peristiwa melalui pengamatan terhadap gejala yang ditunjukkan oleh klien.
1.Essensi Masalah
            Essensi masalah yang dihadapi oleh klien dalam kasus yang diangkat mahasiswa dalam kegiatan studi kasus ini terdapat 3 pokok masalah utama, yaitu :
·         Klien mengalami gangguan dalam masalah belajar yang mengakibatkan klien mengalami kesulitan belajar. Gangguan belajar yang dialami oleh klien tergolong dalam gejala Disleksia sebab klien mengalami kesulitan dalam memahami makna dari bacaan-bacaan yang ada dalam buku teks pelajaran sehingga klien menjadi sangat terbebani dalam belajar, tidak mampu menyamai teman sekelasnya dalam mengikuti pelajaran, selalu mendapatkan nilai yang rendah, dan sering mendapat teguran dari guru karena nilai yang didapat selalu dibawah standard kelulusan.
·         Klien merasa tidak memiliki rasa percaya diri untuk mengikuti kegiatan pelajaran bersama teman-teman sekelasnya di kelas karena merasa gangguan belajar yang dimilikinya membuat ia menjadi sasaran ejekan dari teman-teman sekelasnya. Akibat dari pemikiran yang timbul dalam diri klien ini ia menjadi malas untuk belajar baik itu dirumah atau disekolah dan dirinya sering tidak hadir untuk mengikuti kegiatan belajar disekolah.
·         Klien tidak menemukan orang atau teman yang dapat membantu masalah yang dihadapinya. Hal ini terjadi karena kedua orangtua klien tidak memiliki waktu untuk membimbingnya belajar karena kehidupan ekonomi yang tergolong menengah ke bawah sehingga harus bergulat bekerja setiap hari. Tidak  ada saudara atau anggota keluarga yang membantu klien dalam belajar. Teman-teman yang klien temui disekolah juga dianggapnya tidak terlalu banyak membantu dirinya dalam belajar sebab itulah klien menjadi malas belajar dan tidak mau mengatasi permasalahan belajar yang dialaminya karena tidak ada sosok yang dapat membimbingnya.


2. Latar belakang masalah  
            Latar belakang masalah yang dihadapi oleh klien dalam pembahasan studi kasus ini diawali dari keadaan klien yang berasal dari keluarga golongan menengah ke bawah yang mana klien di rumah tidak terlalu mendapat perhatian yang penuh dari kedua orangtuanya. Orangtua klien hanya tahu mereka harus memenuhi kebutuhan materi keluarganya sehingga orangtua klien bekerja keras demi anaknya setiap hari akan tetapi mereka kurang memperhatikan pendidikan dan perkembangan yang terjadi pada diri klien. Beranjak dari keadaan tersebut klien sejak usia kanak-kanak tidak terlalu dikenalkan terlebih dahulu dengan kemampuan membaca oleh ibunya karena sang ibu sibuk mengurus dua adik klien dan ia menyerahkan anaknya untuk belajar membaca langsung kepada guru saja yang ada di sekolah  dan tidak membimbing anak-anaknya untuk belajar kembali setelah pulang sekolah. Hal ini mengakibatkan pengetahuan membaca yang dimiliki oleh klien menjadi terhambat dan tidak dapat dikuasai secara maksimal oleh klien. Akibatnya saat memasuki sekolah dasar klien hanya mendapat nilai yang pas-pasan di kelasnya dan tidak memiliki prestasi akademik yang baik. Hal ini terjadi karena klien bingung dalam menangkap maksud dari buku bacaan yang ia baca di sekolah. Hal ini berujung pada saat lulus klien hanya mampu lulus dengan nilai-nilai pas-pasan dan diterima di SMP Negeri di Kota Bengkulu. Saat duduk di bangku SMP klien merasa semakin tidak mengerti akan pelajaran yang dihadapinya dan ia juga tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik terhadap cara belajar di SMP yang menuntut lebih banyak keaktifan siswa dalam belajar. Saat di SMP klien juga harus menghadapi penjelasan guru yang singkat dalam menerangkan materi pelajaran dan ia tidak sanggup menghadapi semua ini sehingga klien tidak naik kelas dan akibatnya ia harus pindah dan akhirnya melanjutkan pendidikannya di sekolah swasta yaitu di SMP PGRI Bengkulu.

3. Penyebab utama masalah
            Berdasarkan pada dua uraian sebelumnya, penyebab utama masalah yang dialami oleh klien adalah sebagai berikut :
·         Keterampilan yang dimiliki oleh klien dalam membaca sangat terbatas hal ini disebabkan oleh pelatihan dan bimbingan yang diterima oleh klien saat belajar membaca di jenjang TK dan sekolah dasar sangat kurang sebab klien hanya menerima latihan membaca yang diajarkan oleh guru yang ada di sekolah dan tentunya dalam mengajarkan membaca kepada anak muridnya para guru tersebut tidak hanya terfokus pada satu anak saja  akan tetapi guru juga harus memperhatikan anak-anak muridnya yang lain. karena klien hanya diajarkan membaca oleh guru dan tidak mendapat bimbingan dari orangtuanya maka kemampuan yang dimiliki menjadi terbatas sehingga klien yang tidak dibiasakan untuk berlatih membaca oleh orangtuanya sejak kecil menjadi mengalami kesulitan dalam memahami arti bacaan yang ada didalam buku teks pelajaran.
·         Rasa malas yang dimiliki oleh klien dalam belajar diakibatkan oleh kebiasaan klien yang sering tidak hadir dalam kegiatan belajar disekolah dan jarang untuk membaca atau mengulang pelajaran dirumah. Rasa malas ini hadir disebabkan oleh kesulitan yang dialami oleh klien dalam memahami bacaan buku teks pelajaran yang ada di sekolah. Selain itu rasa malas untuk belajar ini sendiri timbul karena banyaknya gangguan belajar yang diterima oleh siswa klien saat berusaha untuk meningkatkan kemampuannya memahami bacaan di rumah. Gangguan yang diterima oleh klien di rumah mengakibatkan klien menjadi tidak terbiasa untuk membaca dan akhirnya membuat gejala disleksia yang dialami oleh klien menjadi tidak tertangani dengan baik.
·         Gangguan yang diterima oleh Klien saat ia hendak belajar di rumah. Dalam hal ini gangguan itu datang dari Ibu klien yang sering memerintahkan klien untuk membantunya menjaga adik bungu klien yang berusia 3 tahun. Hal ini mengakibatkan klien menjadi malas untuk belajar karena dirinya kadang sudah merasa letih sehabis menjaga adik bungsunya sehingga mengakibatkan klien akhirnya tidak jadi belajar dan memilih untuk segera tidur sehingga akibatnya klien sering tidak mengerjakan tugas dari sekolah karena lupa.

4. Dinamika Psikis Konseli
            Dinamika psikis konseli adalah dinamikaa yang berbentuk perilaku yang ditunjukkan oleh Konseli saat proses Konseling berlangsung. Dinamika yang ditunjukkan oleh Klien selama proses konseling terbagi menjadi 2 yaitu:
Dinamika Psikis konseli yang positif
            Dinamika positif yang ditunjukkan oleh siswa klien yaitu M-C-U-S adalah sebagai berikut :
·         Mau terbuka dan jujur dalam menceritakan semua masalah yang dialaminya terkait dengan gangguan belajar Disleksia
·         Mampu membangun komunikasi yang baik dengan mahasiswa saat dilakukan proses kegiatan konseling.
·         Mampu memberikan jawaban yang lugas dan tepat saat dilakukan proses wawancara konseling.
·         Tidak mudah tersinggung selama dalam proses wawancara konseling
·         Memiliki tujuan hidup dan harapan yang jelas serta tidak berlebihan, dan
·         Memiliki keinginan untuk memperbaiki dirinya menjadi lebih baik.
Dinamika psikis konseli yang negatif adalah :
·         Dalam menyikapi masalah yang dialaminya , konseli lebih cenderung pasrah dan tidak mau berusaha untuk menyelesaikan masalahnya.
·         Konseli tidak memiliki sikap yang tegas dalam menghadapi setiap gangguan belajar yang datang padanya.
·         Konseli cepat menyerah dan tidak sabar setiap kali ia berusaha untuk berlatih dan meningkatkan kemampuannya dalam memahami bacaan yang ada dalam buku teks pelajaran.
·         Konseli tidak mau terbuka kepada orang-orang yang ada disekitarnya terhadap masalah yang dialaminya.
·         Konseli salah dalam memilih cara mengatasi masalah yang dialaminya , dengan membolos dari sekolah konseli bukan menyelesaikan masalah tetapi malah menambah masalah yang dihadapinya.
·         Konseli kurang memiliki gairah dalam hidupnya dan lebih banyak menampilkan ekspressi wajahnya yang suram.

D. Prognosis
1. Alternatif  Pemecahan
            Dalam menangani masalah yang dihadapi oleh klien yaitu M-C-U-S dalam masalah Disleksia, Mahasiswa mengajukan beberapa alternatif pemecahan yang akan dilakukan terhadap siswa M-C-U-S adalah sebagai berikut :
·         Mahasiswa akan melakukan layanan informasi yang akan diberikan kepada siswi M-C-U-S. Materi layanan informasi yang akan diberikan kepada siswi klien ini berisi tentang bagaimana keterampilan membaca yang baik, ilmu-ilmu yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan membaca, bagaimana cara membaca yang cepat dan akurat, memberikan informasi tentang upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca , dan penyampaian layanan informasi ini diberikan secara individu kepada kepada klien di ruangan khusus yang tersedia di sekolah.
·         Mahasiswa akan memberikan latihan-latihan membaca yang akan dilakukan oleh klien. Latihan ini dipadukan dengan kegiatan konseling individu dimana klien akan diberikan semacam latihan-latihan untuk meningkatkan kemampuan memahami bacaan. Pemberian latihan ini dilakukan pada pertemuan kedua dengan klien dan pengajaran  dilakukan dengan sangat hati-hati terutama dalam penyusunan kata-kata yang akan diberikan kepada klien untuk tetap menjaga perasaan klien.
·         Mahasiswa akan memberikan layanan konseling secara individu kepada klien. Dalam kegiatan konseling individu ini mahasiswa akan melakukan pengumpulan-pengumpulan data tentang apa yang sebenarnya terjadi pada klien, penyebab terjadinya masalah, latar belakang klien, dukungan keluarga terhadap klien, cara belajar klien, dan pemahaman yang diperoleh oleh klien selama menempuh pendidikan selama ini. Setelah mendapat semua data melalui kegiatan konseling langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah memberikan treatment-treatment kepada klien dengan cara membangkitkan motivasi klien untuk membaca, mengembalikan rasa percaya diri klien, dan memberikan beberapa teknik-teknik yang dapat digunakan oleh klien untuk meningkatkan kemampuan membacanya. Penyelesaian masalah dengan konseling individu direncanakan akan dilakukan selama 2 pertemuan.

2. Pendekatan
            Dari alternatif-alternatif pemecahan masalah yang diajukan. Mahasiswa memilih untuk fokus menggunakan kegiatan konseling individu untuk membantu klien dalam menangani masalah belajar Disleksia yang dialaminya. Dalam penanganan menggunakan layanan konseling individu, model konseling yang dipilih oleh mahasiswa adalah model konseling behavioural. Konseling behavioural sendiri berasal dari pendapat beberapa ahli yaitu :
·         Skinner (1953) menyatakan bahwa perilaku seorang individu dipengaruhi oleh dua pengkondisian yang diterimanya. Pengondisian klasik yang timbul setelah individu merespons stimulus organisme yang telah diketahui dan pengkondisian operan dimana proses pengubahan perilaku seorang individu muncul setelah mendapat semacam ganjaran atau hukuman.
·         Bandura (1977) menyatakan bahwa manusia tidak perlau mengalami atau melakukan suatu hal sebelum ia mempelajari sesuatu. Seorang manusia dapat belajar melalui pengamatan terhadap orang lain atau melihat contoh yang sudah ada.
·         Pavlov , Tokoh ini menyatakan bahwa perilaku seorang individu dapat dikontrol melalui suatu rangsangan tertentu yang dinamakan conditioning (pembiasaan).
Konseling bahavioural sendiri merupakan model konseling yang menekankan pada perubahan perilaku seorang individu untuk mengatasi masalah yang dialaminya.
            Konseling behavioural sendiri memiliki konsep dasar yaitu perilaku dipandang sebagai respons terhadap stimulasi perangsangan eksternal dan internal. Karena itu tujuan konseling adalah memodifikasi koneksi-koneksi dan metode-metode stimulus respons (S-R) sedapat mungkin. Kontribusi terbesar konseling behavioural adalah bagaimana memodifikasi perilaku melalui rekayasa lingkungan sehingga terjadi proses belajar untuk perubahan perilaku. 
            Konseling behavioural sendiri memiliki beberapa konsep dasar yang menjadi dasar pendekatan yaitu :
·         Manusia adalah makhluk reaktif yang perilakunya dikontrol oleh faktor-faktor dari luar.
·         Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
·         Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya.
·         Perilaku dipelajari ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan hukum-hukum belajar yaitu : a) pembiasaan klasik , b) pembiasaan operan, c)dan peniruan.
·         Perilaku tertentu pada individu dipengaruhi oleh kepuasaan dan ketidakpuasaan yang diperolehnya.
·         Perilaku manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan perilaku.
Konseling behavioural sendiri memiliki beberapa karakteristik, adapun karakteristiknya adalah sebagai berikut :
·         Berfokus pada tingkah perilaku yang tampak dan spesifik
·         Memerlukan kecermatan dan perumusan tujuan konseling
·         Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien
·         Dan memiliki penilaian yang objektif terhadap tujuan konseling
Model konseling behavioural sendiri memiliki beberapa kelebihan, kelebihan-kelebihan konseling behavioural adalah sebagai berikut :
·         Dengan memfokuskan pada perilaku khusus untuk meyakinkan klien bahwa ia dapat berubah , konselor dapat membantu klien ke arah pengertian yang lebih baik terhadap apa yang harus dilakukan sebagai proses konseling.
·         Dengan menitik beratkan pada tingkah laku khusus, memudahkan konselor dalam menentukan kriteria keberhasilan proses konseling.
·         Memberikan peluang pada konselor untuk menggunakan berbagai teknik khusus untuk menghasilkan perubahan perilaku pada diri klien.
Konseling behavioural sendiri memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling. Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam konseling behavioural adalah :
·         Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar
·         Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
·         Memberi pengalaman belajar yang adaptif dan dapat dipelajari
·         Membantu konseli membuang respon-respon lama yang merusak diri yang adaptif dan merusak diri dan menggantinya dengan respon baru yang lebih sehat dan sesuai (Adjuctive)
·         Konseli mampu mempelajari perilaku yang baru dan mengeliminasi perilaku yang maladaptive, memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan.
·         Penetapan tujuan konseling yang telah disepakati bersama antara konselor bersama klien.
Dalam model konseling behavioural asumsi-asumsi yang menyatakan seorang individu memiliki masalah adalah sebagai berikut :
·         Perilaku bermasalah adalah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
·         Perilaku yang salah pada hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
·         Manusia bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon perilaku negatif dari lingkungannya perilaku maladaptive (salah menyesuaikan diri) terjadi juga karena kesalahpahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
·         Seluruh perilaku manusia didapat dengan cara belajar dan perilaku tersebut dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip belajar
Konseling behavioural sendiri merupakan proses belajar dimana konselor membantu terjadinya proses belajar tersebut. Oleh karena itu konselor harus aktif :
·         Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahan masalahnya atau tidak.
·         Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling.
·         Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasil jegiatan konseling.
Dalam menggunakan model konseling behavioural , terdapat prinsip-prinsip kerja yang harus diperhatikan oleh konselor. Prinsip-prinsip kerja konseling behavioural adalah :
·         Memodifikasi perilaku melalui pemberian penguatan. Agar klien terdorong untuk mengubah perilakunya. Penguatan hendaknya mempunyai daya yang cukup kuat dan dilaksanakan secara sistematis dan nyata-nyata ditampilkan dalam perilaku klien.
·         Mengurangi frekuensi berlangsungnya perilaku yang tidak diinginkan.
·         Memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya munculnya perilaku yang tidak diinginkan.
·         Mengkondisikan perubahan perilaku melalui pemberian contoh.
·         Merencanakan prosedur pemberian penguatan terhadap perilaku yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatannya dapat berbentuk ganjaran materi atau keuntungan sosial.
Langkah-langkah yang harus ditempuh oleh konselor dalam menggunakan model konseling behavioural adalah :
·         Assesment, yaitu langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi perkembangan dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, perilaku penyesuaian, dan area masalahnya). Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk rnengidentifikasi metode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan perilaku yang ingin diubah.
·         Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a) Konselor dan klien mendefinisikan masalah yang dihadapi klien; (b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien: apakah merupakan tujuan yang benar‑benar yang dimiliki dan diinginkan klien; apakah tujuan itu realistik; kemungkinan manfaatnya; dan kemungkinan  kerugiannya. Selanjutnya, konselor dan klien membuat keputusan apakah melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai atau melakukan referal.
·         Teknik implementation, yaitu menentukan   dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai perilaku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
·         Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
·         Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
Dalam menggunakan model konseling behavioural terdapat beberapa teknik khusus yang digunakan dalam konseling ini. Teknik-teknik yang digunakan adalah :
·         Latihan Asseritf , Teknik ini digunakan untuk melatih  klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan, mengungkapkan afeksi (sikap) dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan  adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan.
·         Desentisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokuskan  bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang diperkuat secara negatif dan secara negatif dan menyertakan respons yang berlawanan n dengan perilaku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi pada hakikatnya merupakan teknik rileksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif; biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
·          Pengkondisian aversi,Pengkondisian dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Selain itu teknik ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidakdikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
·         Pembentukan perilaku model , Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

D. Treatment (intervensi Konseling)
            Dalam mengatasi permasalahan yang timbul pada klien dalam kegiatan studi kasus ini. Dirumuskan rencana intervensi yang akan dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien. Adapun rencana intervensi kasus yang akan dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut :
·         Bidang layanan : Bidang pengembangan pribadi
·         Jenis layanan : Konseling individu
·         Alasan : Karena masalah yang dialami oleh klien merupakan masalah yang tidak dialami oleh setiap orang dan masalah ini secara khusus dialami oleh siswa klien dan tidak dialami oleh teman-teman sekelasnya. Dari kenyataan ini mahasiswa kemudian memilih layanan konseling individu yang dilakukan kepada klien sebagai layanan yang akan diberikan kepada siswa klien yang mengalami masalah gangguan belajar berupa kesulitan dalam membaca atau Disleksia
·         Pendekatan
            Pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu yang dilakukan mahasiswa  untuk mengentaskan masalah siswa klien dalam kegiatan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
·         Jenis layanan : Konseling individu
·         Jenis pendekatan : Pendekatan yang akan digunakan dalam kegiatan konseling individu adalah pendekatan konseling behavioural yang menekankan pada perubahan tingkah laku.
·         Alasan : alasan pemilihan pendekatan ini dikarenakan gejala yang dialami oleh klien yaitu gejala disleksia dapat diberikan pertolongan berupa treatment-treatment yang berkaitan dengan perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh klien yang mana kebiasaan-kebiasaan klien yang malas belajar dapat diubah menjadi lebih rajin dalam belajar. Pengubahan perilaku ini difokuskan pada pendorongan dan penanaman motivasi dalam diri klien untuk mengubah perilakunya dari yang semula jarang atau tidak pernah belajar menjadi lebih teratur dan menciptakan jadwal belajar sehingga dengan sering melaksanakan kegiatan belajar maka gejala-gejala yang dialami oleh klien yang berkaitan dengan gejala disleksia dapat dikurangi atau bahkan dapat dientaskan sehingga siswa klien dapat terbebas dari gejala disleksia.
·         Tahapan-tahapan kerja , Tahapan-tahapan kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan konseling individu dengan pendekatan behavioural untuk mengentaskan masalah disleksia yang dialami oleh siswa klien adalah sebagai berikut :
Ø  Tahap pertama , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap pertama ini merupakan kegiatan pembentukan atau dikenal sebagai tahap awal. Dalam kegiatan tahap ini mahasiswa membangun kedekaatan dengan klien melalui penyambutan-penyambutan yang dilakukan mahasiswa kepada klien. Dalam kegiatan tahap pertama ini mahasiswa akan menggunakan teknik umum Attending untuk menumbuhkan rasa nyaman siswa klien kepada mahasiswa sehingga siswa klien dapat mengungkapkan semua hal yang dialaminya dalam kegiatan konseling.
Ø  Tahap kedua , kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap kedua ini yaitu pembangunan struktur kegiatan konseling antara klien dengan mahasiswa dalam kegiatan studi kasus ini. Pembangunan struktur kegiatan ini perlu dilakukan agar siswa klien mengetahui alur dari kegiatan konseling dan ia dapat memahami setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses konseling individu. Dengan memahami setiap tahapan dalam kegiatan konseling individu membuat klien merasa aktif dalam kegiatan konseling sehingga ia dapat mengeluarkan semua peristiwa yang dialaminya dan mengikuti apa yang diarahkan oleh mahasiswa.
Ø  Tahap inti , dalam kegiatan tahap inti ini dilakukan kegiatan konseling individu. Kegiatan konseling individu ini dilakukan untuk mengungkap semua hal yang dialami siswa dan memberikan treatment-treatment yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh siswa. Dalam kegiatan konseling individu ini diterapkan teknik-teknik umum kegiatan konseling (dipaparkan dalam tinjauan teori) dan teknik-teknik khusus yang ada dalam pendekatan konseling behavioural yang menekankan pada pengubahan perilaku yang dari yang malas belajar menjadi memiliki pola belajar sehingga ia dapat mengurangi gejala disleksia yang dialaminya.
Ø  Tahap penutup , dalam kegiatan tahap penutup ini mahasiswa bersama klien membangun kesimpulan akhir dari kegiatan konseling individu yang dilakukan. Setelah membangun kesimpulan maka dilakukan evaluasi atas kegiatan konseling yang telah berlangsung dimana letak kekurangan dan kelebihan dalam kegiatan konseling. Setelah itu mahasiswa merumuskan tindak lanjut dari kegiatan konseling lalu jika merasa masih diperlukan konseling kembali maka dibuat perjanjian untuk melakukan proses konseling kembali. Setelah itu konselor mengakhiri proses konseling individu dengan pendekatan behavioural.

E. Evaluasi
            Setelah melakukan kegiatan konseling yang telah dilakukan mahasiswa kepada siswa klien dilakukan evaluasi terhadap proses konseling yang telah berlangsung terhadap siswa klien. Evaluasi-evaluasi yang dilakukan mahasiswa kepada klien adalah sebagai berikut :
Kegiatan Mahasiswa
 Yang dilaksanakan oleh mahasiswa sebagai seorang calon konselor  melaksanakan treatment kegiatan konseling individu terhadap klien adalah sebagai berikut :
·         Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada klien , sebelum memulai kegiatan konseling mahasiswa yang telah mendapat gambaran masalah dari koordinator BK di SMP PGRI Bengkulu menyiapkan garis-garis besar pertanyaan yang diajukan kepada klien. Garis besar pertanyaan ini berguna agar kegiatan konseling yang dilakukan menjadi lebih terarah dan tidak membuat klien merasa bingung dalam mengikuti kegiatan konseling yang dilaksanakan oleh mahasiswa.
·         Mahasiswa melakukan eksplorasi terhadap masalah yang dialami oleh klien. Kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien bertujuan untuk mengetahui masalah apa yang sebenarnya terjadi pada diri klien.selama melakukan kegiatan eksplorasi masalah Disleksia terhadap klien mahasiswa menggunakan penerapan teknik pertanyaan terbuka sehingga membuat klien mampu mengungkapkan dengan jelas masalah belajar Disleksia yang dialaminya. Hasil yang didapat mahasiswa dengan menggunakan teknik pertanyaan terbuka ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui bahwa masalah yang sesungguhnya terjadi adalah klien tidak memiliki kemampuan yang baik dalam memahmai bacaan di buku teks pelajaran sehingga membuat ia sulit menguasai pelajaran dan penyebab timbulnya gangguan belajar Disleksia pada siswa klien M-C-U-S disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua terhadap kegiatan belajar anak di rumah dan tidak adanya bimbingan yang diberikan baik oleh orangtua atau saudara yang lebih tua kepada klien saat belajar yang mengakibatkan klien tidak terlalu terampil dalam memahami makna bacaan. Secara umum penggunaan teknik pertanyaan terbuka sangat membantu mahasiswa dalam mengungkap apa masalah yang sesungguhnya terjadi dan penyebab dari timbulnya masalah tersebut.
·         Mahasiswa memberikan beberapa treatment-treatment yang dilakukan kepada klien selama kegiatan konseling individu berlangsung. Treatment-treatment ini diberikan kepada klien untuk membantu klien mengatasi masalah belajar Disleksi yang dialaminya. Treatment-treatment yang diberikan oleh mahasiswa kepada klien adalah:
Ø  Membangun rasa percaya diri dalam diri klien, treatment ini diberikan oleh mahasiswa dalam bentuk nasehat. Nasehat yang diberikan kepada klien diberikan secara bertahap dan penjelasannya dihindarkan dari kesan menggurui tetapi mahasiswa menggunakan pendekatan berbagi pengalaman kepada klien mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan mahasiswa untuk membangun rasa percaya diri. Tindakan-tindakan yang dibimbing oleh mahasiswa kepada klien untuk membangun rasa percaya diri seperti perbaikan cara menatap orang lain, perbaikan cara berjalan, dan mahasiswa membimbing klien memperbaiki cara berkomunikasi dengan orang lain sehingga klien dapat meminta bantuan kepada orang lain ketika mengalami kesulitan belajar. Tindakan-tindakan ini dapat diterima dengan baik oleh klien dan klien dapat menerima bimbingan keterampilan yang diberikan mahasiswa.
Ø  Mahasiswa memberikan penguatan yang intens kepada klien. Penguatan yang diberikan mahasiswa kepada klien berupa pujian dan dorongan-dorongan minimal yang diberikan kepada klien. Pujian diberikan kepada klien saat klien mampu mengungkapkan hal-hal yang selama ini dipendamnya secara jujur kepada mahasiswa, klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa, dan klien mampu menerapkan apa yang diinstruksikan oleh mahasiswa. Pemberian dormin (dorongan minimal) diberikan kepada klien saat klien menceritakan masalah yang dialaminya kepada mahasiswa sebagai tanda mahasiswa menyimak dam memperhatikan pembicaraan yang disampaikan oleh klien. Pemberian penguatan ini berdasarkan pengamatan mahasiswa mampu membuat klien menjadi semakin terbuka dan aktif dalam kegiatan konseling individu karena ia merasa diperhatikan dan mendapatkan ketenangan dalam kegiatan konseling.
Ø  Mahasiswa membimbing klien untuk melatih kemampuannya dalam memahami makna yang ada. Dalam membimbing klien untuk melatih kemampuan membacanya dilakukan pendekatan multi sensori dengan mengoptimalkan indera penglihatan dan pendengaran. Pengoptimalan indera penglihatan dilakukan ketika klien mengalami kesulitan memaknai sebuah kalimat , maka klien diminta untuk mencari satu benda yang sesuai atau dapat ia bayangkan menjadi maksud dari benda tersebut. Sebagai contoh ketika ia diminta memberikan penjelasan tentang makna bernapas, maka klien diminta untuk melihat orang yang bernapas dan memberikan pengertian bernapas berdasarkan apa yang dilihatnya. Cara ini cukup efektif dimana sebelum melihat orang bernapas klien sangat sulit menjelaskan pengertian bernapas yang dibaca dari buku, tetapi setelah melihat gambaran dari orang bernapas klien menjadi lancar dalam menjelaskan pengertian bernapas. Oleh karena itu mahasiswa menyarankan klien untuk mencari gambar-gambar yang dapat menjelaskan makna dari pelajaran sehingga ia lebih mudah dalam memahami makna bacaan buku pelajaran saat di rumah.
Ø  Mahasiswa membimbing klien untuk berlatih mengatur jadwal belajar dirumah. Hal ini penting karena perubahan yang dialami oleh seorang individu dapat berawal dari perubahan kebiasaan yang dilakukan oleh seorang individu sehari-hari. Dalam hal ini mahasiswa membimbing klien untuk menetapkan waktu-waktu belajar yang dapat dilakukan oleh klien dalam sehari yang mana waktu yang dipilih adalah waktu yang dimana klien dapat tenang untuk belajar tidak mendapat gangguan dari adik-adiknya, dalam hal ini klien memilih waktu sekitar pukul 20.30 wib sampai pukul 22.00 wib dimana pada waktu itu ia dapat belajar dengan tenang dan adik-adiknya sudah tidur. Pengaturan jadwal belajar ini dapat diterima dengan baik oleh klien dan ia bersedia melakukan arahan dari mahasiswa dan akan menerapkannya dalam kegiatan belajarnya sehari-hari.
Perilaku Klien
            Untuk perilaku klien secara umum dapat dikatakan baik dan memenuhi harapan mahasiswa bahwa perilaku klien dapat mendukung kegiatan konseling individu yang dijalankan oleh mahasiswa. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan oleh klien selama proses konseling individu berlangsung adalah sebagai berikut :
·         Klien menyimak dengan baik penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa dalam proses konseling individu. Hal ini berdasarkan pengamatan mahasiswa klien memiliki fokus yang baik terhadap penjelasan yang diberikan oleh mahasiswa secara lisan. Klien mampu memahami penjelasan mahasiswa secara lisan. Klien juga menyampaikan kepada mahasiswa dalam kegiatan konseling individu bahwa ia lebih mengerti mendengar penjelasan guru dari pada harus membaca sendiri buku paket yang diberikan oleh guru di dalam kelas.
·         Klien bersedia mengikuti proses konseling individu tanpa adanya paksaan atau harus diiming-imingi hadiah terlebih dahulu. Dalam hal ini klien memiliki kesadaran diri yang baik dalam proses konseling dan yang lebih terpenting adalah klien menyadari secara sendiri bahwa ia memiliki masalah dalam belajar. Hal ini sangat membantu mahasiswa dalam memberikan treatment konseling individu karena tidak ada penolakan yang diberikan oleh klien.
·         Klien memiliki keterbukaan yang tinggi kepada mahasiswa dalam menyampaikan permasalahan yang dialaminya. Keterbukaan klien ini diperlihatkan saat mengikuti kegiatan konseling individu dengan mahasiswa klien mau mengungkapkan permasalahan yang dialaminya dan bersedia menjawab pertanyaan mahasiswa tanpa ada pertanyaan yang ditolaknya untuk dijawab. Perilaku klien ini menunjukkan adanya keterbukaan yang tinggi kepada mahasiswa dalam kegiatan konseling individu.
·         Klien menunjukkan keaktifan yang baik saat kegiatan konseling individu berlangsung. Keaktifan yang ditunjukkan oleh klien dalam kegiatan konseling individu terlihat dari kesediaan klien mengikuti arahan-arahan yang diberikan oleh mahasiswa dalam konseling individu. Klien mengikuti arahan-arahan mahasiswa dengan baik , klien aktif bertanya kepada mahasiswa jika menemukan arahan-arahan yang diberikan oleh mahasiswa tidak dimengertinya atau sulit untuk klien pahami.
·         Klien hadir dan tidak menolak kegiatan jonseling individu yang dilakukan oleh mahasiswa. Perilaku klien ini yang sangat penting dan diharapkan oleh mahasiswa dalam kegiatan studi kasus ini. Perilaku klien yang tidak menolak proses konseling ini membuat usaha mahasiswa untuk membantu klien mengentaskan masalah belajar Disleksia yang dialaminya menjadi lebih efektif dan dapat berjalan dengan maksimal.
jalannya Proses Konseling
            Proses konseling merupakan upaya yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu klien mengentaskan masalah belajar disleksia yang dialaminya. Proses konseling yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap klien dilakukan dengan menggunakan pendekatan konseling behavioural adapun jalannya proses konseling adalah sebagai berikut :
·         Sebelum dilaksanakan proses konseling terlebih dahulu dilaksanakan proses wawancara awal kepada klien. Wawancara awal dilakukan kepada klien untuk mengetahui gambaran permasalahan klien secara jelas. Pelaksanaan wawancara awal dengan klien berlangsung selama 1 jam pada minggu pertama pelaksanaan studi kasus di SMP PGRI Bengkulu. Pelaksanaan wawancara awal ini dilakukan setelah mahasiswa menetapkan klien yang akan ditangani dalam kegiatan studi kasus, setelah terlebih dahulu memilih dari 5 orang calon klien yang direkomendasikan oleh koordinator Bimbingan dan Konseling SMP PGRI Kota bengkulu.
·         Pada pertemuan berikutnya mahasiswa melakukan kegiatan konseling individu. Pada tahapan awal konseling mahasiswa menerapkan melakukan tahap 1 dan 2 dari fase kegiatan konseling. Pada kegiatan tahap 1 mahasiswa menyambut klien dengan menggunakan ramah dan nada bicara mahasiswa diatur sebagai nada bicara selayaknya seorang sahabat kepada klien. Dengan penyambutan yang dilakukan seperti itu klien dari hasil pengamatan mahasiswa mampu menerima dan merasa nyaman untuk selanjutnya mengikuti proses konseling.
·         Pada tahap kedua konseling individu, mahasiswa memberikan penjelasan kepada klien tentang apa itu proses konseling dan bagaimana jalannya proses konseling. Dalam memberikan penjelasan mengenai makna konseling kepada klien dan tahapan-tahapan yang akan dilewati oleh klien dalam proses konseling mahasiswa berusaha menghindari kesan menggurui klien tetapi mahasiswa berusaha menempatkan diri sebagai seorang saudara yang akan membantu klien tanpa menggurui klien. Pada kegiatan ini berdasarkan pengamatan mahasiswa klien terlihat memperhatikan penjelasan mahasiswa dengan baik dan menyimak dengan seksama apa yang dijelaskan oleh mahasiswa sehingga klien tidak lagi terlihat bingung akan proses konseling dan tidak lagi bertanya mengenai makna dari proses konseling.
·         Pada tahapan ketiga konseling individu, mahasiswa melakukan kegiatan eksplorasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam melakukan eksplorasi masalah disleksia yang dialami oleh klien mahasiswa menggunakan teknik-teknik umum konseling individu. Penggunaan teknik-teknik ini secara umum mampu membuat mahasiswa mendapatkan gambaran secara rinci mengenai masalah yang dialami oleh klien terkait dengan gangguan belajar disleksia yang dialaminya. Penggunaan teknik ini dalam konseling individu yang dilakukan mahasiswa kepada klien dalam pengamatan mahasiswa membantu klien untuk mengungkapkan masalah yang dialaminya secara lebih jelas.
·         Pada pilihan solusi-solusi yang diberikan oleh mahasiswa , solusi yang diutamakan berasal dari pemikiran klien sendiri. Dalam kegiatan konseling individu, klien yaitu siswa M-C-U-S mampu merumuskan satu solusi untuk mengatasi masalah yang dialaminya yaitu dengan melakukan perubahan kebiasaan belajarnya dari yang semula tidak teratur jam belajarnya menjadi lebih teratur dan mahasiswa membantu klien menentukan jam belajar yang akan ditetapkannya dalam satu hari. mahasiswa sendiri kemudian memberikan satu arahan solusi yang berkaitan dengan model konseling behavioural. Arahan yang diberikan oleh mahasiswa yaitu dengan memberikan contoh model cara membaca dengan menggunakan pendekatan multi sensori dan klien mampu melaksanakan instruksi mahasiswa untuk menerapkan model membaca dengan teknik multi sensori dengan mengandalkan indera penglihatan sebagai alat bantu untuk memahami makna dari suatu bacaan teks dan dari pengamatan mahasiswa klien dapat menerima solusi yang dihasilkan dalam kegiatan konseling individu untuk membantunya mengatasi masalah belajar disleksia yang dialaminya.
·         Pada tahap kegiatan penutup konseling kegiatan yang telah dilakukan klien bersama mahasiswa melakukan perumusan bersama atas hasil konseling yang telah dilakukan, melakukan refleksi kegiatan konseling dimana letak kelebihan dan kekurangan kegiatan konseling, dan kemudian mahasiswa menutup kegiatan konseling yang telah dilakukan bersama klien.
Sikap Klien
            Dalam proses konseling individu yang dilakukan mahasiswa kepada klien untuk membantu pengentasan masalah belajar disleksia yang dialami klien, sikap yang ditunjukkan oleh klien selama proses konseling individu secara keseluruhan dapat dikatakan baik. Sikap klien kepada mahasiswa selama proses konseling jujur dalam menceritakan masalahnya, terbuka dalam memberikan keterangan mengenai masalah yang dialaminya, antusias dalam mengikuti konseling individu yang dilakukan mahasiswa, dan juga klien bersedia memenuhi komitmen yang telah dibuat dengan mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan konseling individu.
Yang terjadi pada klien
            Pada saat mahasiswa melakukan kegiatan konseling individu kepada klien, mahasiswa mengamati apa saja hal-hal yang terjadi pada diri klien sebelum, saat, dan sesudah mengikuti kegiatan konseling. Hal-hal yang terjadi pada diri klien antara lain :
Sebelum konseling
            Klien dalam kegiatan studi kasus ini yaitu M-C-U-S mengalami beberapa hal sebelum mengikuti kegiatan konseling individu. Hal-hal tersebut antara lain :
·         Klien mengalami kesulitan dalam memahami arti bacaan yang terdapat didalam buku teks pelajaran.
·         Klien mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar di kelas sehingga klien saat di sekolah lamanya tidak naik kelas dan harus pindah ke sekolah lain agar ia dapat naik kelas VIII
·         Klien mendapat nilai yang rendah pada setiap tugas-tugas yang diberikan guru maupun pekerjaan rumah yang dikerjakan sendiri di rumah.
Saat konseling
            Pada saat melaksanakan proses konseling individu kepada klien, mahasiswa mengamati beberapa hal yang terjadi pada klien. Hal-hal tersebut adalah :
·         Klien menemukan kesadaran dan ia merasa seperti “tersentak” saat mengetahui bahwa ternyata dirinya mengalami masalah dalam bidang belajar.
·         Klien merasakan bahwa dirinya seperti mengeluarkan segala beban yang ada pada dirinya saat proses konseling individu berlangsung dan klien mengeluarkan semua isi hatinya kepada mahasiswa saat konseling berlangsung.
·         Klien mengekspresikan semua perasaan yang dirasakannya pada saat proses konseling individu yang dijalankan oleh mahasiswa. Ekspressi yang dikeluarkan oleh klien pada saat melakukan proses konseling individu antara lain perasaan sedih, kesal, dan marah dan berakhir dengan keluarnya air mata klien yang mengungkapkan kesedihan dan kegelisahan klien atas masalah yang dialaminya.
Setelah proses konseling
            Setelah proses konseling individu yang dijalankan oleh mahasiswa berakhir, mahasiswa mengamati apa yang terjadi dalam diri klien. Hal-hal yang terjadi pada diri klien setelah proses konseling individu berakhir adalah :
·         Klien merasa dirinya menjadi lebih tenang setelah ia mengungkapkan segala permasalahan yang dialaminya kepada mahasiswa.
·         Klien merasa dirinya menjadi lebih lapang pikirannya karena ia telah membagi beban perasaannya yang tertekan kepada mahasiswa melalui kegiatan konseling karier.
·         Klien merasa dirinya menjadi lebih optimis dalam menjalankan kehidupan selanjutnya karena ia telah mendapatkan arahan dan solusi yang muncul dari dalam diri klien sendiri terhadap masalah yang dihadapi.
·         Klien merasa senang karena ia telah mendapat arahan mengenai tindakan apa yang dapat ia lakukan untuk memperbaiki kemampuan dirinya dalam pemahaman membaca.

F. Tindak Lanjut
            Rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan kepada klien yaitu siswa M-C-U-S terkait dengan masalah belajar Disleksia yang dialaminya berupa koordinasi penanganan masalah yang akan direkomendasikan kepada koordinator Bimbingan dan Konseling SMP PGRI Bengkulu untuk selanjutnya dilakukan proses konseling kembali dan pembinaan yang dijalankan oleh guru-guru yang ada di sekolah.




Bab V : Penutup
            Sebagai penutup dari laporan pengentasan masalah belajar Disleksia melalui kegiatan studi kasus, Mahasiswa menarik beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut :
A. Kesimpulan
·         Klien mengalami masalah dalam belajar yaitu gangguan belajar Disleksia dimana gejala yang dialami oleh klien adalah klien tidak mampu memahami makna yang terdapat dalam bacaan yang terdapat dalam buku teks pelajaran sehingga mengakibatkan klien tidak bisa belajar dengan maksimal dan ia dikeluarkan dari sekolah asalnya di SMP Negeri dan harus pindah sekolah ke SMP PGRI Bengkulu.
·         Masalah belajar Disleksia yang dialami oleh klien berdasarkan hasil penelusuran dalam wawancara konseling diakibatkan oleh kurangnya bimbingan dari orangtua klien saat klien masih belajar membaca di jenjang pendidikan TK dan SD sehingga mengakibatkan kemampuan membaca yang dimiliki oleh klien menjadi sangat lemah.
·         Untuk mengatasi masalah belajar Disleksia yang dialami oleh klien , solusi yang dipilih berdasarkan kesepakatan bersama antara mahasiswa dengan klien berdasarkan hasil proses konseling individu, maka klien memilih untuk melakukan pengaturan waktu belajar di rumah dengan menetapkan jam belajar secara teratur dan melakukan penyusunan jadwal belajar di rumah yang bertujuan untuk meningkatkan pembiasaan klien dalam membaca buku di rumah.
B. Saran
·         Koordinator Bimbingan dan Konseling di sekolah sebaiknya tidak hanya terfokus pada penanganan masalah anak yang mengalami masalah perilaku saja tetapi juga mengimbangkan perhatian terhadap semua masalah yang dialami oleh anak.
·         Pihak sekolah sebaiknya tidak hanya memperhatikan anak-anak yang memiliki prestasi belajar yang bagus tetapi juga anak-anak yang menunjukkan gejala-gejala gangguan dalam belajar sehingga siswa yang mengalami masalah dapat tertangani dengan baik dan masalah yang dialaminya dapat terentaskan sehingga mereka memiliki peluang yang sama untuk menyumbangkan medali pada almamaternya.





Daftar Pustaka

Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga
Santrock, John W. 1995. Life-Spant Development : Perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Situs Internet





















Lampiran :
·    Surat izin penelitian studi kasus
·    Daftar pertanyaan wawancara
·    Skrip konseling individu dengan klien












Daftar Pertanyaan Wawancara
No
Pertanyaan
Jawaban
1
Bagaimana kondisi anda sehari-hari di rumah ?

2
Bagaimana bentuk perhatian orangtua anda di rumah ?

3
Bagaimana bentuk kesulitan belajar yang anda temui di rumah ?

4
Apa yang anda keluhkan terhadap sikap orangtua anda di rumah ?

5
Bagaimana kondisi kehidupan anda sehari-hari di sekolah ?

6
Apa yang anda rasakan saat mengikuti kegiatan belajar ?

7
Kesulitan-kesulitan seperti apa yang sering anda temui saat mengikuti kegiatan belajar ?

8
Apa yang sering anda rasakan saat mengalami kesulitan belajar ?

9
Kapan anda mulai belajar untuk membaca ?

10
Siapa yang mengajari, membimbing, dan melatih anda belajar membaca ?

11
Apakah menurut anda, cara guru yang mengajar di kelas menambah kesulitan belajar yang anda alami ?

12
Bagaimana cara anda memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru di depan kelas ?

13
Kesulitan apa yang anda rasakan saat berusaha memahami materi pelajaran yang ada dibuku teks pelajaran ?

14
Bagaimana dengan intensitas belajar anda ?

15
Apakah anda memiliki jadwal belajar yang teratur di rumah ?

16
Bagaimana cara anda saat mengikuti pelajaran di kelas ?

17
Bagaimana cara anda selama ini membaca dalam mengikuti pelajaran di kelas ?

18
Bagaimana bentuk kesulitan yang anda temui saat membaca buku teks pelajaran di dalam kelas ?

19
Kesulitan lain seperti apa yang sering anda temui saat sedang berusaha memahami bacaan teks pelajaran di dalam kelas ?

20
Bagaimana dengan semangat yang anda miliki ketika membaca buku teks pelajaran ?

21
Apa harapan sebenarnya yang saat ini ingin anda capai dan wujudkan ?


























Skrip Konseling Individu Studi Kasus
“Disleksia”
1.     Tahap Pembukaan
Tokoh
Dialog Konseling
Klien
“Assalamualaikum, Pak”
Mahasiswa
“Waalaikum salam Dek, Mari silahkan masuk”
Klien
“Iya Pak, Terima kasih”
Mahasiswa
“Jangan panggil Bapak dulu Dek, Panggil Kakak saja biar lebih akrab”
Klien
“Iya kak”
Mahasiswa
“Nah mari kita duduk dulu sekarang supaya lebih rileks”
Klien
“ Baik , Kak”
Mahasiswa
“ Baiklah sekarang supaya lebih akrab, boleh Adik memperkenalkan diri lebih lengkap dan jelas kepada Kakak”
Klien
“Maksudnya Kak...?”
Mahasiswa
“ Maksudnya Adik memperkenalkan diri secara lengkap kepada Kakak, perkenalkan semua tentang diri Adik yang ingin disampaikan kepada Kakak”
klien
“Baik Kak, nama saya M-C (inisial) tetapi dalam keseharian di sekolah atau di rumah Saya biasa dipanggil M (inisial) saja, usia saya 14 tahun, saya tinggal di daerah Sawah Lebar tepatnya didepan SMAN 2 Bengkulu kak, dan...”
Mahasiswa
“Ok... M tinggal bersama orangtua tidak...? dan pekerjaan orangtua M apa ?
Klien
“ Saya Tinggal bersama orangtua saya kak dan juga tinggal bersama dengan dua orang saudara saya..., Satu sekolah kelas dua SMA dan satu lagi masih kecil usianya sekitar 3 tahun”
Mahasiswa
“Oh..., M memiliki hobby atau kegemaran...?”
Klien
“Iya Kak, Saya memiliki beberapa hobby seperti... saya suka bermain bola volly kalau di sekolah, saya hobby menonton televisi, saya hobby menonton dvd film kartun seperti Spongebob dan drama Korea, saya suka mendengarkan kalau ada orang sedang bercerita seperti menggosip atau sebagainya”
Mahasiswa
“Hmm, jadi M termasuk penggemar drama-drama televisi dari Korea ya, Berarti M suka membaca tabloid yang membahas tentang artis-artis korea berarti”
Klien
“Nggak Juga Kak” (tertunduk lesu)
Mahasiswa
“hmm... Bagaimana dengan perjalanan sekolah M sampai sekarang...?”
Klien
“Maksudnya bagaimana Kak...?”
Mahasiswa
“Maksudnya M menceritakan bagaimana cerita M selama M bersekolah mulai dari TK sampai sekarang”
Klien
“ saya tidak bersekolah di TK Kak, orangtua saya tidak memiliki biaya yang cukup untuk sekolah di TK jadi saya langsung dimasukkan ke SD kak, Saya sekolah di SD selama 7 tahun karena saya tidak naik kelas 1 tahun di kelas 1 SD karena lambat dalam membaca..., kemudian sesudah lulus SD orangtua saya memasukkan saya di SMPN 21 di dekat Tebeng tapi saya bersekolah disana hanya 1 tahun kak kemudian saya keluar dari sekolah itu karena guru-guru disana memberikan saya untuk naik ke kelas VIII saya harus pindah sekolah karena mereka menyerah untuk mengajari saya sebab saya sangat sulit untuk memahami bacaan-bacaan yang ada di buku cetak pelajaran”
Mahasiswa
“Ok... baiklah, kemarin dari hasil wawancara pertama, Kakak mendapatkan gambaran singkat mengenai permasalahan adik... Sekarang kakak minta Adik tolong ceritakan masalah yang M alami secara lebih jelas dan ceritakan dengan sejelas mungkin... Bagaimana?”
Klien
“iya Kak,
Mahasiswa
“ Silahkan M menceritakan permasalahan M secara lebih mendetail ?”
Klien
“ Begini Kak, seperti yang kakak sudah tahu dari wawancara kita kemarin selama ini ketika belajar saya sangat sulit untuk memahami materi yang ada dalam buku teks pelajaran karena saya perlu menghabiskan waktu yang sangat lama untuk memahami tulisan yang ada di dalam buku. Dan kebanyakan guru saya lebih sering mengadakan kerja kelompok dan meminta saya untuk membaca sendiri materi yang ada dalam buku..?”
Mahasiswa
“Terus...”
Klien
“Saya akhirnya berusaha untuk memahaminya tapi sangat sulit kak, dan saya akhirnya banyak diam dan tidak berpartisapasi dalam belajar kelompok dan akhirnya sering oleh teman-teman saya dilaporkan kepada guru bahwa saya tidak mau bekerja padahal saya sangat sulit kak memahami materi yang ada di dalam buku dan akhirnya saya sering ditegur oleh guru sehingga saya sering mendapatkan nilai yang kurang memuaskan kak”
Mahasiswa
“Bagaimana M bisa mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dari guru?”
Klien
“ Iya kak karena menurut pandangan banyak guru saya jarang aktif dalam kegiatan belajar dan saya juga sering tidak berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru di kelas... karena saya sangat sulit untuk belajar dan juga kak sewaktu masih di sekolah lama saya sangat sulit mengerjakan ulangan umum Kak karena saya tidak bisa memahami bacaan yang ada di dalam LKS pelajaran sehingga soal-soal yang ada banyak yang tidak saya kerjakan sehingga membuat saya tidak naik kelas Kak
Mahasiswa
“Owh... jadi M mendapatkan nilai yang kurang memuaskan dalam belajar dikarenakan M jarang mengerjakan tugas-tugas dari guru maupun latihan di LKS dikarenakan M mengalami kesulitan dalam memahami makna-makna yang ada di dalam buku bacaan tersebut...”
Klien
“ Iya... Kak... Saya...”
Mahasiswa
“Terus... ayo ungkapkan...”
Klien
“ Saya benar-benar sangat malu Kak mengungkapkannya...”
Mahasiswa
“ Iya Kakak mengerti dan sangat memahami serta merasakan apa yang Dek M rasakan dan sekarang kita coba untuk merumuskan bersama upaya untuk membantu permasalahan Dek M ini...”

2.     Tahap Peralihan
Mahasiswa
“Baiklah Dek M, Sekarang kita berada di dalam kegiatan konseling. Kegiatan konseling adalah kegiatan yang dilakukan antara seorang konselor atau guru pembimbing yang dalam hal ini adalah kakak dengan klien yang dalam hal ini Dek M untuk membahas masalah yang sedang dialami oleh klien dan membantu klien menemukan solusi atas permasalahan yang sedang dialaminya. Dalam kegiatan konseling ini ada beberapa asas yang diperhatikan yaitu asas kerahasiaan untuk menjaga semua hal yang adek sampaikan kepada kakak tidak bocor dan terdengar oleh orang lain, asas kesukarelaan yaitu kesukarelaan Dek M dalam menceritakan permasalahan yang Dek M alami kepada kakak tanpa adanya perasaan terpaksa, dan asas kemandirian yaitu Dek M dalam mengambil keputusan dalam kegiatan konseling ini meruipakan pilihan langsung dari Dek M sendiri jadi disini kakak tidak menentukan keputusan apa yang harus Dek M ambil tapi Kakak membantu mengrahkan Dek M untuk mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan keadaan diri Dek M, apa ada yang ingin ditanyakan ?”
Klien
“Bagaimana dengan segala hal yang Saya ceritakan nanti Kak, Saya takut hal itu akan tersebar sampai keluar...”
Mahasiswa
“ Dek M tidak perlu ragu dan takut bahwa semua yang Dek M ceritakan dalam kegiatan konseling kita ini akan tersebar sampai keluar kecuali seperti yang Kakak sebutkan sebelumnya Dek M yang mengizinkan kepada Kakak untuk menyampaikannya ke orang yang Dek M izinkan untuk mengetahuinya dan juga menjaga kerahasiaan data klien merupakan kode etik dari profesi kakak dan kalau sampai dilanggar maka Kakak melanggar kode etik dan bisa mendapat teguran dan sanksi jadi begitu Dek M”
Klien
“ Baiklah Kak, Jawaban Kakak membuat Saya tenang dan percaya untuk menceritakan permasalahan Saya ke Kakak”
Mahasiswa
“Syukurlah kalau begitu”

3.      Tahap Inti
Konselor
“ Sekarang Kakak ingin bertanya kepada Dek M bentuk perhatian seperti apa yang diberikan oleh orangtua Dek M terhadap kegiatan belajar Dek M di rumah ?”
Klien
“ Bentuk perhatian orangtua Saya Kak sangat kurang dalam belajar, mereka hanya terfokus memperhatikan Saya dari segi materi saja dan kurang peduli terhadap cara belajar Saya. Orangtua saya pernah beberapa kali dipanggil ke sekolah oleh guru Kak terkait dengan nilai belajar Saya yang rendah di sekolah saat guru memberitahukan masalah Saya dalam belajar Ayah saya mengatakan bahwa itu bukan masalah dia sebab dia berpendapat bahwa dengan memasukkan Saya ke sekolah berarti semua masalah diluar biaya sekolah merupakan tanggung jawab guru di sekolah dan bukan tanggung tanggung jawabnya sebagai orangtua sehingga dengan perkataannya seperti itu membuat para guru di sekolah saya yang lama mengambil keputusan untuk menaikkan Saya ke kelas VIII dengan syarat saya harus keluar dari sekolah dan pindah ke sekolah lain karena orangtua Saya tidak dapat bekerja sama dengan pihak sekolah Kak...”
Mahasiswa
“Hmm... Ok... Kakak turut prihatin mendengar tentang bagaimana bentuk perhatian dari Ayah Dek M terhadap kegiatan belajar. Bagaimana dengan perhatian dari Ibu Dek M ?”
Klien
“ Ibu saya sama seperti Ayah saya Kak juga kurang begitu memiliki perhatian terhadap kegiatan belajar yang Saya lakukan, Ia hanya terfokus dengan mengurus adik Saya yang saat ini baru berusia 3 tahun-nan Kak dan Saya malah diberi tugas tambahan oleh ibu saya untuk mengasuh Adik saya tersebut sehingga saat ini saya sangat jarang memiliki kesempatan untuk membaca buku di rumah sehingga saya semakin sangat sulit Kak untuk memahami bacaan buku pelajaran. Ibu saya Kak sangat marah kalau sampai Saya menelantarkan adik saya yang masih berusia 3 tahun bahkan saat untuk membuat PR atau tugas dari guru saya sangat sulit Kak karena Adik saya tersebut terus mengganggu saya belajar”
Mahasiswa
“ Bagaimana kesulitan belajar yang Dek M alami diakibatkan oleh gangguan Adik M yang berusia 3 tahun...?”
Klien
“ Gangguan belajar yang diakibatkan oleh gangguan Adik saya kak saya jadinya ketika sedang berusaha untuk membaca buku pelajaran atau mengerjakan PR di rumah adik saya itu kemudian menangis atau datang mengajak saya bermain maka saya akan berusaha untuk menghindarinya Kak akan tetapi dia semakin menangis sehingga membuat Ibu saya semakin memarahi Saya,  karena saya tidak tahan dengan amarah ibu saya akhirnya saya meninggalkan kegiatan belajar dan mengasuh adik saya akan tetapi sesudah dia tenang saya Kak malah menjadi malas untuk melanjutkan kembali kegiatan belajar sehingga akhirnya kemampuan saya membaca tidak pernah meningkat dan saya selalu mengalami kesulitan Kak ketika berusaha memahami bacaan yang ada di dalam Buku ?
Mahasiswa
“ Bagaimana menurut perasaan Dek M mengenai sifat yang ditunjukkan oleh orangtua Dek M terhadap kegiatan belajar yang Dek M lakukan sehari-hari baik di rumah maupun di sekolah ?
Klien
“ Perasaan saya menjadi sangat sedih Kak, saya merasa bahwa Saya merasa kurang diperhatikan oleh kedua orangtua saya karena mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing sehingga saya merasa tidak terlalu diperhatikan oleh mereka dan saya merasa kegiatan belajar yang Saya lakukan tidak memiliki arti bagi mereka sehingga Saya tidak terlalu memikirkan lagi upaya untuk memperbaiki masalah Saya dalam belajar dikarenakan kurangnya perhatian mereka membuat saya merasa percuma untuk meningkatkan kemampuan dalam diri saya.
Mahasiswa
“ Bagaimana perasaan Dek M yang paling dalam terhadap kesulitan belajar yang Dek M alami... ?”
Klien
“ Jujur sebenarnya Saya malu Kak, di usia saat ini Saya malah mengalami masalah belajar seperti anak-anak di SD saya benar-benar sangat malu kak dan saya sebenarnya sangat ingin berubah dan tidak lagi merasa tersisih Kak karena saya sering dianggap bodoh oleh guru dan teman-teman saya yang lain serta saya juga ingin memiliki pengetahuan dan wawasan seperti teman-teman saya yang lain Kak karena mereka sering membaca buku atau majalah”
Mahasiswa
“ Baiklah sekarang kita memfokuskan diri untuk membahas bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk membantu Dek M dalam mengatasi masalah belajar yaitu kesulitan dalam memahami makna bacaan dalam buku teks pelajaran...”
Klien
“ Iya Kak, Saya benar-benar sangat ingin mengatasi permasalahan belajar yang saya alami saat ini Kak... Saya sangat ingin mengatasinya...”
Mahasiswa
“ Baiklah sekarang bagaimana dengan riwayat kegiatan belajar membaca yang Dek M pernah ikuti sebelumnya...”
Klien
“ yang dimaksud riwayat apa Kak...?”
Mahasiswa
“ Riwayat itu yaitu perjalan hidup Dek M dalam hal belajar membaca”
Klien
“ Saya Kak pertama kali belajar membaca saat baru duduk di kelas 1 SD itupun tanpa bimbingan dari orangtua Saya, saya hanya memperhatikan penjelasan guru Kak dan kadang-kadang saya dibantu oleh Kakak saya untuk belajar membaca tetapi itupun tidak terlalu sering jadi saya hanya belajar sendiri tetapi saya sewaktu kecil itu hanya banyak menghabiskan waktu bermain Kak... selain itu saya juga tidak sekolah di TK jadi kemampuan membaca saya pas-pasan saja Kak...?
Mahasiswa
“ Sejak kapan Dek M mulai merasakan gangguan belajar yang diakibatkan oleh kesulitan Dek M dalam memahami bacaan ?”
Klien
“ Saya mulai merasakannya waktu saya duduk di kelas 3 SD kak karena waktu belajar buku-buku cetak pelajarannya kak sudah banyak tulisan-tulisan dan guru juga banyak meminta kami anak muridnya memahami buku-buku bacaan jadi deh Kak saya kesulitan dalam belajar dan sering dimarahin sama guru di kelas Kak karena saat dikasih soal latihan atau ulangan saya banyak tidak menjawabnya Kak karena tidak memahami maksud soal dan materi pelajaran yang di masukkan dalam ulangan jadi sejak kelas 3 SD kak nilai raport saya mulai bermasalah “
Mahasiswa
“ Bagaimana dengan nilai raport kelas satu dan dua Dek M ?”
Klien
“ Waktu saya masih kelas 1 dan 2 Kak nilai raport saya bagus karena orangtua saya menyuruh saya les sama ada Kakak mahasiswa yang nge-kos dekat rumah saya jadi dia yang mengajarkan saya membaca tetapi sewaktu saya naik ke kelas 3 dia sudah wisuda Kak dan pulang kampung jadinya tidak ada lagi yang membimbing dan mengajarkan saya seperti Kakak itu lagi..”
Mahasiswa
“Ohh... Jadi Dek M baru dapat mengerti materi pelajaran kalau materi itu dijelaskan lagi oleh seseorang yang secara khusus menjelaskan materi tersebut kepada Dek M...”
Klien
“ Iya Kak... Cara belajar seperti itu yang dapat saya mengerti, tapi disini saya masih takut Kak untuk bertanya karena Saya masih murid baru disini Kak dan saya juga masih takut untuk bertanya dengan guru yang mengajar saya di sekolah ini...”
Mahasiswa
“ Mengapa Dek M masih ragu untuk bertanya dengan guru-guru dan teman-teman disini...?’’
Klien
“ karena saya masih murid baru Kak disini dan juga Saya merasa masih takut untuk berinteraksi dengan teman-teman saya yang ada disini Kak...”
Mahasiswa
“ perasaan takut seperti apa yang Dek M alami sehingga membuat Dek M takut untuk berinteraksi dengan teman-teman dan guru di sekolah ini...”
Klien
“ Bagaimana ya kak, saya merasa malu Kak karena saya dikeluarkan dari sekolah lama saya karena tidak naik kelas dan akibat dari hal tersebut saya menjadi bahan gossip di kelas Kak... kalau mau berbicara dengan guru disini Kak saya masih takut...”
Mahasiswa
“ Teman-teman Dek M di kelas semuanya membicarakan penyebab Dek M pindah ke sekolah ini karena tidak naik kelas di sekolah Dek M sebelumnya”
Klien
“ Tidak Kak hanya beberapa orang saja yang usil dan suka menggosip yang suka membicarakan penyebab saya pindah ke sekolah ini... tetapi kebanyakan teman-teman yang ada di kelas sebenarnya tidak terlalu membicarakan saya Kak tetapi beberapa orang yang usil itu yang membuat saya merasa tidak nyaman berada di dalam kelas sehingga akhirnya saya jarang berinteraksi dengan teman dan meminta bantuan mereka untuk menjelaskan pelajaran kepada saya Kak...”
Mahasiswa
“ Dek M menyatakan bahwa Dek M sebenarnya bisa belajar dengan baik tetapi dengan bantuan penjelasan dari teman-teman yang ada di sekitar tetapi Dek M justru tidak mau berinteraksi dengan mereka... Bagaimana pendapat dari Dek M...?”
Klien
Sebenarnya Kak... tindakan itu kurang tepat untuk dilakukan tetapi saya benar-benar bingung, putus asa, dan tidak tahu untuk melakukan apa lagi Kak untuk mengatasi masalah belajar saya.
Mahasiswa
“ Baiklah, dari jawaban yang Dek M sampaikan tadi tampaknya Dek M memang menyadari bahwa Dek M sebenarnya sangat ingin berubah dan ingin dapat mengatasi masalah belajarnya namun Dek M masih kebingungan untuk melakukan tindakan apa... “
Klien
“ Iya Kak...”
Mahasiswa
“ Sekarang bagaimana dengan jam belajar yang Dek M miliki di rumah saat ini...”
Klien
“ Jam belajar yang saya miliki di rumah itu tidak menentu Kak... kadang-kadang pagi atau subuh kadang-kadang saya belajar juga pada malam hari Kak yang pasti saya belajar disaat adik bungsu saya sudah tidur dan tidak lagi mengganggu saya dengan tangisan dan ajakan bermain darinya Kak...”
Mahasiswa
“Hmm... Baiklah dengan menunggu Adik Dek M berisitirahat maka kegiatan belajar yang dilakukan tidak akan mendapatkan gangguan dan Dek M dapat belajar dengan tenang dan tidak akan mendapat gangguan lagi, bagaimana dengan orang lain disekitar M, mereka juga menimbulkan masalah dalam kegiatan belajar Dek M...”
Klien
“ Kalau Ayah dan Ibu saya tidak Kak karena mereka berdua jangan untuk mengganggu Saya belajar... mereka biasanya begitu pulang kerja langsung makan dan tidur sehingga saya akhirnya yang ditugasi untuk menjaga adik balita saya itu... sedangkan kakak saya hanya sesekali mengganggu saya belajar Kak tetapi tidak seperti Adik balita saya itu kalau dia memang sangat menganggu saya belajar Kak...”
Mahasiswa
“ Hmm... tampaknya Dek M mengalami masalah dalam melakukan pemahaman materi dari bacaan buku teks pelajaran disebabkan oleh gangguan yang disebabkan pertama gangguan dari adik Balita, kedua bimbingan orangtua yang kurang, dan kesulitan dalam berkomunikasi.
Klien
“Iya kak... Permasalahan belajar yang saya alami sekarang berasal dari hal-hal yang telah Kakak simpulkan dalam wawancara Konseling kita”
Mahasiswa
“Hmm... Bagus sekarang Dek M telah mampu mengidentifikasi masalah yang sebenarnya Dek M alami dan Dek M mampu mengungkapkan sendiri masalah yang dek M alami serta menemukan secara langsung penyebab masalah yang dialami itu sangat bagus untuk membantu penyelesaian masalah yang Dek M alami”
Klien
“ Iya... Kak, sekarang saya merasa perasaan saya sedikit lega karena sudah mengungkapkan masalah yang saya alami sekarang ini jadi beban perasaan saya sedikit berkurang Kak...”
Mahasiswa
” Baiklah sekarang Kakak mintak Dek M untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya Dek M rasakan melalui teknik kursi kosong...”
Klien
“ Apa yang dimaksud dengan kursi kosong itu kak...?”
Mahasiswa
“Yang dimaksud dengan teknik kursi kosong itu yaitu Dek M menganggap orang yang ada di depan Dek M ini sebagai seseorang yang Dek M ingin sekali orang itu mendengarkan perasaan Dek M sesungguhnya...”
Klien
“Tapi saya tidak tahu Kak kepada siapa saya harus mengungkapkan perasaan saya...”
Mahasiswa
“Ungkapkan saja Dek M kepada siapa yang menurut Dek M orang tersebut harus mengetahui bagaimana sebenarnya perasaan terdalam yang ada di dalam pikiran Dek M sesungguhnya...”
Klien
“Hmm... Huftt... (memejamkan mata) Mak... sebenarnya M ingin jujur sama Mak bahwa M capek dengan sifat Mak selama ini yang selalu menganggap M sebagai pengasuh di rumah untuk Adek... M ini bukan pengasuh Mak tetapi M ini pelajar Mak selalu saja menuntut M untuk mengasuh Adek tetapi M juga punya kewajiban Mak sebagai pelajar untuk belajar... Mak tau selama ini M tidak pernah mau meluangkan waktu untuk membimbing M belajar sehingga sekarang Mak tahu M tidak dapat belajar dengan baik dan M sering dimarahin oleh Guru Mak... M sebenarnya malu Mak melihat Mak terus dipanggil sekolah karena nilai M yang rendah... M juga malu Mak beberapa kali tidak naik kelas... Tapi Mak harus tahu semua karena M selalu membuat M tidak dapat belajar dengan tenang karena Mak selalu membuat M  menghabiskan waktu untuk menjaga Adek di rumah M malu... Mak sebenarnya M malu ke sekolah karena M tidak dapat memahami dengan baik pelajaran di kelas mak... M mohon Mak pengertian Mak berikanlah waktu M untuk belajar dan luangkanlah waktu Mak untuk membimbing M belajar M mohon Mak... M mohon...
Mahasiswa
“Bagus, Dek M telah mampu mengungkapkan segala hal yang selama ini terpendam di dalam hati serta mampu mengeluarkan segala beban pemikiran yang ada di dalam hati Dek M...”
Klien
“ Iya Kak...”
Mahasiswa
“ Baiklah sekarang kita akan merumuskan bersama tindakan apa yang akan Dek M lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang timbul dalam diri Dek M...”
Klien
“ Iya Kak...”
Mahasiswa
“ Baiklah sekarang tindakan apa yang ada di dalam pikiran Dek M yang akan dek M lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang timbul di dalam diri dek M...?”
Klien
“ Saya masih bingung Kak harus melakukan tindakan apa... pikiran saya benar-benar buntu untuk memikirkan tindakan apa yang harus saya lakukan”
Mahasiswa
“Kakak memiliki beberapa opsi pilihan tindakan yang dapat Dek M lakukan untuk membantu mengatasi permasalahan belajar yang ada, beberapa pilihan tindakan yang dapat dek M ambil untuk membantu mengatasi permasalahan belajar Dek M yaitu:
·         M dapat melakukan penyesuaian perilaku M di dalam kelas, karena M dapat mengerti pelajaran yang diterangkan oleh guru melalui penjelasan yang disampaikan oleh teman-teman sekelas Dek M maka sebaiknya Dek M mulai mengurangi perilaku tertutup Dek M di dalam kelas dan mulailah membuka diri untuk memulai persahabatan dengan teman-teman baru di sekolah ini. Dengan terjalinnya persahabatan yang baik maka Dek M bisa mendapatkan bantuan dari teman-teman sekelas untuk dapat menjelaskan pelajaran yang Dek M tidak mengerti dan melalui mereka Dek M dapat berlatih mempertajam kemampuan Dek M dalam memahami bacaan yang ada di dalam buku teks pelajaran
·         Solusi kedua yang dapat Dek M lakukan yaitu dengan membangun kembali komunikasi antara Dek M dengan orangtua Dek M. Selama ini dari hasil wawancara maupun kegiatan konseling kita kakak mengidentifikasikan bahwa komunikasi Dek M dengan kedua orangtuanya belum berjalan dengan baik karena diantara kalian berdua belum memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam opsi ini kakak meminta Dek M coba berbicara dengan kedua orangtua Dek M dan memberikan pengertian kepada mereka untuk mengerti keadaan Dek M sehingga mereka dapat mengerti bahwa M itu butuh belajar dan tidak terus diberikan tugas-tugas di rumah tanpa memperhatikan waktu M untuk belajar di rumah sehingga M dapat menjalankan tugas rumah M sekaligus juga dapat melaksanakan kewajiban M sebagai seorang pelajar.
·         Solusi ketiga yang dapat dilakukan oleh Dek M yaitu melakukan pengaturan waktu belajar, dalam hal ini Dek M menetapkan waktu belajar yang akan Dek M lakukan. Hal ini dapat membantu M belajar dengan waktu yang pasti sudah ditetapkan oleh M. Dalam melakukan pengaturan waktu belajar ini Dek M harus memperhatikan kapan jam istirahat adik balita M kemudian pada jam tidurnya M bisa menggunakannya untuk belajar. Selain itu M juga bisa menggunakan waktu 1 jam sebelum tidur dan 1 jam pada subuh saat bangun tidur sebagai waktu belajar, sebaiknya waktu yang Dek M optimalkan dalam pengaturan waktu belajar adalah pada saat subuh sebab pada waktu subuh pikiran kita masih jernih dan pelajaran yang dibaca atau dipelajari akan mudah masuk dan tersimpan dalam pikiran. Dalam waktu subuh ini Dek M bisa menggunakannya secara optimal untuk membaca dan mempelajari makna dari buku teks pelajaran dengan membaca secara perlahan-perlahan namun tidak terburu-buru sehingga materi pelajaran bisa diterima dalam pikiran. Pengaturan waktu belajar yang dapat dilakukan kakak berikan contoh misalnya Dek M memiliki waktu istirahat dari mengasuh adik balitanya pada jam 4 sore maka pengaturan waktu belajar yang dapat dilakukan yaitu pada subuh jam setengah 5 pagi sampai jam 6 pagi digunakan untuk belajar materi yang akan dipelajari, kemudian saat adik balita M tidur siang maka waktu itu dapat digunakan untuk mengulang kembali pelajaran melalui membuat tugas atau PR yang diberikan oleh guru , dan kemudian satu jam sebelum tidur M dapat mengggunakannya kembali untuk melanjutkan belajar dan membaca materi yang ringan-ringan serta mudah diingat. Dan juga dalam belajar Dek M dapat menggunakan stabillo untuk menandakan kalimat-kalimat yang susah dipahami untuk ditanyakan kepada guru atau sahabat yang lebih mengerti tentang pelajaran.
Itu opsi-opsi cara yang dapat Dek M lakukan untuk mengatasi masalah belajar yang Dek M alami tetapi untuk pilihannya Kakak serahkan kepada Dek M sendiri untuk memilihnya sesuai dengan kepribadian dan keadaan yang ada dalam diri Dek M...”
Klien
“ Semua pilihan-pilihan yang Kakak tawarkan semuanya baik dan sesuai dengan masalah yang ada dalam diri saya tetapi tampaknya Kak saya lebih tertarik dengan opsi terakhir untuk saya lakukan dalam mengatasi masalah belajar yang ada dalam diri Saya, sebab opsi itu menurut saya yang paling tepat dan memungkinkan untuk saya lakukan saat ini Kak”
Mahasiswa
“ Bagaimana dengan segala hal yang mungkin ada dalam pilihan yang telah Dek M pilih...”
Klien
“ Sangat yakin Kak... Karena pilihan tersebut merupakan pilihan yang paling bisa saya lakukan dan kemungkinan saya dapat melakukannya dengan baik... serta saya Insyaallah dapat mengatasi hambatan yang muncul dalam pilihan yang telah saya pilih ini... Kak”
Mahasiswa
“ Dek M yakin dengan pilihan yang telah Dek M pilih...?”
Klien
“ Saya sangat yakin Kak...”
Mahasiswa
“ Bagaimana dengan kesanggupan Dek M untuk menjalankannya...”
Klien
“ Saya siap kak dengan pilihan yang saya pilih”
Mahasiswa
“ Kalau begitu Dek M telah mampu memutuskan pilihan cara menghadapi masalah belajar yang Dek M alami dengan baik, ini sangat bagus Dek M sebab pilihan yang Dek M pilih yang didasarkan atas pilihan Dek M sendiri akan membuat Dek M merasa senang hati menjalankan pengaturan waktu belajar karena hal ini merupakan pilihan dari Dek M sendiri dan Kakak harapkan Dek M menjalankan pilihan ini dengan baik sehingga masalah belajar yang Dek M alami dapat teratasi dengan baik
Klien
“ Iya Kak, saya akan berusaha untuk menjalankannya dengan baik”

4.    Tahap akhir
Mahasiswa
“ Sekarang mari kita tarik kesimpulan dari kegiatan konseling yang telah kita lakukan, yaitu permasalahan yang dialami oleh Dek M yaitu permasalahan belajar dengan jenis masalah yaitu kesulitan dalam memahami makna bacaan yang ada di dalam buku teks pelajaran. Setelah ditelusuri ternyata penyebab masalah belajar Dek M yaitu kurangnya perhatian dan bimbingan dari orangtua Dek M terhadap kegiatan belajar, Dek M tidak memiliki waktu belajar yang cukup dikarenakan sebagian besar tersita untuk mengasuh adik balita di rumah, dan tidak mendapat bantuan dari teman-teman sekelas karena Dek M masih malu berinteraksi dengan mereka sebab masih merupakan murid baru di sekolah ini. Pilihan-pilihan tindakan yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi permasalahan Dek M yaitu : dengan membangun komunikasi yang baru dengan teman-teman sekelas, membangun komunikasi yang baru dengan orangtua, atau dengan melakukan waktu belajar dan opsi yang dipilih oleh Dek M adalah dengan melakukan pengaturan waktu belajar.
Klien
“ Iya Kak...”
Mahasiswa
“ Sekarang Kakak minta Dek M untuk memberikan kesannya terhadap kegiatan konseling yang telah kita lakukan...”
Klien
“ Kesan saya terhadap kegiatan konseling ini Kak berjalan dengan baik dan mampu membuat Saya mengeluarkan segala beban pikiran yang selama ini menyangkut di dalam diri saya Kak serta melalui kegiatan konseling ini Saya dapat membagi permasalahan yang saya alami dan juga saya terbantu dengan adanya beberapa opsi pilihan tindakan yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah membaca yang saya alami yang mungkin sebelumnya tidak sempat saya pikirkan Kak...”
Mahasiswa
“Baiklah bagus sekali jawaban dari Dek M, kesan dari Kakak terhadap kegiatan konseling yang telah kita lakukan berjalan dengan Baik dan Dek M telah mampu mengungkapkan segala permasalahan yang ada serta Dek M mau jujur dan terbuka kepada Kakak sehingga Kakak dapat memberikan beberapa opsi pilihan pemecahan masalah yang dapat Dek M pilih untuk dilakukan mengatasi permasalahan belajar yang Dek M alami...”
Klien
“ Iya kak... Sekarang saya sangat senang permasalahan yang saya alami telah dapat saya temukan cara untuk mengatasinya melalui kegiatan konseling kita ini...”
Mahasiswa
“Sekarang bagaimana perasaan Dek M setelah melakukan kegiatan konseling ini...?
Klien
“ Perasaan saya sekarang menjadi lebih tenang Kak... dan merasa lebih ringan dari sebelum saya melakukan Konseling...”
Mahasiswa
“ Bagus... Kakak senang mendengarnya sekarang Kakak ingin tahu manfaat apa yang Dek M rasakan dari kegiatan konseling kita ini...?”
Klien
“ Manfaat yang sangat pasti saya rasakan Kak perasaan saya menjadi lega dan sekarang saya telah menemukan tindakan yang bisa saya lakukan untuk mengatasi masalah saya”
Mahasiswa
“ Dek M siap dengan pilihan yang dipilih dan siap menghadapi konsekuensi dari pilihan Dek M ini...?”
Klien
“ Iya Kak, Saya sangat yakin”
Mahasiswa
“Ada yang masih perlu dibahas lagi sekarang...?”
Klien
“ Sekarang M rasa sudah cukup Kak... terima kasih mau mendengarkan Curhatan M dan mau membantu M menemukan jalan keluar atas permasalahan M Kak...”
Mahasiswa
“ Iya sama-sama, Kakak juga senang telah bisa membantu Dek M... Baiklah sekarang kita akhiri kegiatan konseling kita ini dengan lafadz Hamdalah... Assalamualaikumwarahmatulahiwabarakatuh...”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar